Dua Bulan yang Lalu

54 7 8
                                    

"Hei, aku lihat di tv dan boooom... Jantungku hampir copot saat melihat mayat aristokrat itu. Kalau tidak salah dia salah satu pimpinan menteri yang dikagumi oleh kebanyakan orang karena sikapnya, bukan? Lalu, mengapa bisa?"

"Apa kau belum tahu rumornya?" tanya orang diseberang dan dijawab gelengan oleh pembicara pertama.

"Jadi, ada rumor yang mengatakan, aristokrat yang mati ini banyak sekali melakukan kesalahan dalam menjalankan wewenangnya. Ada yang bilang dia tewas karena bunuh diri." ujar temannya.

Hanya itu? Hah.. Kupikir akan lebih seru lagi ketimbang bunuh diri seperti ini. Itu adalah kasus yang terlalu biasa. Tak cocok untuk isi dari mading sekolah,

"Tapi menariknya, si istri dari aristokrat sendiri yang mengatakan jika itu bukanlah bunuh diri. Dia menangis histeris seperti orang kesurupan saat mengatakannya."

Bingo!

Teett... Teett.. Teet..

Akhirnya jam masuk membunyikan suaranya.

Aku harus fokus dengan pelajaran. Tapi, harus ku apakan ya, berita kali ini? Untung saja aku memiliki teman sekelas yang suka men-stalk dan menggosip. Ada manfaatnya juga.

#####

"Lebih baik kita membuat berita tentang misteri untuk tema mading kali ini. Kebetulan baru saja terjadi berita viral mengenai kematian aristokrat secara misterius."

"Hei, tapi bukankah itu sudah diketahui kebanyakan murid? Apa benar bisa berhasil memancing minat baca para siswa maupun guru?"

Percakapan membosankan.

"Kita belum mencobanya, makanya belum tahu." akhirnya aku membuka suara karena percakapan membosankan ini. Pasti selalu ada pihak di mana pro dan kontra bertemu. Aku yang biasanya hanya menonton perdebatan, ingin mencoba membela salah satu kubu. Lagipula, kematian aristokrat ini cukup membuatku penasaran.

"Baiklah, sudah diputuskan. Areta, kau yang akan kami handalkan dalam pencarian sedikit informasi yang menurutmu paling hot dibicarakan. Ingat! Harus sesingkat-singkatnya dan mudah dipahami. Rendy, kau bagian pencarian foto tentang dramatisir mayat. Seperti biasa, foto karyamu paling keren."

Kurasa sesampainya di rumah, aku tak akan terlalu kesepian. Bagus. Aku berharap akan mendapat tugas pekerjaan rumah lainnya. Selain dapat alasan agar tak berhadapan dengan adik yang kubenci, aku juga bisa melupakan sikap mereka terhadapku.

Mama, papa, kuharap kalian tak akan pernah pulang. Agar aku selalu serius di sekolah.

#####

"A-ada apa ini?" tanyaku tak karuan saat mendapati suara tangisan dari orang yang paling kubenci di ujung sana.

"Huwa... Kak Reta!! Kak Reta... Mama sama papa.. Hiks hikss.. Kak!! Cepat pulang..!!" ujarnya dengan nada yang benar-benar gelisah, frustasi, kesedihan, tangisan, semuanya
tercampur.

"KATAKAN YANG JELAS, MIKA!!" karena aku tak sabaran, ku bentak dia. Aku lega setelah membentaknya, seakan aku ingin selalu bisa membentaknya sampai menangis.

"Ma-maaf, Mama sama papa.. Udah.. Meninggal.. Huwaaaa.. Kak Reta, tolong cepat pulang.. Mika takut..." ujarnya masih dengan nada yang awal bedanya dia terdengar sedang mengelap ingus.

Tapi, apa benar mama sama papa...

"APA???!!" aku berteriak tanpa kusadari. Apakah karena doa ku tadi? Apakah aku sedurhaka itu? Kenapa?

KENAPA???!!!

Aku memutuskan untuk segera pulang tentu saja masih menyembunyikan mimik wajah kesedihanku. Yang ada di pikiranku hanyalah kemarahan, penyesalan, dan semuanya karena aku!

######

"

Kak Reta!!! Huwaa... Kak Reta, Mika takut..." dia menyambut kepulanganku. Dia menangis. Dan yang membuatnya menangis adalah... Aku?

Aku lagi-lagi membuatnya menangis. Aku?

Sekarang mama dan papa, sudah meninggal, kira-kira siapa yang akan memberiku hukuman karena telah membuatnya menangis?

Apakah tuhan?

Apakah dia akan menghukumku karena aku durhaka?
Karena telah mendoakan yang tidak-tidak tentang mereka?

"Mama!!! Papa!!!" aku berlari menuju tempat di mana banyak orang bergerombol. Dengan masih menggunakan seragam putih, aku berlari sekencang mungkin ketengah kerumunan orang. Aku mencari sosok yang telah dibaringkan di lantai dengan kain putih tipis yang telah membaluti mereka.

"Ma??!! Pa??!!! Kenapa?" aku tak kuasa menahan sedih lagi. Aku menumpahkan semua rasaku di depan mereka. Seandainya mereka masih ada, dan melihat aku menangis di depan mereka, kujamin akan mendapat jejak tamparan di pipi kiri.

Apa ini? Bukankah seharusnya mereka sudah dimandikan? Mengapa masih berbau wangi seperti ini? Apa mereka yang memberinya parfum? Tapi untuk apa?

"Tunggu, nilam? Mama dan papa tidak terlalu menyukai aroma itu. Lalu apa maksudnya?" aku jadi bergumam tak jelas masih dengan derai air mata.

Kurasa, aku harus merelakan mereka. Ma, pa, aku janji akan mengungkap semuanya. Aku janji!

#####

Malamnya, selepas ber-yassin-an Mika menyuruhku untuk menemaninya tidur. Aku terpaksa tidak memberontak, termasuk berargumen. Aku tahu rasanya, kuputuskan untuk menurutinya.

Namun sialnya, aku belum bisa juga tidur. Pikiranku melayang ke kemungkinan-kemungkinan negatif yang hinggap ke pikiranku.

Aneh, memang. Saat mencium bau nilam yang tajam dari tubuh mama dan papa. Kedua, saat di pemakaman. Ada beberapa orang baju hitam berkacamata dengan gaya khas kelas atas. Kupikir awal, mereka adalah klien papa atau mama.

Tapi sekarang kupikir ulang, itu benar-benar aneh. Ekspresinya. Ekspresi mereka, gerak gerik, serta logat bahasanya benar-benar berbeda dari kelas rendah atau menengah sepertiku. Bahasanya terlalu etis dan tinggi. Memang klien orang tuaku bisa saja dari kelas atas. Namun, apakah semua kelas atas beraroma nilam?

Benar sekali, mereka beraroma nilam. Para misterius itu. Entah kebetulan atau apa ya, namanya?

Yang pasti, mereka ada sangkut-pautnya dengan kematian misterius ini. Orangtuaku mati bukan karena kecelakaan, melainkan karena terbunuh. Atau memang sengaja dibunuh. Dan motifnya kurasa sudah jelas. Ada sangkut-pautnya dengan berita terviral saat ini.

Bingo! Aristokrat menjijikan itu, ya?

Tapi, kenapa bisa semudah ini? Jika benar semudah ini, kenapa tak ada yang menyadarinya selain aku?

Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?

#####

22 July

Never Forget It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang