14.

586 68 5
                                    

"Elo kok jadi cengeng gini?" Tanya Irin cemas. Gue belum bisa cerita saat ini ke dia. Gue cuman nanya dimana Sungjae. Hampir seharian ga ada kabar sama sekali. Gue mencoba berpikir positif tentang dia.

"Dia ga ada kabar sampai hari ini Rin. Gue khawatir" kata gue sambil menghapus air mata gue. Gue belum sipa kasih tahu soal kepindahan gue lagi ke Irin. Kalo gue cerita, dia bakalan kaget banget.

"Gue juga dari kemarin heran, tumben aja dia ga kontak gue biasanya. Apa perlu gue suruh anak buah bokap gue yang cariin dia?" Eh anak buah bokapnya? Sampai segitunya irin coba bantu gue begini.

"Gausah Rin. Gue gamau ngerepotin elo. Eh--rumah dia dimana Rin? Gue mau kerumahnya" kata gue bikin Irin melototkan matanya. Ada apa emangnya?

"Lebih baik tunggu dia kalo dia ada dirumah" katanya kikuk.

"Kenapa? Dia sering ga ada dirumah??" Tanga gue makin penasaran.

"Bukan begit-----" ucapnya terpotong ketika Changsub dan Eungkwang menghampiri kami.

"Woooy" seru mereka bedua. Sekilas gue liat Irin menghela nafasnya. Maksudnya?

"Joy, elo kenapa mukanya lembab gitu? Abis diomelin sama Irin ya?" Tanya Eungkwang bikin mata irin melotot kearahnya. Eungkwang hanya terkekeh tanpa dosa.

"Yuk, gue temenin ke rumah sungjae. Kali aja ada dia" kata irin bikin gue kaget. Sementara Eungkwang terbengong, dan ia pun ikut.

"Gue ikut dong. Gue juga mau ketemu dia"

Saat kami uda sampai dirumah Sungjae. Gue harus bingung atau bagaimana.

"Kayaknya kita ga bakalan ketemu dia deh" ucap Eungkwang saat melihat seisi rumah ini.

"Maksud elo?" Tanya Irin.

"Liat deh. Kita uda masuk tapi sepi gini. Malahan para pembantu aja gatau dia ada dirumah apa engga kan"

"Kalian teman Sungjae?" Tanya seorang wanita mengkagetkan kami.

Kami semua saling pandang melihat wanita cantik didepan kami.

"Iya kami teman Sungjae" ucap gue santai.

"Aku Yook Sungyoung. Kamu ko mirip sama Sooyoung yah?" Tanyanya ke poinnya langsung. Gue cuma bisa nerima lirikkan dari mereka yang membuat gue bungkam. Bukannya gamau jawab tapi gue harus jawab apa?

"I--iya kak" ucap gue gugup.

"Tenang. Ga usah takut sama saya. Saya tahu jelas sungjae bagaimana ke kamu. Yuk duduk" auranya nih baik tapi setelahnya bakalan gue ga paham.

Kami semua menjelaskan kedatangan kami. Ia tahu bahwa pasti kami datang. Sudah dua hari Jae ga ada kabar.

"Hm. Maaf ya bikin kalian khawatir tapi saya sendiri ga bisa cegah dia dari kemarin. Mengingat masa yang dikenang 2 tahun yang lalu" ucapnya terhenti melihat ke arah gue. Gue tahu maksudnya apa, karna wajah kami hampir sama dan kemungkinan ia tidak enak mengucapkannya.

"Ia pergi keluar kota untuk menengoknya" gue paham. Haruskan gue cemburu? Mengingat gue hanya pelampiasan perasaan yang hanya sebatas hampir mirip dengan kekasihnya dulu? Tidak. Gue harus bisa. Bagaimanapun dia datang kedalam mimpi gue. Gue mau jujur sama Jae tapi keadaannya sulit gue artikan.

"Saya mengerti. Bagaimanapun orang yang sudah pergi selamanya pun tidak akan mengubah segalanya terkecuali Jae harus bisa melepasnya dengan ikhlas" katanya lagi.

"Sebenarnya kami ingin tahu kabarnya Jae, kak. Selama dua hari dia putus kontak. Kami hanya ingin tahu kabarnya saja" kata Irin memulai pembicaraan. Dan wanita didepan gue ini hanya menghelas nafas. Lalu ia kembali tersenyum ke arah gue.


"Terima kasih sudah membantu Jae untuk mencoba move on. Yah, walau ada sedikit perubahan tapi saya senang. Jujur saya dengar dari asisten saya bahwa dia sering berganti perempuan. Saya tidak tahu apakah dia playboy atau semacam bermain perasaan. Dia itu bikin saya---" katanya terhenti melihat ke arah belakang kami dengan wajah sumringahnya.

Kami pun berbalik dan melihat kebelankang. Dia sudah pulang. Orang yang gue tunggu kabarnya.

Tapi cara pandangnya terlihat datar.

"Kalian-- Joy?" Panggilnya dengan tatapan bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian-- Joy?" Panggilnya dengan tatapan bingung.

"Kakak ngapain mereka kesini??" Tanyanya membuat gue dan lain heran dengan sikapnya.

"Hei! Mereka teman kamu. Kamu ga boleh seperti itu didepan teman kamu!" Timpal kakaknya yang sedikit teriak.

Jae hanya pasrah, dia menghampiri kami. Tepatnya ke arah gue. Otomatis gue mencoba tersenyum dan menyapa dia.

"Sungjae apa kabar---"

"Joy. Hubungan kita berakhir sampai sini"

Playboy • SungjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang