Act 12

221 16 0
                                    

Gadis itu berduka pagi ini. Coba lihat maxi dress hitam dan topi saya bundar dengan warna senada. Kala kakinya melangkah keluar rumah, sang surya menertawakannya, menampar dirinya dengan sinar gemilau yang bahagia. Penganiayaan yang dilakukan oleh sang surya tersebut membuatnya mengeluarkan atribut duka lainnya, yakni kacamata hitam untuk menutupi kesedihan di matanya.

Jakarta sangat terik, tapi dihatinya musim gugur datang dengan langit kelabu.

Tidak ingin ia pergi ke kampus, terlalu letih untuk kemungkinan nanti malam. Ragu Novel akan menyambutnya dengan senyum. Dengan senyum? Cih, Novel tidak akan pernah menyapanya lagi.

Namun hari ini dia wajib pergi ke kampus bukan untuk belajar, tapi untuk bersandar di pundak teman-temannya. Hanya itu sebelum ia bersumpah akan mengubur ponsel pemberian Novel di pohon besar halaman kampusnya, lalu tentu saja menyambut Kayden.

Beberapa langkah menuju mobil, dia manatap seseorang berdiri di depan mobilnya. Seorang pria, berbaju biru secerah langit pagi ini. Seorang pria, dengan senyum bibir merah seperti cinta yang segar. Dan seorang pria dengan buket besar bunga penuh warna seperti jiwa Kenya sebelum dipatahkan Novel.

"Enya.." pria yang dikenal Kenya itu melangkah maju, hati-hati sekali seolah ia tahu Kenya akan mencakar wajahnya. "Maafin aku."

.

.

.

Enya terbangun dari mimpi palsunya. Mimpi indah tapi sangat menyakitkan ketika bangun. Pernahkah kau merasakan mimpi yang sangking indahnya membuatmu jatuh ke dataran krikil tajam ketika bangun? Seperti itulah luka yang didapati Enya ketika terbangun dan menyadari sepercik keindahan itu cumalah mimpi.

"Novel.."

Enya berucap seperti sedang mengaduh kesakitan. Jika dibelah bagian otak yang menyimpan memori mimpinya barusan, pasti sudah disana sudah busuk.

Selimutnya dia buang ke lantai kotor sekotor ucapan manis Novel yang menipu. Ingat rayuan maut Novel di mobil? Enya tau Novel memiliki lidah yang manis dan pandai merangkai kata untuk menjatuhkan lawan jenis berlutut di kakinya.

Saat ini ia beranjak dari kasurnya untuk bersiap-siap ke kampus. Tidak, tidak dengan pakaian serba hitam karena berduka atas Novel. Namun seperti biasa dan seharusnya, Kenya mengenakan baju penuh warna.

Tidak akan ada yang bisa menjatuhkan Kenya ke jurang. Begitulah seorang perempuan seharusnya. Dia jatuh dan menangis karena kesakitan. Kesakitan karena fisiknya terluka, tapi tidak berarti dia lemah.

Setiap orang memiliki kekuatan fisik yang berbeda, tapi kekuatan mental Kenya telah diasah begitu lama. Kuat, tahan banting, percaya diri. Kenya adalah sebongkah berlian murni.

**

Hari ini menunya sushi, makan sepuasnya setelah membeli kupon diskon di internet. Kenya beruntung karena Dennis khawatir akan kejadian yang terjadi tiga hari lalu, ketika Kenya lesu dan menolak tawaran makan pizza. Sebagai sahabat yang baik Dennis mentraktir putri Kenya hari ini, hanya Kenya dan tidak satupun Bitches yang lainnya.

Sudah berapa porsi, Kenya tidak mengingatnya lagi. Mungkin sepuluh porsi telah dimasukan kedalam perut kecilnya, mungkin sebentar lagi putri unicorn itu membutuhkan kamar mandi untuk mengeluarkan poop unicorn yang warna-warni seperti pelangi.

Tapi itu nanti, si unicorn kelaparan masih belum puas. Kenya tidak akan berhenti sebelum tanduk di kepalanya tumbuh, sebelum tubuhnya berubah menjadi unicorn sungguhan.

"How's Novel?" Mulut Carlisa menyerocos seperti soang liar kelaparan yang baru melahirkan anaknya.

"Carlie, shut up!" Keempat orang lain berseru seperti kembang api di tanggal 31, beriringan, kencang dan memecah langit.

Princess Kenya In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang