"Setelah"

58 2 0
                                    

BAGIAN X

Aku mungkin terlihat diam, membuang pandang, seperti tak peduli. Aku sering terlihat memberi hati pada yang lain, canda tawa yang membuatmu kecewa. Tak sering menorehkan hujan pada hatimu, melelehkan kutub pada matamu.

Bukalah hati yang pernah kuberi, di sana bertumpuk kertas dari puisi yang kutulis untukmu, dinding-dinding yang di penuhi potretmu, dan selalu ada namamu dalam setiap doa, aku selalu memperhatikan lebih dari dirimu.

Kita hanya perihal waktu, berpisah atau bersatu

Berat ia melangkah keluar dari bandara. Sudah lima tahun lamanya ia tak pernah ke negeri ini. Yode menghirup udara dalam-dalam, merasakan udara kota yang lama tak di jumpainya lagi. Setelah wisuda lima tahun lalu, ia langsung berangkat ke Jakarta. Bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah, menulis buku dan menjadi pembicara di setiap acara yang berkaitan dengan literasi. Di sana ia tak sendiri, berkumpul bersama seniornya seperti Rangga dan ia juga membuka kelas menulis dengan seorang penulis karibnya yakni Boy Candra. Hari-hari yang ia lalui di Jakarta membuatnya sedikit lupa apa yang terjadi saat di Kota Padang.

Hari ini, ia datang kembali untuk memberi materi di sebuah acara di kampus lamanya, sekalian ia reuni dengan masalalu.

"Sudah lama sekali. Apakabar kota kenangan ku?" ujar Yode menatap langit luar bandara.

"Pak mau ke mana, ayo saya antar?" kata seorang bapak-bapak yang sepertinya adalah seorang sopir taksi yang biasa mengantar jemput penumpang yang mau pergi atau baru datang di bandara.

"Tidak, terimakasih. Saya udah ada yang jemput pak."

"Oh, gitu ya Pak. Selamat siang."

"Iya. Selamat siang kembali."

Sapaan ramah dari masyarakat minang kepadanya, membuatnya tak sabar menjelajahi rindu di kota Padang.

Yode duduk di bangku tunggu bandara. Membuka sebuah buku Novel, lalu larut dalam bacaannya. Orang-orang berlalu lalang di depannya, dengan beragam kesibukan dan kegiatan. Tidak lama ia seperti itu, seseorang datang menghampirinya.

"Bang Yode!" sahut seseorang kepadanya di antara kerumunan.

Yode mencari arah suara orang yang memanggilnya, di lihatnya dari seberang ada Ucok yang melambai-lambaikan tangan kepadanya. Ia lantas berdiri dan menghampiri Ucok.

"Cok. Apakabar kau? Lama tak kulihat!"

"Ahh, yang pergi itukan Bang Yode, aku di sini aja. Masih seperti ini, Bang Yod yang banyak berubah. Gak gondrongan lagi, udah kekinian banget."

"Kau bisa aja, Cok."

"Langsung cus aja kita ni?"

"Cari makan dulu, Cok. Laper aku."

"Traktir aku Bang Yod!"

"Sip, aman tu."

Yode meninggalkan bandara, di boncengi oleh Ucok dengan motornya. Dalam perjalanan menuju kampus lamanya atau lebih tepatnya menuju ke sekre yang sudah lama tak dikunjungi olehnya.

"Cok, udah wisuda kau?"

"Udah dong," sahut Ucok sedikit berteriak mengimbangi laju motor, "Bang Yode hilang tanpa kabar, kami cuma taunya Bnag Yode udah nerbitkan buku aja."

"Aku dalam perjalanan moveon waktu itu, Cok."

"Alah, move on apanya, sama Lia?"

"Ahh, jangan sebut merek, Cok."

Perbincangan mereka begitu panjang, sepanjang perjalanan yang mereka lalui. Di sebuah rumah makan padang, Ucok berhenti dan memakirkan motornya. Mereka lalu duduk dan menunggu hidangan dari rumah makan tersebut.

Seumpama Senja "Jangan Menyimpan Rasa Jika Tak Kuasa Menahan Rindunya"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang