Tiga Bulan yang Lalu

83 10 15
                                    

Benar-benar hari yang melelahkan. Tugas sekolah, teman, keluarga, semuanya menyebalkan.

"Yee.. Kak Reta udah pulang." ujar seseorang dengan tubuh mungilnya dan memelukku. Dia hanya sebatas pinggangku. Adik yang paling kubenci. Padahal memang hanya dia saudara kandungku. Mika Afkani. Dia seorang laki-laki, namun sangat cerewet. Hingga pernah membuatku berpikir untuk menukarnya dengan anak lain yang lebih pendiam, sekalipun anak jalanan.

"Kak Reta, main yuk... Udah lama nggak ke taman kan? Ayoo main!!" rengeknya. Sudah kubilang, kan? Dia benar-benar cerewet.

"Diam!" ujarku selembut mungkin.

"Tapi kak, mama sama papa lagi kerja. Mika bosen di rumah terus. Paling keluar cuma ke sekolah."

"Iya kakak tahu, tapi lain kali ya? Soalnya Kak Reta kan baru pulang, ya?" tanyaku seramah mungkin dengan senyuman hangat palsu yang terlihat sangat dibuat-buat. Namun Mika memang bodoh.

"Baiklah." ujarnya lalu menunduk. Aku segera beranjak menuju kamar tidur. Aku ingin menyatukan sebagian jiwaku yang lain karena banyak sekali kesalahan yang kubuat hari ini.

Setiap kesalahan yang kubuat, bernilai satu pecahan jiwaku untuk memikirkannya ulang. Dan kamar lah tempat yang baik untuk mengatur ulang sekaligus mengumpulkan semuanya.

#####

"Hnn.. Bosan juga ternyata." aku segera beranjak dari kasur tempatku berbaring menuju ruang keluarga. Ternyata Mika sudah ada di sana duluan.

Tunggu, dia..tidur?
Tidur tanpa selimut di musim penghujan yang dingin ini? Dia ini benar-benar bodoh atau apa? Mana hanya kaos pendek dan tipis yang dia pakai? Dia ini berniat mengerjaiku, ya?

Segera kuambil selimut dari kamarku dan kupakaikan ke badan Mika. Kira-kira dia sudah tidur berapa lama di sini? Apa dia benar-benar demam? Jika benar, maka dia harus bertanggung jawab sendiri. Aku juga banyak tugas.

Lalu ku cek suhu badannya. Normal. Syukurlah. Kulanjutkan tujuan utamaku ke sini. Menonton televisi, biasanya banyak acara bagus.

Cklik.. Cklikk..

Suara remote terus menerus ku tekan. Tak ada acara yang menarik. Hanya berita picisan tentang politik.

"Oh.. Ayolah! Apakah tak ada acara selain ini?" kuputuskan untuk mengakhiri kegiatan yang sia-sia ini. Baru beberapa langkah beranjak dari soffa, kuputar balik badanku ketika teringat Mika si bodoh masih tidur dengan pulasnya di soffa sebelah tempat dudukku tadi.

Hah.. Merepotkan saja.

#####

Never Forget It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang