Chapter 1

9 0 0
                                    

"Kring kring kring ada sepeda. Sepedaku roda dua..." Sambil mengayuh sepedanya, Kaysha yang baru berumur empat tahun menyanyikan lagu favoritnya itu. Sepeda melaju asyik, lalu membelok ke kiri. Tapi kemudian...Dari arah berlawanan...Munculah sepeda lain yang dikemudikan anak laki-laki lain, tetangga Kaysha. Kaysha jadi gugup. Tabrakan tidak dapat dihindari. Sepeda Kaysha jatuh menimpa sepeda anak laki-laki itu !

Anak laki-laki itu meringis kesakitan. Lututnya tergores aspal jalan. Kaysha yang melihat darah keluar dari lutut anak laki-laki tersebut jadi ikut-ikutan meringis, seperti ikut merasakan sakit.

"Aduh !" Ringis anak laki-laki itu sambil melihat lututnya sendiri. Dan begitu melihat darahnya tak kunjung berhenti mengalir, sontak tangis anak laki-laki itu pecah.

Lima anak lain yang entah datang dari mana, tiba-tiba mengerumuni mereka dan menyoraki Kaysha dengan polos.

"Hayoloh Kay!"

"Kaysha jahat ! Kaysha jahat!"

"Kaysha bikin Linggal beldalah !"

"Kaysha nakal ! Bikin Linggal nangis!"

Kaysha panik. Dia mulai celingak-celinguk, mengharapkan seseorang datang untuk membelanya. Tapi teman-temannya yang ada di sekelilingnya justru semakin keras menyalahkan Kaysha atas kecelakaan kecil yang baru saja terjadi.

Tangis Linggar semakin keras. Kaysha menoleh ke Linggar, Kaysha semakin panik. Dan tanpa diperintahkan, tangis Kaysha pun ikut-ikutan pecah. Tak kalah keras dari tangisnya Linggar. Kaysha menangis sekeras mungkin, berharap orang tuanya mendengar dan menyelamatkannya dari ledekan teman-temannya yang masih seumuran dengannya itu.

Nino yang sedang asyik bermain kelereng dengan anak laki-laki lainnya, melihat ke arah Kaysha. Setelah giliran ia jalan, Nino berdiri dan berjalan mendekati kerumunan anak-anak yang mengelilingi Kaysha.

Kaysha menangis bukan sebagai ungkapan rasa bersalahnya, melainkan ungkapan rasa takutnya yang besar. Lagi pula apa sih yang diharapkan dari gadis kecil yang masih berusia empat tahun yang tidak sengaja menabrak sepeda temannya sendiri ? Mungkin hanya dengan tangis yang bisa mengungkapkan kata "Maaf".

Melihat Kaysha menangis, anak-anak yang tadi menyalahkan Kaysha langsung berhenti menyoraki, karena takut disalahkan. Nino menerobos kerumunan anak-anak itu, dia melihat Kaysha menangis dan Linggar yang sudah berhenti menangis, karena Kaysha tiba-tiba nangis, padahal dia tidak terluka sedikitpun.

"Ih kalian apaan sih, kok bikin temen kalian sendiri nangis sih." Kata Nino yang kesal dengan kelima temannya itu, karena bukannya menolong malah membuat sang tersangka terpojok. Nino berjongkok di depan Kaysha.

"Kamu kenapa ?" Tanya Nino polos.

Kaysha menatap Nino sesaat, setelah itu ia malah menangis lebih keras. Linggar dan Nino bingung. Dua anak laki-laki itu mulai panik. "Yang mana yang sakit ?" Tanya Linggar sambil menyentuh bahu Kaysha.

Kaysha menggeleng sambil menunjuk luka di lutut Linggar. Nino megikuti arah jari Kaysha itu dan melihat darah yang masih mengalir dari lutut Linggar. Cepat-cepat Nino mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan mengelap darah di lutut Linggar. Anehnya Linggar tidak merasa sakit saat Nino mengelap darah di lututnya itu. Entahlah pergi kemana rasa sakit itu. Sekarang yang ada dipikiran Linggar adalah bagaimana membuat Kaysha berhenti menangis.

"Oh ini udah gak sakit lagi ko. Udah ya kamu jangan nangis lagi. Kan yang luka aku." kata Linggar sambil meniup lututnya yang masih terasa perih, tapi ia mencoba menghibur Kaysha. Anak cowok harus lebih kuat dari anak cewek. itulah yang selalu dikatakan papahnya pada Linggar.

Anak-anak yang lain sampai terpukau dan serempak mendekati Linggar. Mereka menunjuk luka di lutut Linggar yang masih mengeluarkan darah, walaupun sudah ditutupi oleh sapu tangan Nino.

"Udah enggak sakit ?" Tanya Nino dengan polos. Linggar menggeleng yakin. "Iya, udah enggak sakit."

"Linggal hebat !" Seru kelima anak yang tadi memojokkan Kaysha sambil terpukau.

Linggar tersenyum bangga. Kaysha yang melihat Linggar sudah bisa tersenyum kembali, secara refleks meghentikkan tangisnya. Perlahan dia ikut tersenyum, sepolos anak-anak yang lain.

****

13 Tahun Kemudian

Kaysha melihat pantulan dirinya di cermin, ia memperhatikan penampilannya. Diperiksanya rok dan baju seragam, kaus kaki putih, juga semua aksesoris yang di pakainya. Jam tangan, gelang,  dan ikat rambut yang semuanya bernuansa biru.

"Perfect." Ucapnya, setelah yakin penampilannya rapi, kaysha tersenyum puas. Lalu ia keluar dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya, serta kakak dan adiknya.

"Cantik amat adek gua." Puji Kean. Kakak laki-laki Kaysha.

"Ade lo dari kecil emang udah cantik kali." Balas Kaysha sombong, sambil mencomot sebuah roti yang ada di tangan kakaknya.

Mendengar balasan adiknya, Kean hanya menggidik geli. Ia mengacak-ngacak rambut adiknya itu.

"Bundaaaaaaaaa !" Pekik Kaysha mengadu ke bundanya.

"Masih pagi ini, udah ribut aja." Tegur ayah keduanya.

Mendengar teguran ayahnya, Kaysha malah menjulurkan lidah meledek kakaknya.

****

Jam tujuh tepat !

Kaysha sampai sekolah dengan rambut acak-acakan karena sebelumnya tataan rambutnya yang tadinya rapih terkuncir di acak-acak lagi oleh kakak laki-lakinya di mobil. Sebenarnya Kaysha sebal, karena harus di antar ke sekolah dengan kakaknya itu, padahal saat di rumah tadi dia sudah merengek ke ayahnya untuk di antar oleh ayahnya saja, tapi ayahnya menolak karena harus mengantar bundanya dan adik laki-lakinya ke sekolah barunya.

Kaysha berjalan masuk ke sekolah sambil menguncir kembali rambutnya. Ia melihat sekeliling sekolahnya seperti orang bingung.

"Nyari apaan mba ?" Tanya seorang siswa laki-laki yang memakai hoodie berwarna hitam dan wajahnya terhalang oleh kupluk hoodie tersebut berdiri di samping Kaysha.

"Hah ? Oh itu ruangan kepala sekolah dimana ya ?" Jawab Kaysha yang masih sibuk dengan rambutnya.

Pasalnya hari ini adalah hari pertama dirinya masuk sekolah setelah perpindahannya dari Bandung kemarin. Dan dia masih belum hafal betul seluk beluk sekolah barunya ini. karena saat memberikan berkas-berkas perpindahannya dari sekolah yang lama, kaysha tidak mau ikut dengan bundanya. Alhasil ya inilah, dia bingung sendiri mencari ruangan kepala sekolah.

Siswa laki-laki itu memperhatikan Kaysha dari atas sampai bawah, dan sedetik kemudian sebuah senyuman terlihat di wajahnya yang tampan.

"Oh ruangan kepsek, sini gua antar." Ucap siswa laki-laki itu. Dan Kaysha pun mengikutinya.

"Anak baru ya ? Pindahan dari mana ?" Tanya Cowok itu.

"Iya. Dari Bandung." Jawab Kaysha.

"Oh bandung, pantes cakep." Ucap cowok itu asal.

"Makasih." Ucap Kaysha malu.

"Udah sampai." Ucap cowok itu memberitahu.

Setelah mengantarkan Kaysha, Cowok bertubuh tinggi itu langsung pamit.

"Makasih ya." Ucap Kaysha mengucapkan rasa terima kasihnya pada cowok itu, karena sudah mengantarkan dirinya ke ruangan kepala sekolah. Cowok itu hanya melambaikan tangan ke Kaysha dan terus berlari menjauh.

Tok Tok Tok

"Permisi." Ucap Kaysha sopan.

****

September 29th, 2016

Jangan Lupa Voment yaw. Thank You !

Chapter yang ini cerita awalnya gua ambil sebagian dari ceritanya mba Laurentia Dermawan di novelnya yang berjudul "8...9...10...Udah belom ?" sisanya hasil imajinasi gua sendiri hehehehehehe

Childhood FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang