Act 4

499 33 3
                                    

"Apa?" Kenya menaikan sebelah alisnya setinggi Jaya Wijaya. Dia tidak percaya maminya baru saja mengatakan itu. "Mami... Becanda ya?"

Ketidakpercayaan Enya dibalas dengan tepukan pundak dari Mami, mami menaruh kedua tangannya disana. "Mami percaya kamu sama Novel cocok. Setelah gosip test pack terus kamu makan siang bareng juga lebih baik kamu sama pacaran sama Novel. Novel kan ganteng, Nya."

Jadi ini alasannya si ibu menyuruh anaknya yang rapuh tidur cepat supaya bisa dibangunkan pagi-pagi? Ini alasan yang membuat si putri unicorn berganti baju tiga kali untuk menyocokan baju dengan situasi? Supaya gadis luar biasa itu terlihat normal?

Gadis dengan dress bermotif daun pisang, anting emas yang menggantung bergaya baroque di masing-masing telinga dan bandana dari kain warna merah itu bangkit dari kursinya. Memandangi ayahnya, menerka yang sedang difikirkan sang ayah. Kemudian beralih kembali menghadap ibunya.

"Mami, aku suka sama cowok-cowok ganteng bukan berarti aku mau sama siapa aja! Aku kenal Novel aja baru dua hari!" Anak mereka mengacungkan dua jari di hadapan ibunya, lima sentimeter saja jaraknya. Dasar anak kurang ajar.

Tapi maminya pantas diperlakukan seperti itu menurut Kenya. Seharusnya mami bilang, seharusnya menjelaskan. Kenya memang bodoh, tapi bukan berarti segalanya harus disembunyikan. Mami selalu begitu. Lalu papi diam saja.

"Papi sama Mami tau, Enya. Cuma ini bukan buat mami atau sama papi aja, tapi buat kamu juga. Orang-orang udah mikir yang jelek meskipun kita udah bilang test packnya bukan punya kamu. Orang lain nggak mudah percaya, apalagi saat itu kamu meluk Novel dan besoknya makan siang sama dia. Ini bukan hanya untuk Mami dan Papi, tapi buat kamu dan Novel juga."

Sebetulnya apa yang Papi bilang ada benarnya, malah benar semua. Untuk Mami, Papi, dia sendiri dan Novel. Karier mereka semua dan masa depannya. Akan sangat rumit untuk menangangi gosip miring itu, terlebih drama mereka sudah berjalan dua episode berturut-turut, bukan hanya satu.

Tapi..

"Tapi kan Enya sama Novel nggak saling suka. Lagian kan Enya udah ada cowok!"

Waktu menjadikan mereka manekin tak bergerak. Mami dan Papi hanya menatapi Enya yang tidak percaya tapi ingin percaya bahwa anaknya akhirnya memiliki seorang kekasih. Lidah ingin menanyakan lebih lanjut, namun sebuah ketukan mengintrupsi dan seorang perempuan berbaju formal masuk membawa informasi bahwa pangeran sudah tiba.

"Mami! Papi!" Enya berteriak ketika Novel dan asistennya memasuki ruang kerja Ayah Enya.

Ketiga orang Iskandar bahkan tidak menyambut mereka dengan sapaan atau sekedar senyuman. Karena Enya sedang rewel. Enya berkecak pinggang menarik perhatiannya, berdiri, berjalan-jalan dengan satu kakinya.

"Emang siapa sih cowoknya?" Tanya mami berjalan mendekat, dia tidak percaya. "Itu pacar kamu?"

"Bukan, tapi aku suka!"

"Ah.. tuh kan bukan pacar! Cuma suka aja!"

"Tapi Enya udah nge-date dua kali, Mam! Tiga, sama Bitches."

Bitches adalah nama genk enam sekawan itu. Memukau, ajaib, luar biasa sekali bukan namanya?

"Emang itu siapa? Kok udah aja pergi bareng Bitches."

"Sepupunya Carli-"

"Jerman?"

"Iya!"

Tentu saja, syaratnya kauskasian. Kenya suka pria kulit putih dan sepupu Carlisa berasal dari Jerman.

"Dia tinggal di Jerman?"

"No, dia pindah ke Jakarta beberapa bulan lalu karena kerjaan. Dia ganteng banget mami!"

Princess Kenya In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang