"Kalau lo sama siapa, Fab?"
Fabian menaikkan kedua pundaknya acuh. "Belum tau, gue belum liat papan pengumuman." Tepat setelah Fabian mengucapkan itu, seorang perempuan dengan rambut terurai menepuk pundak Fabian.
"Lo Fabian, kan?" Tanya perempuan itu dengan senyum manis.
Fabian mengangguk. "Iya, kenapa?"
"Kita sekelompok," Jawab perempuan itu. "Jadi, kita belajarnya mulai besok, di rumah gue, oke?"
Fabian mengerutkan dahinya bingung sebelum membuka mulutnya guna berbicara, namun sebelum Fabian sempat mengucapakan satu-dua kata, perempuan itu sudah berlalu meninggalkan kantin.
"Dia sekelompok sama lo," Ucap Bara tidak suka. "Astaga."
Fabian yang tidak mengerti lantas menaikkan sebelah alisnya. "Emang kenapa?"
"Dia si ketua pem-bully-an yang dulu gue ceritain."
"Apa? Seriusan?"
Baik Deo maupun Bara mengangguk.
"Gue merasa kalau ini akan menjadi awal yang buruk."
Bara menepuk pundak Fabian dan terkekeh setelahnya. "Selamat menikmati hari lo."
Fabian mendengus mendengar apa yang Bara ucapkan dan memilih beranjak dari duduknya.
"Mau kemana lo?" Tanya Deo.
"Jangan baper lah Fab, masa cowok baperan." Timpal Bara.
Fabian menatap Bara tajam. "Gue enggak baper, oke."
"Terus?"
"Terus, gue mau balik kelas karena sekarang udah bel." Tepat setelah Fabian menyelesaikan kalimatnya bel berbunyi dengan nyaring membuat siswa – siswi yang berada dalam kantin berhamburan menuju kelas masing – masing.
"Gue mulai takut kalau lo bisa membaca fikiran." Celetuk Bara.
Fabian terkekeh. "Jika gue bisa, gue enggak akan membaca fikiran lo yang jorok itu."
*
Waktu demi waktu telah terlewati hingga jam sudah menunjukkan waktu pulang. Seruan heboh terdengar sebagai perayaan umum setiap dering bel tanpa pulang sekolah berbunyi.
Guru mata pelajaran terakhir menghembuskan nafas melihat kelakuan murid – muridnya yang sudah tidak sabar menyambut kasur masing – masing.
"Baiklah anak – anak, pelajaran saya cukupkan hari ini." Ucap guru itu yang disambut gerombolan desak – desakkan keluar kelas, seakan berlomba untuk menjadi yang pertama keluar dari sebuah penjara.
"Kalian duluan aja." Ucap Bara.
"Emang lo mau kemana?"
Bara mengedikkan bahu kearah Allison dan Lili yang masih duduk di bangku mereka. "Ngomong sama Lili."
"Gue ikut," Ucap Deo. "Gue mau ngomong sama Alli, juga."
"Dan gue enggak," Ucap Fabian dengan cengiran. "Gue mau jalan bareng seseorang."
"Seseorang itu bukan Charlotte, kan?"
Fabian menggeleng terang – terangan. "Bukanlah,"
"Gue duluan," Lanjut Fabian dengan menepuk pundak Deo dan Bara, lalu berjalan keluar kelas.
Deo dan Bara memberikan senyum kecil pada Fabian sebelum melangkah ke bangku Allison dan Lili.
Bara dan Deo berdiri di belakang Allison dan Lili, namun kedua perempuan itu seperti masih terlibat obrolan serius hingga tidak menyadari keberadaan Deo dan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl In Fake (on editing)
Teen FictionMasa lalu yang buruk membuat seorang gadis SMA berpura – pura menjadi siswi cupu. Kecupuan membuatnya mudah di-bully dan tidak memiliki teman kecuali sahabat perempuannya sejak SMP. Namun, semua itu berubah sedikit demi sedikit semenjak sekolah meng...