"Puisi"

287 2 0
                                    

BAGIAN IX

Di depan ruangan radionya, Elsa terlihat menunggu kedatangan seseorang. Semalam mereka telah berjanji untuk bertemu di sana, ia begitu tidak sabaran akan kedatangan lelaki yang tidak lain adalah Yode, lelaki yang telah masuk dalam pikirannya beberapa waktu ini. Hari ini ia akan mendapatkan jawabannya dari Yode tentang perasaan lelaki itu kepadanya. Di lihatnya ke tangga yang menuju ke lantai dua tempat di mana ia berada, di sana muncullah orang yang ditunggunya. Dengan celana jeans yang sobek dibagian kanan dan kiri lututnya, serta rambut gondrong yang diikat. Lelaki itu melambaikan tangan dan tersenyum kepadanya.

"Kok lama nyampenya, Senja?" sambut Elsa atas kedatangan Yode.

"Maaf ya, Elsa. Aku tadi ke kampus dulu, masukin berkas untuk wisuda."

"Asikk.. Senja sebentar lagi bakalan wisuda, melepas status sebagai mahasiswa tua," Ledek Elsa.

"Ini anak! Pengen dipencet itu pipi bakpao?" Yode mendekatkan tangan ke pipi Elsa.

"Jangan Senja! Nanti makin besaran pipiku," sahut Elsa, sembari menutupi pipi dengan kedua tangan.

"Hahaha.. Makanya jangan suka ngeledekin orang."

Elsa menatap mata Yode dengan serius, hal itu membuat Yode jadi salah tingkah. Yode pun kebingungan menanggapinya.

"Senja! Aku mau jawaban kamu sekarang. Aku udah nungguin, dari tadi malam aku udah enggak sabaran mendengar jawabanmu," ujar Elsa yang membuat Yode semakin gugup.

"Maaf, Elsa. Aku enggak bisa jawabnya melalui lisanku," Kemudian ia mengeluarkan kertas yang terlipat dalam saku celananya, dan menyerahkan kertas itu, "Ini adalah jawaban dariku untuk kamu Elsa. Tolong kamu buka dan bacanya nanti. Ketika pertemuan ini berakhir."

Elsa terlihat kebingungan menerima kertas tersebut.

"Kamu seperti orang zaman dulu. Pake surat-surat segala. Mending kalau kita jauh. Ini kita lagi berhadap-hadapan sekarang. Masa harus jawabnya pake surat sih, Senja!" Elsa mengerutkan keningnya.

"Aku bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan dengan mudah melalui lisan, sehingga aku memilih mengungkapkan melalui tulisan. Apalagi ini menyangkut perasaan," kata Yode memberi penjelasan.

"Hmm.. Iya deh senja," Elsa menghela nafas panjang, "Yang terpenting ada jawabannya. Aku enggak suka digantungin terus perasaanku."

Mereka pun melanjutkan pembicaraan, dengan bahasan-bahasan yang menarik seperti bagaimana menjadi penulis atau penyiar. Mereka berdua cukup saling memahami dan mengerti kepribadian satu sama lain. Oleh Yode sendiri, Elsa merupakan tipe cewek yang disukainya, dan Elsa pun telah menaruh hati kepadanya. Akan tetapi, Yode masih bingung dengan yang dilakukan logika pada hatinya. Dalam logikanya; Lia yang sudah menolaknya dan juga telah dekat dengan pria lain, seharusnya ia moveon dan mencari pengganti Lia. Sementara hatinya; Lia merupakan suatu hal yang harus diperjuangkaannya mati-matian hingga titik darah penghabisan. Kehadiran Elsa membuat perdebatan antara hati dan logika Yode.

***

Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian. Elsa melemparkan tubuhnya ke atas kasur., ia mengeluarkan kertas yang tadi diberikan oleh Yode. Ia begitu penasaran, akan tetapi Yode meminta untuk membacanya saat mereka sudah selesai bertemu. Elsa mengganti posisi rebahannya dalam keadaan miring, tangan kanannya memegang surat. Lantas ia pun membaca isi dari surat tersebut yang ternyata isi surat itu sebuah puisi.

Untuk Elsa,
Jingga yang hadir atas Senja-senja yang mendung sebelumnya.

Terimakasih

Seumpama Senja "Jangan Menyimpan Rasa Jika Tak Kuasa Menahan Rindunya"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang