"Perkenalan"

99 3 1
                                    

BAGIAN II

Suatu hal yang membawa kenangan untuk datang, akan membawamu kembali dalam bayang-bayang masalalu. Kau akan teringat lembar demi lembar cerita yang pernah kau tulis. Saat itu sebuah kenangan manis. Kau merasa bahagia dan ingin kembali mengulang semua itu. Namun, tidak semua cerita kenangan mempunyai alur yang bahagia. Jika itu adalah sebuah kenangan akan penghianatan. Maka kau akan merasakan sakitnya berulangkali dan berharap ia segera pergi.

Seperti halnya yang dialami oleh Yode. Dia kembali mengingat kenangan yang sangat ingin dia lupakan. Akan tetapi, kenangan sangat sulit untuk dihapus. Saat ia sudah pernah menyatu sangat lama dengan diri kita.

"Kak.. Kak... Bangunn...." Suara lembut yang keluar dari mulut seorang gadis. Dia terlihat begitu berusaha payah membangunkan pria yang sedang tidur dengan lelapnya. Di lantai dalam sebuah ruangan dengan beralaskan tikar dan bantal untuk tempat si pria membenamkan mukanya.

"Hmmmm.. Hmmmm.. hmmmm.." Yode membalikkan badannya yang tadinya tidur terlungkup. Dia berusaha membuka lebar matanya yang masih menyimpan kantuk akibat begadang karena acara mancing berdua dengan Madi tadi malam, "Iya.. iya.." katanya sambil mengucek matanya. Dia celingak-celinguk melihat sekitar. Dan yang terlihat hanyalah seorang gadis cantik tepat berada di hadapannya, "Ada acara apa ni dek?"

"Maaf... aku mengganggu Kak Senior tidur. Kita mau bersih-bersih sekre seperti biasanya," jawab Gadis tersebut dengan suara yang lembut dan senyuman manis yang menempel di wajahnya.

"Owhhh.. Sudah hampir sore ya? Yang lain pada ke mana?" tanya Yode yang sudah tersadar, tadinya dia mengira sedang bermimpi dihampiri oleh sesosok bidadari nan elok parasnya.

"Iya, Kak Senior. Sudah hampir jam empat sore. Senior-senior dan teman-teman yang lain tadi pergi melihat acara panggung seni di Kampus Andalas, Kak. Belum pada balik," jawab si gadis dengan muka yang memerah malu.

"Owhhh, gitu ya. Kamu jangan panggil aku Kak Senior, Dek. Namaku Yode Andrean. Panggil aku Yode!"

"Maaf.. Kak Yode. Habisnya aku takut ntar dimarahi sama Kakak."

Dia hanya memandangi Yode yang terus saja menatapnya. Mukanya tambah memerah malu. Membuat Yode merasa penasaran dengan gadis itu.

"Nama kamu siapa? Kamu ada mengikuti proses DIKLAT?" tanyanya kepada si gadis.

"Emylia, Kak. Tapi biasa dipanggil Lia. Lia Ikut kok, Kan Kak Yode adalah senior terkejam waktu itu," jawab gadis itu dengan pasti.

"Owwwh... iya maaf deh. Aku baru ngeliat kamu sekarang, Dek. Kamu sendirian aja kesininya, Lia? Kenapa nggak ikut yang lain?"

"Lia enggak sendirian kok. Kami kesini bertiga tadi datangnya. Sekarangkan jadwal piketnya Lia, Mona dan Ranti," jawabnya dengan tidak canggung lagi kepada Yode.

"Mana dua orang lagi, Lia?" Yode kembali celingak-celinguk melihat sekitarnya.

"Lagi di luar tuh, Kak. Lia kali ini mendapat bagian untuk membersihin sekre yang di dalam. Mona bagian di luar sekre dan Ranti yang bersihin peralatan makan, Kak."

"Hmmm.. Gitu ya. Aku cuci muka dulu. Entar aku bantuin kalian," katanya kepada gadis itu. Yode lalu berdiri.

"Ehhh., Enggak apa-apa kok, Kak. Inikan tugas kami."

Yode seperti tak menghiraukan perkataan gadis itu. Dia melangkah keluar ruangan dan bertemu dengan teman gadis itu yang sedang menyirami tanaman yang ada di halaman luar sekre.

"Kamu pasti yang bernama, Mona?" tanya Yode kepada gadis yang ditemuinya.

"Iya.. Kak Senior," jawab gadis yang sedang menyirami bunga-bunga yang ada dalam pot plastik di halaman sekre mereka itu. Mona kemudian menghampiri Yode dan menyalaminya, "Nyenyak kali tidur Senior. Lia aja sampe hampir nyerah," kata Mona sambil melepas senyuman ketika melirik Lia, "Mona lanjutin kerja lagi ya, Senior." Mona kemudian kembali menyiangi rerumputan yang ada disekitar tenaman.

Seumpama Senja "Jangan Menyimpan Rasa Jika Tak Kuasa Menahan Rindunya"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang