37

10.4K 2.1K 64
                                    

(VOTE sebelum membaca ya gengsku, tq)























Gue pikir Daniel cuma bercanda dan melantur soal dia yang melamar gue malam itu. Tapi keesokan harinya sepulang Daniel kuliah, Daniel melamar gue kembali.

Yang membedakan adalah dia memberikan gue cincin sebagai tanda keseriusannya.

Jawaban gue? Jawaban gue tentu aja, IYA.

Walau dia statusnya sekarang masih mahasiswa dan juga masih melakukan penjualan barang gelap, tapi Daniel pernah bilang kalau dia mau membangun perusahaan dibidang pengembangan perangkat lunak.

Gue mempercayainya dan akan mendukungnya. Urusan orangtua gue? Itu biar gue yang urus. Malah gue berencana untuk memasukan Daniel ke perusahaan bokap gue terlebih dahulu. Itu pun kalo Daniel mau.

Mungkin gue sedikit tergesa-gesa mengiyakan lamarannya. Tapi menurut gue gak juga. Gue tinggal sendirian dan butuh orang itu menjaga serta melindungi gue. Daniel orang yang tepat.

Seburuk apapun latar belakangnya, gue mencintai Daniel karena Danielnya sendiri. Bukan latar belakangnya.

Hari ini Erin, Sarah, Guanlin, Seongwoo, Jonghyun, juga Minhyun mengunjungi gue dirumah sakit. Daniel? Dia masih ada diperjalanan. Daniel ada kuliah sebelumnya.

"Jadi na, lu terima lamarannya bukan karena lu jebol duluankan?" Tebak Erin dengan asal dan gue langsung menoyor kepalanya.

Erin dan Sarah duduk dipinggir tempat tidur. Sedangkan makhluk berjenis laki-laki sedang mengobrol diluar.

"So, yang akan married duluan lu nih?" Tanya Sarah.

Erin mengguncangkan badan gue. "Ngomong, na. Lu selalu aja gini. Diem-diem tau-taunya lu diculik. Bikin kita khawatir aja."

Gue menjauhkan Erin dari gue. "Iya ini gue ngomong."

"Nana!" Rengek Sarah dan Erin berbarengan.

"Apa?" Sahut gue sambil mengambil buah apel yang sudah dipotong-potong dan menyuapkannya ke mulut gue sendiri.

"Tapi lu gak jebol duluan kan?" Tanya Erin.

Gue senyum. "Ya nggaklah. Pake pengaman kok. Lagian Daniel juga tau kalo gue masih kelewat muda untuk jadi mamah-mamah."

Niat gue sih ingin punya anak nanti pas umur gue sudah menginjak angka dua puluh tiga keatas. Karena gue masih harus kelarin kuliah gue dan juga belajar terlebih dahulu untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Soalnya gue kadang sedikit kaku kalo berhadapan sama anak kecil. Apalagi kalo sampe nangis. Gue gak tau harus apa kalo ada anak kecil nangis.

"Tapi Daniel lamar lu duluan kok?" Tanya Sarah heran.

"Sa, gak harus hamil duluan kali baru nikah. Lagipula gak ada salahnya nikah muda. Mungkin nanti bakal banyak masalah. Tapi melihat kondisi gue yang sekarang, gue sama sekali gak keberatan untuk nikah muda. Gue tinggal sendirian dirumah dan gue perempuan." Jelas gue.

"Gak memungkinkan kalo kejadian buruk lainnya akan menimpa gue karena gak ada siapa-siapa dirumah." Lanjut gue.

"Iya juga sih. Kalo gue kan biarpun tinggap sendiri tapi orangtua gue deket." Kata Erin.

Gue mengangguk untuk menyetujui Erin.

"Yaudah deh. Selamat deh karena habis dilamar sama Daniel. Inget ya, jadiin gue bridemaid. Jangan temennya Guanlin yang cowok semua." Kata Sarah.

"Gue juga nih. Gue ikut seneng aja deh," kata Erin.

Gue memeluk kedua temen gue yang sangat gue sayangi ini. Mereka berdua juga telah memberikan gue kekuatan. Gue sangat bersyukur karena memiliki teman seperti mereka berdua.

No Running [Kang Daniel]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang