Confessed
.
Kyungsoo berharap hari ini akan menjadi lebih baik saat menerima lembar hasil ujian di kelasnya tadi pagi. Tapi nyatanya, dia ingin sekali membakar kertas itu dan menebar abunya di sepanjang sungai Han!
Dia tidak akan mengira jika nilainya kali ini lebih buruk dari ujian kemarin. Yah, meski bukan angka di bawah enam puluh, tapi tetap saja bagi Kyungsoo yang seorang pemegang predikat terbaik akan merasa kecewa jika tidak mendapat nilai sempurna. Guru Lee selaku pengajar literaturnya juga baru kali ini menegur Kyungsoo. Semua itu membuatnya makin pusing, apa yang salah dengan dirinya akhir-akhir ini?
Semangatnya menjadi hilang, tak ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Langkah kakinya sengaja diperlambat hingga tak sadar telah membawanya berhenti di depan sebuah kafe di pertigaan Gangnam. Seingat kapasitas otaknya, Kyungsoo merasa tidak pernah tau ada kafe di sekitar sini-atau mungkin dianya saja yang terlalu fokus pada jalan di depannya.
Tidak ada salahnya masuk, kan?
Dengan agak ragu, Kyungsoo membuka pintu kaca itu hingga terdengar dentingan bel yang menggema seisi kafe. Seorang waitress menyapanya ramah dan menggiringnya ke salah satu kursi yang masih tersedia. Untuk pertama kalinya Kyungsoo menginjakkan kaki di sini, tidak tau akan melakukan apa selain memesan secangkir kopi yang semoga dapat membantunya merilekskan pikiran.
Kyungsoo duduk sendirian di ujung sana sambil memegang selembar kertas ujiannya yang terlipat kusut. Menunggu seorang waiter membawakan daftar menu untuknya, karena mereka terlihat sedang sibuk mengurus pelanggan lain.
Melihat kertas ujiannya lagi, pemuda brunette itu rasanya ingin menangis saja. Dia kalah telak dengan seorang rivalnya di kelas yang mendadak muncul dan selalu mendapat nilai sempurna-menggantikan posisinya. Sebenarnya hanya Kyungsoo saja yang menganggap Luhan sebagai rival, karena pemuda China itu sama sekali tak ambil pusing dan selalu bersikap baik pada Kyungsoo. Luhan mendadak menjadi primadona kelas setelah seminggu kepindahannya ke Korea. Dengan predikat akademis yang tinggi, sifat ramah dan didukung wajah yang manis, tidak heran seluruh kelas sangat menyukainya-dan melupakan Kyungsoo yang sempat menjadi bintang di kelas sebelumnya. Jika tidak ada Luhan, Kyungsoo pasti masih memegang julukan itu.
"Umma~ aku tidak mau pulang.." lirihnya pada angin. Kyungsoo menunduk memperhatikan kotak-kotak ubin di lantai pijakannya. Kedua tangannya bertumpu pada lututnya sambil mengeratkan kertas 'sialan'nya itu.
Pertahanannya pun runtuh. Satu tetes air mata meluncur jatuh menjejaki pipi tembamnya. Ini semua karena angka 65 yang tertulis tegas di kertas ujiannya. Angka menyebalkan yang membuatnya harus menerima ceramah sang Ayah yang siap menanti di rumah.
Kyungsoo hanya fokus pada kegiatannya menumpahkan kesedihan dengan menangis. Hingga dia tidak sadar pada kedatangan seseorang yang sudah berdiri di sampingnya.
"silakan menunya" suara maskulin seorang waiter pria, batin Kyungsoo. Tanpa melakukan kontak mata, dia pun meraih cepat daftar menu yang disodorkan waiter itu. Kyungsoo tidak mau menakuti pria itu jika melihat mata sembabnya. Biarkan saja seperti ini.
"satu hot coffee latte" ucapnya cepat, dan buru-buru mengembalikan daftar menunya.
Tak butuh lama bagi pria tadi membawakan secangkir hot coffee latte pesanan Kyungsoo. Secangkir kopi panas yang uapnya masih mengepul dengan aroma yang memikat. Hanya menghirup aromanya saja sudah membuat Kyungsoo merasa rileks, dan dia tidak tau sejak kapan air matanya berhenti mengalir. Seketika senyumnya terkembang manis, ingin mengucapkan terima kasih pada waiter pengantar kopinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/105831533-288-k43493.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Krisoo
Fanfictionone shot all about my lovely OTP Kris x Kyungsoo (Giant x Squishy) x'D in bahasa. Nb: selama belum ada tulisan (complete) berarti masih lanjut. Udah gitu aja 😂