"Cinta dan Sahabat"

145 3 0
                                    

BAGIAN V

Setiap mereka memilih berjuang dalam cinta, namun pada akhirnya menyerah dan memilih kalah. Setiap mereka akan mencari pasangan yang terbaik, namun akhirnya pasrah dan menerima takdirnya. Kita hanya mengikuti, menjalankan, dan menikmati. Namun pada satu kesempatan, kita tetap harus menentukan sikap.

Lia dan Yode di hadapkan pada situasi di mana mereka harus memilih sikap terhadap kedekatan mereka yang tidak jelas sebagai 'apanya. Dalam keadaan ini, Lia mendapatkan posisi paling sulit dibandingkan Yode. Sebab, jika dia memilih untuk menyerahkan hatinya kepada Yode. Maka akan ada hati lain yang dia sakiti, dan ia juga bimbang apabila ternyata perasaan Yode kepadanya tidak seperti yang ia bayangkan.

Lia pernah menyatakan bahwa dia tidak ingin menjalin hubungan seperti pacaran. Hal itu ia ungkapkan pada saat Irfan teman baiknya menyatakan cinta kepada dirinya. Saat itu, dia belum dekat dan mengenal baik lelaki yang bernama Yode. Namun, setelah waktu berlalu dia merasakan titik di mana ia begitu nyaman dengan kehadiran sesosok lelaki di dalam hidupnya, dan ingin menyerahkan sepenuh hati untuk sosok lelaki itu.

"Aduh.., Ya Tuhan, bagaimana ini? Aku sangat mencintai Kak Yode, namun dia tidak menunjukkan sikap untuk serius kepadaku. Menyatakan perasaan saja dia tidak ada. Lalu, jika kami nanti berpacaran. Mau di taruh ke mana muka ini saat bertemu Irfan. Aku menolaknya dengan pernyataan tidak ingin berpacaran. Dan sampai sekarang dia masih terus mengejarku," beberapa perdebatan terjadi dalam diri Lia.

Tiba-tiba sebuah pesan BBM masuk ke ponselnya.

"Dasar kamu cewek munafik!
Aku enggak nyangka kamu bisa berbohong kepadaku! Lia.
Kamu bilang tidak ingin pacaran.
Tetapi, kamu malah jadian dengan senior kita.
Aku benar-benar salah menilai dirimu.
Aku kira kamu cewek yang tulus, jujur dan baik.
Ternyata kamu hanya cewek munafik!"

Pesan masuk itu ternyata dari Irfan. Hal yang ditakutkan olehnya terjadi juga. Tapi, lelaki itu salah menilai keadaan yang sebenarnya. Dia bahkan belum berpacaran dengan Yode, masih sekedar dekat, walaupun kedekatan mereka terlalu berlebihan jika hanya dibilang sekedar teman atau 'abang-adek'.

"Maaf... Irfan.
Aku tidak seperti yang kamu bilang.
Dan kata-katamu itu terlalu kasar.
Kamu salah menanggapi apa yang terjadi.
Besok aku harap kamu mau bertemu aku.
Kita harus bicara.
Aku tunggu di tempat biasa, tempat kita duduk menunggu senja," balas Lia melalui pesan BBM kepada Irfan.

Jauh sebelum dia berkenalan dengan Yode dan dekat dengannya. Irfan adalah lelaki yang lebih dahulu dekat dengannya, mereka dahulu sering bermain di pantai yang juga tak begitu jauh dari kos Lia, menghabiskan sisa hari, melepas penat dari persoalan kuliah dengan menunggu mentari tenggelam dan menikmati senja selepasnya.

***

Menjelang sore hari, seperti yang sudah dijanjikannya kepada Irfan semalam. Lia sudah berada di tempat yang dipilih untuk pertemuan mereka. Ia duduk di atas bebatuan karang, yang tersusun dari tepi daratan hingga ke tepi laut, menurut kegunaannya sebagai penahan laju ombak. Matanya ia sipitkan saat menatap lautan yang di silaukan cahaya matahari yang bergegas pulang. Sesekali ia harus menyeka wajahnya yang terkena percikan ombak yang menghantam batu karang, dengan terus melamun seperti mencari teka-teki ujung dunia.

"Hai.. Lia," Irfan datang dan membuyarkan lamunannya.

Lia menatap Irfan, "Duduk dong. Kalau berdiri terus entar capek," Lia mempersilahkan Irfan duduk disebelahnya.

"Iya," duduk dan kemudian menatap gadis itu,"Ada apa kamu minta aku ke sini Lia?" Irfan langsung to the point kepada Lia.

"Sudah lama kita enggak main ke sinikan, Fan?" Lia berusaha memecah ketegangan pada dirinya, ia tidak ingin langsung membahas hal yang untuk dirinya sendiri belum siap menghadapi.

Seumpama Senja "Jangan Menyimpan Rasa Jika Tak Kuasa Menahan Rindunya"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang