Prolog

188K 5.5K 21
                                    

Allison mengedikkan bahu seraya tersenyum lega melihat keadaan toilet yang cukup sepi, ah bukan, sangat sepi. Tidak ada yang berada di dalam toilet itu selain dirinya.

Dengan langkah pasti, Allison memasuki salah satu bilik. Setelah menutup pintu rapat - rapat lalu membuang air kecil, dia segera membuka pintu bilik. Namun, suara langkah terdengar mencurigakan membuat Allison menghentikan tangannya guna membuka pintu.

Dahinya berkerut samar. Menebak - nebak apa yang ada di balik pintu.

Allison menggelengkan kepalanya, menyakinkan diri untuk berpikir positif.

Tepat saat Allison membuka pintu, dinginnya air mengguyur badan Allison dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Baju seragam SMA yang dikenakan Allison basah kuyup tanpa menyisakan satu bagian yang kering.

Allison mengangkat kepalanya saat mendengar suara tawa puas. Melihat siapa dalang dari perbuatan ini membuat Allison mendesah samar.

Senyum miring menghiasi wajah Charlotte, dalang dari pem-bully-an.

"Duh - duh, ada yang kedinginan." Ucap Charlotte yang disusul tawa dari dua orang pengikutnya.

Allison mengepalkan tangannya menahan kekesalan. Di dalam benaknya dia ingin mengucapkan sumpah serapah untuk Charlotte namun itu semua hanya dalam benak tanpa dia realisasikan.

Tawa Charlotte dan dua pengikutnya memenuhi ruangan. Betapa puasnya mereka melihat keadaan Allison yang sangat mengenaskan.

Lagi, senyum miring Charlotte perlihatkan. "Rasain, lo." Ucap Charlotte dan berlalu pergi meninggalkan Allison yang masih berdiri tanpa melakukan apapun.

Suara pintu yang dibanting dengan keras membuat Allison menghela nafas.

Tak lama, pintu toilet terbuka kembali. Dengan was - was, Allison melirik pintu toilet.

"Lo enggak apa - apa?" Tanya suara yang sangat dikenal Allison. Suara Lili si sahabat dan teman satu - satunya yang Allison punya.

Dengan lemah Allison menggelengkan kepalanya.

"Yaampun, basah semua," ucap Lili, "Gue ambil baju ganti dulu, oke? Lo tunggu sini jangan kemana - mana." Tanpa menunggu jawaban, Lili segera keluar dan mengambil baju ganti.

Allison tersenyum. Dia bersyukur memiliki sahabat seperti Lili.

"Ini," Lili mengulurkan baju ganti yang telah diambilnya.

"Makasih," Allison tersenyum seraya mengambil baju dan memasuki bilik.

"Lo kenapa diem aja sih Al? Lo itu bahkan lebih dari dia." Ucap Lili yang bersandar di salah satu diding.

"Lo tau kenapa, Lili."

Lili hanya mengehela nafas mengingat alasan Allison.

"Umm ... gue harus ke kelas dengan baju ini?" tanya Allison yang baru saja keluar, selesai berganti pakaian.

Lili menaikkan sebelah alis. "Ini udah jam pulang, Al"

Allison menunjukkan muka bingungnya sejenak sebelum dia memeriksa jam tangan milik Lili.

"Gue enggak denger bel pulang," gumam Allison.

"Oh ya, Al, lo itu orang baik dan lo enggak akan berubah ke sifat lo yang dulu. Dan lo enggak akan dibenci atau ditakutin kalau lo jadi diri sendiri." ucap Lili.

Lili tersenyum melihat Allison yang termenung. "Gue tunggu di luar."

===×===
Hola, semoga suka sama prolog yang pendek ini.

Girl In Fake (on editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang