Seharian di sekolah, Allison selalu menundukkan kepalanya. Dia takut jika Fabian mengatahui bahwa Alli si cupu adalah Allison si sahabat sejak kecilnya. Dia benar – benar benci hari ini. Ya, walaupun seharusnya dia senang karena hari ini Allison tidak mendapat gangguan dari Charlotte.
Fikiran tentang kejadian hari ini terus berputar di kepala Allison. Dia menghela nafas dan berbaring di atas ranjang dengan muka yang tertutup bantal.
"Ngapain sih, Al?" Sebuah suara membuat Allison mengerutkan kening di balik bantal.
"Allison?" Satu suara lagi masuk ke dalam indera pendengarannya yang menyadarkan Allison bahwa suara it nyata dan suara itu milik Fabian.
Allison menyingkirkan bantal dari wajahnya dan duduk seketika saat melihat Fabian berdiri di depan ranjang dengan kedua tangan berada di dalam saku celana.
"Eh? Fabian?" Ucap Allison masih terkejut. "Kok lo bisa ada di dalem kamar gue?"
Fabian menaikkan sebelah alisnya. "Siapa suruh enggak jawab panggilan gue, huh?"
Allison nyengir bersalah.
"Sekarang lo siap – siap aja, oke?"
Allison mengerutkan kening kembali.
"Ingetkan kalau kita mau jalan?"
"Ah, iya." Allison menepuk keningnya setelah mengingat janjinya tadi pagi dengan Fabian.
"Gue tunggu di bawah, jangan lama – lama!"
Setelah Fabian keluar dari kamar, Allison segera bangkit dan bersiap – siap dengan cepat secepat yang ia bisa.
"Yuk!" Ajak Allison yang berjalan mendekat ke arah Fabian.
Fabian tersenyum dan menggandeng Allison menuju mobil yang telah terparkir di depan rumah.
"Jadi, kita mau kemana?" Tanya Allison setalah dia dan Fabian berkendara sekitar dua puluh menit.
"Rahasia," Jawab Fabian tanpa mengalihkan perhatian dari jalan di depannya.
Allison yang mendengar jawaban dari Fabian lantas memutar kedua bola matanya. "Enggak ada jawaban selain itu?"
Fabian terkekeh mendengar gerutuan dari Allison. "Jangan ngambek, elah."
"Habis lo mah gitu."
"Ya emang rahasia, Allison. Udahlah jangan tanya lagi, tenang aja gue enggak bakal nyulik atau ngebunuh lo," Ucap Fabian dengan senyum yang setia terpasang pada wajahnya. "Lagian, siapa yang mau ngebunuh orang secantik lo."
Allison memutar bola matanya namun tak urung rona merah menjalar indah di wajahnya. "Gombal."
"Tapi suka, kan?" Fabian menaik turunkan alisnya yang membuat Allison tertawa. "Nah ketawa aja dari pada lo nanyain gue."
"Tapi kan gue kepo," Ucap Allison. "Kita mau kemana sih?"
Dengan senyum khasnya Fabian memarkirkan mobilnya. "Ke sini!"
Allison melihat sekitar dari jendela di sampingnya. Sebuah mobil yang terparkir rapi memenui lahan yang menurutnya sangat luas.
"Ini parkiran?" Tanya Allison dengan bingung yang dijawab anggukan oleh Fabian. "Terus kita cuma mau ke parkiran?"
Fabian terkekeh melihat kebingungan Allison. "Enggaklah, coba deh liat ke belakang."
Allison tersenyum lebar melihat apa yang ada di belakang. Lampu warna – warni memancar dengan indah dan ditemani bianglala serta bermacam – macam mainan.
"Dari mana lo tau disini ada pasar malem?" Tanya Allison.
"Tau dong, Fabian." Ucap Fabian dengan bangganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl In Fake (on editing)
Teen FictionMasa lalu yang buruk membuat seorang gadis SMA berpura – pura menjadi siswi cupu. Kecupuan membuatnya mudah di-bully dan tidak memiliki teman kecuali sahabat perempuannya sejak SMP. Namun, semua itu berubah sedikit demi sedikit semenjak sekolah meng...