24

12.7K 2.6K 87
                                    

(VOTE dulu sebelum baca, tq)


































Gue merebahkan tubuh gue diatas sofa. Rasanya hari ini sangat panjang dan juga melelahkan.

Pikiran gue sekarang terfokus sama Lucas. Bukannya gue ada perasaan sama dia atau semacamnya. Melainkan apa yang dia bicarakan sebelumnya yang membuat gue terus teringat. Hal yang dia bicarakan itu bener-bener bikin gue pusing.

"Aku tau kamu lagi diincar siapa. Dia sangat marah sama kamu. Kalo kamu balik sama aku, aku bisa bikin dia gak ngincar kamu."

Kata-kata itu terus terngiang dikepala gue seperti lagu yang berputar secara terus menerus.

Menurut apa yang tangkap, Lucas ada sangkut pautnya. Kemungkinan besarnya adalah Lucas mengenal orang yang meneror gue ini. Bahkan mereka bisa aja dekat satu sama lain. Jadi Lucas bisa meyakinkan si peneror untuk tidak meneror gue kalo gue balikan.

Tapi maaf. Gue gak mau balikan sama orang yang pernah merusak kepercayaan yang gue berikan. Juga, dia mau balik sama gue pasti ada maksud yang tersembunyi.

Gue hanya gak mau kalo gue ujung-ujungnya hanya dibodoh-bodohin sama Lucas. Gue gak sebego dan sebodoh itu yang mau aja diajak balikan tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Kamu kenapa sih? Diem terus semenjak pulang dari kampus."

Gue tersentak ketika Daniel duduk disofa yang lain dan berbicara ke gue.

Gue langsung mengambil posisi duduk dengan menyenderkan punggung gue ke sofa. Melihat posisi gue yang sekarang, Daniel pindah ke samping gue. Gue menyenderkan badan gue ke Daniel.

Emang masih ragu-ragu saat gue menyenderkan badan gue ke Daniel. Tapi gue selalu berpikir kalo Daniel akan ada disamping gue dan gue ingin dia menjadi tempat bergantung buat gue. Apalagi om zhoumi sama sekali gak masalah walau dia belun tau Daniel seperti apa.

Ditambah, gue juga sudah memberikan jawaban yang pasti buat Daniel dan kita udah beneran resmi menjalin hubungan. Jadi gue emang harus membuka diri gue.

"Kepala gue pusing," ujar gue tanpa berpikir.

Daniel mengusap kepala gue. "Pusing? Mau minum obat?"

"Bukan pusing itu. Banyak pikiran. Dikepala gue." Kata gue.

"Tawaran aku soal penyegaran, gimana? Mau gak?" Tanya Daniel.

Gue terdiam. Gue mau sih. Sesekali gue memang butuh refreshing. Menghabiskan waktu ditempat yang gak ada Lucas atau Tao atau siapapun yang meneror gue.

"Kalo mau aku bisa langsung telepon orang buat siapin tempatnya." Lanjut Daniel.

"Tempatnya dimana emang?" Tanya gue penasaran.

Bukannya menjawab gue, Daniel malah mendekatkan kepalanya ke telinga gue untuk membisikkan sesuatu. "Rahasia dong. Masa mau dikasih tau duluan. Nanti bukan surprise jadinya."

Setiap kali Daniel berbisik ke telinga gue, gue selalu aja merinding. Seperti sebuah sinyal tanda bahaya gitu. Karena nada yang dipakenya itu bener-bener rendah dan juga suaranya yang berat.

Selanjutnya gue merasakan Daniel menjauhkan kepalanya dari gue. Membuat gue bernafas lega.

"Gimana? Mau gak?" Tanya Daniel memastikan.

Gue berdehem pelan sebelum menjawab. "Tapi tempatnya gak yang aneh-aneh kan?"

"Maksudnya?"

"Tempatnya bukan tempat angker atau semacamnya, kan? Jangan sampe bukannya penyegaran tapi yang ada gue jadi frustasi sendiri." Tutur gue.

No Running [Kang Daniel]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang