26

14.5K 2.6K 237
                                    

(VOTE jangan lupa gaes, untuk menghargai yang mikir alur cerita ini. Tq)












warn : mature content











"Gue mau belajar nembak. Ajarin dong." Pinta gue ketika melihat Daniel yang tengah sibuk dengan pistol-pistolnya.

Daniel melirik gue sambil menyeringai. "Aku mau ajarin asal kamu rubah dulu 'gue' menjadi 'aku'. Lebih bagus lagi kamu manggil 'sayang'."

Gue mendengus kesal. Daniel masih aja kayak gini sejak beberapa jam lalu. Dia meminta gue untuk merubah panggilan 'gue' jadi 'aku'. And, itu susah banget buat gue. Gue juga gak tau kenapa. Rasanya canggung dan yah aneh gitu.

"Mau diajarin gak?" Tanya Daniel.

Gue mengangguk pelan.

Menurut gue keren aja gitu bisa menembak pake pistol seperti di game yang pernah gue mainkan. Semacam Call of Duty, Counter Strike, Resident Evil, atau pun Medal of Honor.

"Ubah dulu baru aku ajarin," ujarnya yang membuat gue mendengus kesal untuk yang kedua kalinya.

"Apa gak ada opsi lain?" Tanya gue sambil memamerkan senyum terbaik gue.

"Nggak ada. Cuma itu doang." Jawabnya yang membuat senyum gue luntur.

Gue mengatupkan mulut gue sambil berjalan kearah pantry.

Mungkin susah untuk membuat Daniel agar mengarjakan gue saat ini. Jadi, gue memilih untuk memasak. Hari sudah hampir gelap dan kita berdua belum makan apa-apa karena sebelumnya harus merapihkan barang-barang seperti pakaian dan hal lainnya.

Sebelum kemari, gue dan Daniel sempat membeli bahan makanan untuk beberapa hari. Berhubung gue udah lapar, gue mau membuat makanan yang simpel dan cepat matang. Jadi gue memilih untuk membuat spageti. Lain kali, gue akan membuat makanan yang lebih sulit supaya Daniel takjub.

Setelah bergulat selama hampir satu jam, akhirnya spageti yang gue buat selesai juga. Gue juga buat kok untuk Daniel. Hanya aja, porsi untuk gue sedikit lebih banyak. Karena gue lapar sekali. Biasanya gue makan lebih banyak.

Daniel masih aja sibuk dengan pistolnya. Bahkan dia masih belum menyadari kehadiran gue sampai akhirnya gue menaruh piring keatas meja. Baru dia menoleh kearah gue.

"Makan. Ini udah malem. Emangnya lu gak laper?" Kata gue.

Daniel tersenyum dan menepuk sofa disebelahnya. "Duduk sini."

Gue menuruti Daniel dan duduk disebelahnya. Daniel menyimpan semua pistolnya sebelum akhirnya menyentuh spageti yang gue buat.

"Apa yang membuat lu, tertarik sama gue?" Tanya gue sambil menyuapi spageti ke mulut gue. "Jangan bilang kalo gue ini beda dari yang lain dan tangan gue gak bau rokok." Lanjut gue setelah menelan makanan yang ada dimulut gue.

"Kamu gak merasa jijik sama aku dan bahkan nolong aku juga," jawabnya yang membuat gue mengerutkan kening gue sendiri.

"Maksud? Gue gak ngerti deh." Gue kembali menyuapkan spageti ke mulut gue.

"Pokoknya aku gak bakal kasih tau kamu. Karena kalo diingat-ingat lagi, bikin aku malu." Kata Daniel.

Gue menatap Daniel yang sedang memakan spageti gue dengan tatapan tajam. "Gue memalukan maksudnya?"

Daniel menggeleng. "Bukan tapi aku yang memalukan. Orang cantik kayak kamu gak pernah memalukan."

"Cantik?" Ulang gue.

"Cantik. Apalagi pake seragam sekolah." Kata Daniel.

"Tunggu dulu. Seragam sekolah? Sebenernya kita pertama kali ketemu dimana sih? Dimana Daniel?" Tanya gue dengan penasaran.

No Running [Kang Daniel]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang