Seperti hari – hari biasanya, Allison berangkat ke sekolah pagi – pagi sekali. Tentu saja itu semua karena Allison tidak ingin mendapatkan saos atau air minum di seragamnya ataupun yang lebih parah lagi.
"Hai, Al." Tepukan pada pundak Allison menyadarkannya dari lamunan.
Allison berbalik dengan senyuman. "Hai, Lili. Pagi."
Dia tidak terkejut bahwa yang menyapanya adalah Lili, karena tidak ada orang lain yang menyapanya, oh, bahkan berniat menyapa mungkin saja tidak.
Sejak awal Allison memasuki SMA, Charlotte telah memberikan label anak cupu yang mudah di-bully padanya. Itu semua membuat teman – teman yang lain enggan mengobrol atau bertegur sapa dengan Allison.
Lili melambaikan tangannya tepat di depan wajah Allison. "Ngelamun, eh?"
Allison yang tersentak dari lamunannya hanya terkekeh kecil.
"Lo tuh cantik, tau enggak, sih?" Ucap Lili tiba – tiba.
Allison tersenyum bangga. "Iya dong—"
"Tapi kalau lo jadi diri lo sendiri," potong Lili. "Bukan yang dandan cupu gini, bukan jadi orang lain."
Senyum Allison pudar mendengar ucapan Lili yang menyakitkan namun sangat benar. Sebenarnya Allison tahu bahwa berpura – pura cupu dan tidak menjadi diri sendiri itu bukan hal baik, namun Allison mempunyai alasan dibaliknya. Alasan menyakitkan dari masa lalu yang membuatnya berubah.
"Lo harus lupain masa lalu." Ucap Lili lalu berjalan mendahului.
"LILI!" Teriak Allison sebal. Kebiasaan Lili yang selalu meninggalkan Allison setelah berceramah hal – hal yang menusuk.
Seperti tidak ada yang meneriaki namanya, Lili terus berjalan. Melihat itu, Allison memutar bola mata dan segera menyusul langkah Lili yang sudah lumayan jauh dari tempatnya berdiri.
Namun, cengkraman pada lengan Allison membuatnya berhenti dan berbalik dengan menghembuskan nafas melihat siapa yang mencekeramnya.
Senyum miring yang sangat Allison kenal berserta ucapannya. "Mau kemana, lo?"
Charlotte berdiri dengan dua pengikut dibalik punggungnya menampakkan senyum kemenangan khas mereka.
Dan Allison menghela nafas mengetahui nasib buruknya di pagi hari akan segera dimulai.
*
Seorang pemuda berseragam SMA berjalan dengan langkah pasti memasuki area sekolah. Tiba – tiba langkahnya terhenti saat kedua matanya menangkap empat orang yang berseragam sama dengannya sedang terlibat percakapan yang lumayan serius menurutnya.
Tetapi, dahi pemuda itu berkerut saat melihat dengan jelas bahwa satu orang perempuan dengan kaca mata seperti terintimidasi dengan tiga orang lainnya.
Keingintahuan membuatnya melangkah mendekat, namun seperti tersadar bahwa itu bukanlah urusannya dia memilih berbalik dan meneruskan langkahnya yang sempat terhenti.
"Boleh nanya?" Pemuda itu bertanya pada salah satu pemuda lain yang berseragam sama dengannya.
"Ya?"
"Ruang Tata Usaha, dimana?"
"Anak baru?"
Pemuda itu mengangguk. "Iya, gue Fabian." ucapnya seraya mengulurkan tangan bersamaan dengan cengiran di wajahnya.
"Gue Deo," balas Deo dan membalas uluran tangan Fabian. "Gue juga mau ke arah Tata Usaha ini, yuk."
"Lo tahu kenapa dengan empat orang cewek di depan tadi?" Tanya Fabian menghindari kecanggungan yang mungkin akan terjadi diantara dua orang yang baru saja mengenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl In Fake (on editing)
Teen FictionMasa lalu yang buruk membuat seorang gadis SMA berpura – pura menjadi siswi cupu. Kecupuan membuatnya mudah di-bully dan tidak memiliki teman kecuali sahabat perempuannya sejak SMP. Namun, semua itu berubah sedikit demi sedikit semenjak sekolah meng...