Wendy dan Chanyeol menyantap makanan mereka dengan lahap. Bagaimana tidak? Mereka bahkan tidak makan siang karena kejadian tadi. Perut mereka pasti sedang memberontak sekarang. Jongdae yang menatap kedua orang di hadapannya itu hanya bisa melongo dan nampak kehilangan nafsu makannya karena melihat kerakusan Wendy dan Chanyeol.
"Aigo aigo, kau makan dengan sangat baik!" Jongdae menyodorkan danging panggang di atas sendok Chanyeol yang sudah dipenuhi nasi. Chanyeol tersenyum dan kembali menyantap makanannya dengan lahap. "Makan-makan, jangan pedulikan billnya. Hari ini semua aku yang traktir"
"Wendy-ya kau juga makanlah yang banyak!" Jongdae tersenyum manis pada Wendy. Seketika jatung Wendy berdetak secara tidak teratur. Oh lihat juga pipinya! Merah sekali. Mungkin sekarang pipi Wendy lebih merah dari pada warna gochujang yang baru saja ia campurkan kedalam nasinya.
"Memangnya gochujang enak dimakan dengan nasi?" Chanyeol bertanya pada Wendy. Tidak ada jawaban. "Apa aku boleh mencobanya?" Tetap tidak ada jawaban. Terkadang di saat seseorang tidak menjawab, itu berarti iya bukan? Chanyeol segera mengarahkan sendoknya ke mangkuk Wendy dan mengambil banyak nasi disana. Mangkuk Wendy seketika terasa kosong setelah Chanyeol mengambil makanannya.
"Enak juga" Puji Chanyeol sambil mengunyah seluruh nasinya. Aneh sekali dia tidak marah? Chanyeol bertanya dalam hati sambil mengamati Wendy. Chanyeol mengamati arah pandang Wendy dan ternyata yeoja itu sedang melamun memandangi Jongdae. Ya, Chanyeol tidak salah. Yeoja itu kini sedang memangdangi Jongdae.
Pandangan Jongdae tertuju pada ponselnya yang mulai bergetar dan menunjukkan sebuah nama disana. Jongdaepun berpamitan pada Chanyeol untuk menerima telponnya sebentar. Lamunan Wendy berakhir sudah, obyek yang ia pandangi kini telah pergi.
"Makanlah, lalat bisa masuk bila kau terus melongo seperti itu" Ucap Chanyeol sambil mengunyah makanannya. Wendy tersenyum sinis untuk menanggapi pernyataan Chanyeol. Wendy muali mengayunkan sendoknya dan betapa terkejutnya ia saat melihat nasinya tinggal setengah saja.
Wendy ingat dia belum makan banyak, dan sepertinya tidak ada yang memakan nasinya. Lantas kemana nasi itu pergi? Benarkah Wendy sendiri yang menghabiskannya? Wendy terus berkutik dengan pikirannya.
__________
Hari sudah semakin larut. Wendy dan Chanyeol saling menatap sinis satu sama lain sebelum mereka memasuki apartemen masing-masing. Wendy memasuki apartemen terlebih dahulu, meninggalkan Chanyeol yang mulai membuat wajah aneh untuk mengejeknya.
Chanyeol menekan tombol enter dan pintupun terbuka. Lampu otomatis menyala saat pria jankun itu melepaskan sepatunya. Chanyeol menjatuhkan dirinya pada sofa dan menatap jendelanya yang menampakkan gemerlap Kota Seoul di malam hari. Apartemennya nampak gelap, pria itu sengaja tidak menyalakan banyak lampu karena ia merasa tenang dalam gelap. Chanyeol mulai memejamkan matanya.
Chanyeol mengingat kembali saat-saat ia memeluk Wendy di Sungai Han tadi pagi. Bukan perasaan seperti 'Wah aku beruntung sekali memeluk gadis cantik' atau 'Wah ia pas sekali berada di pelukanku' bukan sama sekali. Chanyeol sedang tidak berniat untuk mengambil keuntungan dari tindakannya saat itu, yang ia ingat adalah perasaan bersalahnya. Rasa bersalah saat menyebutkan nama terlarang itu.
Memang bukan Baekhyun yang memberi tahu Chanyeol. Mengapa ia harus bertanya pada seseorang saat ia sendiri mengenal seseorang itu dengan begitu dekat? Mengapa ia harus mengulang semua dari awal saat semua itu hanya menyayatkan luka? Wendy, Sungai Han, Jongdae, semuanya masa lalu bagi Chanyeol. Masa lalu yang kini ia ulang kembali.
Kadang kau bertanya untuk mengulang waktu, kadang kau ingin mengulangi semua kebahagiaan di masa lalumu. Sama. Chanyeol juga pernah meminta hal yang sama. Namun semua terasa percuma sekarang, Chanyeol mengulang semua hal yang sama, tanpa ada yang mengingatnya. Tanpa ada cinta dari yeoja yang ia cintai. Yeoja itu telah melupakan Chanyeol terlalu jauh, bahkan rasa cinta yang pernah ada, kini tinggal cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Next Door || Wenyeol
FanficTidak ada satupun kejadian yang terjadi di dunia ini adalah sebuah kebetulan. Kejadian itu tersusun rapih satu sama lain, saling melengkapi, dan juga saling mempengaruhi.