Matahari sudah tak menampakkan sinarnya lagi karena telah tertutup awan hitam
Perlahan hujan turun membasahi genting sekolah menengah atas yang sedang mengadakan MOPD.
"Karena hujan turun sangat deras, maka apel penutupan diadakan di Aula, diharap semua siswa MOPD segera ke Aula" Mikrofon sekolah terdengar sangat jelas di seluruh ruangan.
Gadis berambut panjang berlari melewati hujan yang turun di lapangan. Rambut panjang nya tak dapat berkibar karena air hujan yang mengikatnya.
Setelah sampai di depan aula gadis itu menggosok gosokan bajunya yang basah. Ia tidak sadar ada seorang laki laki yang mengamatinya. Laki laki itu membaca name tag yang tergantung di leher gadis itu. 'Megumi D - Ketua OSIS'
"Permisi" Ucap lelaki itu ragu - ragu pada gadis disebelahnya. Gadis itu pun hanya mengarahkan pandangan padanya.
Karena seragamnya berbeda dengan seragam SMA Nusa, ia mengira bahwa laki laki itu adalah peserta MOPD.
"Ih, masa anak MOPD tua banget. Kayak kakak senior gue"-batin Megumi.
"Permisi" laki laki itu melambaikan tangannya, gadis yang dari tadi bengong kemudian tersadar dari lamunannya
"Eh iya, apaan?" Tanya Gadis itu pada lelaki di sebelahnya.
"Gue, eh - aku mau tanya, ruang eeee-" Laki laki itu mencoba mengingat ruangan apa ia seharusnya berada.
"Oh aku tau, kamu harusnya ada di aula! Teman teman mu sudah pada masuk! Buruan masuk sana!" Gadis itu mendorong tubuh laki - laki tadi.
"Eh eh tunggu-" Lelaki itu berusaha menolak. Tetapi gadis itu terus mendorongnya hingga masuk ke aula. "Gue bukan anak MOPD" Ucapan laki laki itu membuat Gadis itu berhenti mendorongnya.
Semua anak MOPD dan kepala sekolah yang sedang memberi amanat pada siswa memperhatikan mereka berdua.
"Ada apa Megumi?" Tanya kepala sekolah, sontak megumi membelakkan matanya. Wajahnya mulai memerah. Bagaimana bisa ketua Osis seperti Megumi memalukan dirinya sendiri di hadapan semua siswa baru dan kepala sekolah?
Bege
"Ah, tidak papa, pak. Ini ada peserta didik baru yang tidak mau masuk ruangan." Lelaki di depannya itu menoleh ke Megumi dan memelototinya.
"Lo diem dulu, ikutin perintah gue bentaaaarr aja. Plisss selametin harga diri gue" bisik Megumi pada lelaki itu.
"Sialan. Gamao!"
"Ayo, silahkan masuk, jangan mengulur waktu lagi." Ucap kepala sekolah. Megumi pun mendorong laki laki itu untuk ikut duduk di barisan kelas X-3.
"Udah lo dieem bentar, plisss." Megumi memohon pada lelaki itu. Lelaki itu hanya menggeleng dan menuruti permintaan Megumi.
Megumi hanya diam menggigiti jarinya sambil memandangi laki laki itu. Ia benar benar ketakutan.
Apel pun sudah selesai. Megumi telah mempersiapkan hatinya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Ia sangat siap untuk menerima hukuman dari laki laki tadi. Ia hanya merunduk di depan aula sambil menunggu hujan reda.
"Heh! Lo harus tanggung jawab!" kata kata itu mengagetkan Megumi yang sedang melamun.
Megumi hanya tertunduk di depan lelaki itu. Ia tak berani melihat wajah laki - laki yanh ada di depannya itu.
"Muhammad Ali Ibrahim. Panggil aja Ali. Gue anak pindahan. Bukan anak MOPD" Ucap Ali tegas. Akhirnya Megumi berani mengangkat kepalanya.
"Megumi Dinda Hanaafi" Megumi mengangkat kepalanya lagi untuk melihat wajah laki - laki itu. "Maaf soal tadi" ia memasang wajah bersalahnya yang membuat Ali tak dapat menahan tawanya.
Tapi Ali menyembunyikan tawanya agar terlihat lebih cool. "Tanggung jawab!"
"Apa?"
"Anterin gue keruang kesiswaan, gue udah ditunggu dari tadi"
Megumi hanya mengangguk dan melangkahkan kakinya di menuntun Ali ke ruang kesiswaan.
"Silakan masuk" ucap Megumi lemas setelah sampai di depan pintu ruang kesiswaan.
"Sip" Ali mengacak rambut megumi sebelum memasuki ruangan terserbut. "Eitz, tunggu gue sampai keluar lagi" tambahnya. Megumi pun haya mengendus kesal.
Lima belas menit kemudian Ali keluar dengan beberapa dokumen.
"Eh, kuda poni gue masih disini ternyata." Ali senang Megumi masih menunggunya.
"Apa lagi sekarang?" Tanya megumi kesal.
"Hujannya dah reda, gue laper. Makan yuk!" ucap Ali santai.
"What! Gue mau pulang, lagian ini juga udah jam 4 sore. Gue mau-" Tangan Ali membungkam mulut Megumi dan membawa nya ke keluar SMA.
Megumi membanting tangan Ali saat sudah sampai di luar sekolah.
"Hiiih iya iya, gue temenin makan!" Megumi benar - benar kesal.
"Nah gitu dong, kuda poni yang manis" Ali mencubit hidung mungil Megumi.
Lagi lagi Megumi hanya bisa memendam amarahnya. Ia menyesal telah berbuat seenaknya hari ini.
Mereka Berhenti di sebuah kedai dekat sekolah.
"Mau makan apa lo?" tanya megumi kasar.
"Kuda poni goreng ada?" ucap Ali dengan wajah imutnya.
"Gue serius Muhammad Ali Ibrahim!" ucap Megumi dengan penekanan di setiap kata nya.
"Ngambek mulu. Samaain kek lo aja"
"Mbak. Indomi. Goreng. pedes.banget level 10. Minumnya Air putih 2" ucap Megumi dengan melotot kepada Ali.
Ali menelan ludahnya melihat mi instan di depannya yang berwarna sangat merah. Berbeda dengan Megumi yang menaik turunkan alisnya dengan senyum devil menatap Ali.
Rasain lo.
Gue terima tantangan lo!
Dengan lahap mereka berdua memakan mi - nya. Mata mereka terus bertemu selama makan. Ali sudah terlihat kepedesan. Begitu pula Megumi. Walaupun ia doyan pedas, tak pernah ia memakan Mi sepedas itu.
"Lo gila juga ya" Ali memulai pembicaraan setelah pedasnya sedikit reda.
"Hahaha, lo juga gila. Bisa bisa nya lo abisin tuh mi setan." balas Megumi.
Akhirnya mereka pun berdamai dan mulai nengobrol ringan.
"Btw, lo keturunan Jepang?" Tanya Ali
"Heem. Papa gue yang jepang."
"Ooo"
"Kalo gue liat dari wajah lo, lo ada darah Arabnya, ya?" Megumi bertanya kembali.
"Pakistan."
"Lo pindahan dari mana?"
Ali mendekatkan wajahnya ke wajah Megumi "Pesantren"
Megumi terdiam. Selang lima detik ia tertawa lepas. "Pantesan lo pindah. Orang kayak lo mana betah tinggal di pesantren"
"Nah tuh tau" Ali terus memperhatikan Megumi yang tertawa. Imut sekali. Tanpa sadar, Ali melengkungkan senyum di bibirnya. "Lo tinggal dimana? Gue anter pulang."
Megumi menghentikan tawanya. "Seriusan? Lo aja ga bawa kendaraan"
"Di parkiran sekolah motor gue. Yuk cabut. Gue anter"
"Rumah gue di Kebon Jeruk. Jalan Hj. Marzuki nomor 9."
Ali kaget mendengar alamat rumah Megumi. "Serius?"
Megumi mengangguk, "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Hero
Teen FictionJika bertemu dengan mu adalah keberuntungan, aku setuju Jika menunggu mu adalah anugerah, aku juga setuju Jika waktu yang ku habiskan dengan mu adalah emas, aku masih setuju Jika mencintai mu berarti merelakanmu, aku harus sedikit berpikir untuk itu...