"Badai"

34 2 0
                                    

BAGIAN XI

Yode melenggang masuk bandara tanpa berpamitan kepada Ucok yang mengantarnya, ia marah kepada Ucok yang tidak memberitahukannya perihal pernikahan Lia. Di satu sisi, ia memahami bahwa Ucok mencoba untuk tidak menyakitinya dengan memberitahukan hal seperti itu, setelah lama tidak bertemu dengannya, namun tetap saja amarahnya lebih menguasai. Dan Ucok merasa sangat bersalah kepadanya, saat Yode akan memukulnya, ia tidak menghindar dan malah menawarkan pipinya sebagai bentuk permintaan maaf. Yode yang melihat sikap serius Ucok langsung mengurungkan niat untuk memukul junior yang pernah menjadi ketuanya sewaktu mereka bertemu setelah hujan sore itu.

Selama di dalam pesawat, ia hanya bermurung diri dan menatap awan-awan dari jendela pesawat. Hanya tampak lautan lepas, kota Padang telah terlewati begitupun kenangan, ia berharap juga tinggal di sana, namun kenangan tetap melekat dalam kepalanya, penuh buku catatan perjalanannya yang selalu ia bawa dalam tas sampingnya dengan puisi-puisi. Tak ada kata yang syarat akan makna bahagia, lebih kepada seperti seorang penyair yang menderita.

"Kok cemberut aja dari tadi, di nikmati dong perjalanannya," tegur seorang pramugari.

Ia melihat ke suara yang mengomentari dirinya, "Bukan cem..." kata-katanya terputus melihat pramugari tersebut.

"Kok enggak diterusin ngomongnya?"

"Ranti? Kamu Ranti bukan?"

Pramugari tersebut tersenyum kepadanya, "Ini Kak, ntar aja kita lanjutin," Pramugari yang merupakan wanita yang ia kenal selama ini menyerahkan sebuah kontak telpon kepadanya.

"Oke."

Yode terlambat memahami bahwa ia tidak bisa bebas meluapkan semua yang ada di benak dan yang ada di hatinya kepada Ranti saat ini. Wanita itu sedang menjalankan tugasnya, ia sangat tidak menyangka akan dipertemukan dengan wanita yang dahulu sering menjadi teman curhatnya mengenai Nadya ataupun Lia di atas pesawat menuju Jakarta.

Pesawat akhirnya tiba di bandara Soekarno-Hatta, para penumpang turun di arahkan oleh para pramugari. Saat akan turun pesawat, Ranti lah pramugari yang berada di pintu belakang tempat ia turun, mereka bersikap biasa saja layaknya antara penumpang dan pramugari. Di kantin bandara tersebut, Yode menunggu kedatangan Ranti. Ia menghubungi Ranti melalui kontak yang diberikan kepadanya. Dari tempat ia duduk, jelas tampak orang yang akan keluar dari bandara melalui tangga berjalan tersebut. Serombongan pramugari yang berparas cantik, rambut yang di potong pendek dan rok panjang belahan hampir ke paha menarik koper yang di bawa masing-masing, dan di antara kerumunan tersebutlah Ranti muncul, dari jauh mereka sudah sama-sama menatap dan tersenyum.

Yode berdiri saat seorang pramugari cantik menghampirinya, wanita itu langsung menghambur dalam pelukannya, sifat manja yang masih tetap melekat di diri wanita itu masih terasa. Di belainya rambut kepala Ranti dengan lembut, tak mereka pedulikan orang-orang yang menonton adegan pertemuan ala filem korea tersebut.

"Kak Yode! Aku kangen banget sama Kakak, susah payah aku mencari kontak Kakak dan keberadaan Kakak," ujarnya dalam dekapan Yode.

"Maaf, aku menghilang begitu saja. Aku juga rindu sama kamu."

Ranti melepaskan pelukannya, "Alah, mana mungkin. Rindunya Kakak kan untuk Lia seorang, huh," kata Ranti dengan memasang wajah cemberut.

Senyuman Yode hilang dalam beberapa saat ketika mendengarkan nama Lia di sebutkan.

"Duduklah, Ran. Kita perlu berbincang-bincang panjang setelah sekian lama."

"Sepertinya ada masalah lagi ya. Kenapa masang wajah cemberut seperti itu setelah ketemu aku, enggak senang ya. Kalau iya aku langsung pulang nih."

Seumpama Senja "Jangan Menyimpan Rasa Jika Tak Kuasa Menahan Rindunya"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang