9.

67.4K 2.7K 51
                                    

Bel istirahat siang ini disambut gembira oleh Allison. Dia sangat menunggu dering bel ini sejak satu jam yang lalu. Bahkan Allison yang merupakan kategori murid cupu pencinta buku sudah tidak berkonsentrasi dan sangat bosan selama jam pelajaran. Itu semua salah perutnya yang berteriak meminta makanan.

Allison tersenyum senang dan menengokkan kepala ke arah samping dimana Lili berada. "Kantin, yuk?"

Muka lesu yang Lili perlihatkan membuat Allison memudarkan senyum dan berganti dengan mengerutkan dahi. "Lo enggak mau ke kantin, gue tebak,"

"Pasti masalah teror itu kan?" Tanya Allison dengan kepala yang mengangguk – angguk seakan dia detektif yang mengetahui masalah dengan melihat petunjuk yang ditinggalkan.

Lili mengangguk. "Mereka pasti akan ngelakuin sesuatu."

"Lili, biasanya kan lo yang selalu nasehatin gue kalau gue bisa ngadepin mereka, tapi kenapa lo sekarang enggak bisa ngasih contohnya?"

Lili mendesah. "Lo itu lebih dari si Charlotte, sedangkan gue enggak ada apa – apanya dari dia."

Allison kembali mengerutkan keningnya tidak mengetahui arti kata lebih yang dilontarkan Lili. "Lebih gimana?"

"Lebih. Keluarga lo bisa membasmi Charlotte dengan kelingking, inget itu. Kalau gue yang ngelawan sih bakal dikeluarin dari sekolah."

"Li—"

"Alli, lo enggak ke kantin?" Tanya Deo yang memotong perkataan Allison.

"Enggak, De."

"Kenapa? Emang lo enggak laper?" Deo kembali bertanya yang membuat Allison kembali merasakan lapar setelah melupakannya semenjak pembicaraan yang lumyan serius antara dirinya dan Lili.

Mulut Allison terbuka untuk menjawab pertanyaan Deo dengan mengiyakan, namun dia kembali menutupnya lagi. Allison teringat jika Lili tidak ingin pergi ke kantin.

"Enggak." Jawab Allison dengan gelengan kepala dan senyum simpul di wajahnya.

Lili menyenggol Allison dengan siku dan mendekatkan bibirnya ke telingan Allison. "Udah lo ke kantin sama Deo aja." Bisik Lili.

Mendengarnya, Allison menatap Lili dengan raut wajah tidak setuju. "Enggaklah, masa gue ninggal lo gitu aja." Ucap Allison berbisik.

"Yakin enggak laper atau enggak mau ke kantin?" Deo mengintrupsi acara bisik – bisik dua gadis SMA di hadapannya.

Allison menatap Lili sejenak sebelum menatap Deo. Dia menggeleng dengan pasti. "Enggak." Namun sayangnya perut Allison tidak bisa diajak berkerja sama. Ya, perutnya kembali berteriak meminta asupan makanan.

Deo tersenyum geli. "Itu kalau bukan laper apa namanya?"

Allison menunduk dengan rona yang menjalar di kedua pipinya. Dia meruntuki perutnya yang tidak bisa dikondisikan dan menyebabkan Allison malu.

"Udah ayo ke kantin." Ucap Deo.

"Tapi, Lili gimana?"

"Lili sama gue," Sahut Bara yang tiba – tiba datang dan menimpali percakapan mereka.

Deo menarik tangan Allison dengan lembut yang membuat Allison membulatkan kedua matanya.

"Tapi—" Ucap Allison yang terhenti saat melihat senyum yang membingkai wajah Deo. Entah kenapa Allison hal aneh seakan makan bersama Deo adalah hal yang sewajarnya ia lakukan.

Deo menaikkan sebealah alisnya. "Tapi apa?"

Allison menggeleng menjawab pertanyaan Deo atau berusaha menghilangkan pemikiran anehnya tentang senyum Deo.

Girl In Fake (on editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang