17

14.5K 3K 193
                                    

[VOTE sebelum baca, tq]



















Daniel menarik tangan gue dan membawa gue menjauh dari arena balap. Gue gak tau Daniel mau bawa gue kemana. Mana gelap udah malem. Gue takutnya temen gue nyariin gue. Bisa bahaya kalo mereka tau gue sama Daniel.

Semoga aja temen gue lupa sama gue sesaat dan gak nyariin gue.

"Wah, liat siapa yang lewat."

Gue sama Daniel pun terdiam mendengar seseorang ngomong. Pas gue membalikkan badan gue, sekujur tubuh gue membatu melihat sumber suara.

Kenapa bisa gue ketemu sama orang ini disaat seperti ini juga?

Perlahan, gue menyembunyikan badan gue dibelakang badan Daniel yang ukurannya lebih besar dan tinggi dari gue. Tangan gue meremas ujung jaket punya Daniel dengan kuat. Mata gue terus menatap ke tanah.

"Kenapa, Tao?" Tanya Daniel ke sumber suara.

"Gak kenapa-kenapa sih. Gak nyangka aja gitu lu bawa cewek." Jawab cowok yang bernama Tao itu.

Iya. Tao. Tao yang waktu itu pernah balap sama Woojin. Yang pas balapan mainnya curang pake tubrukin mobilnya ke mobil Woojin, buat Woojin yang harusnya menang jadi kalah.

"Gue kan cowok. Wajarlah." Kata Daniel dengan santai.

Kayaknya Daniel belum sadar kalo gue lagi menghindari cowok yang bernama Tao itu.

"Tapi tunggu. Kayaknya gue kenal sama cewek itu."

Sialnya, sekarang Tao mulai curiga sama gue dan mulai mendekat kearah gue. Gue cuma bisa menundukkan kepala doang. Mau lari juga, mau lari kemana?

"Lu, bukannya cewek yang waktu itu bareng sama kelompoknya Woojin kan?" Selidik Tao.

Sadar Tao lagi menaruh atensi ke gue, Daniel pun menghadang Tao yang mendekat kearah gue.

"Jadi, ini kerjaan lu? Ngegoda cowok? Berapa harga lu per malam emang? Waktu itu sama kelompoknya Woojin dan sekarang sama cowok lain."

Gue rasanya pengen nangis. Gue merasa sangat sangat direndahkan. Seolah gue main sama cowok itu ngejual harga diri gue. Pernyataan yang kayak gitu, baru gue dapet hari ini dan bener-bener bikin hati gue sakit.

Salah kalo gue banyak main sama cowok? Biarpun temen-temen Guanlin otaknya kurang, mereka gak pernah merendahkan gue secara blak-blakan seperti itu.

Bugh

Hampir aja gue menjerit ketika melihat Daniel menonjok wajah Tao hingga sudut bibirnya sobek dan berdarah. Tao sempat terhuyung kebelakang sedangkan Daniel menarik kerah jaket Tao dengan kencang.

"Jangan sembarangan kalo ngomong!" Seru Daniel sebelum kembali menonjok Tao kembali.

Melihat betapa kerasnya Daniel menonjok Tao, gue menjadi takut. Bukan takut sama Tao. Tapi sama Daniel. Kalo Tao sampe kenapa-kenapa, gue takut Daniel kenapa-kenapa.

Dengan sedikit takut, gue memeluk Daniel dari belakang untuk menghentikan pergerakan Daniel. Dan bener aja. Daniel langsung terdiam begitu gue memeluknya dari belakang.

"Jangan," lirih gue.

Tao berdiri sambil memegang wajahnya yang membiru akibat ulah Daniel. Seringaian tercetak jelas diwajah Tao. Seringaian yang seram dan menyiratkan kalo hal ini bukan apa-apa. Seakan tonjokan Daniel itu gak berdampak pada dirinya.

"Jadi semakin seru aja nih!" Seru Tao.

Daniel mau maju lagi tapi gue tahan sekuat mungkin.

"Udah, plis. Mending pergi aja dari sini." Kata gue.

No Running [Kang Daniel]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang