"Serius?" Ekspresi Dimas berubah dingin.
"Kenapa?" Megumi bingung dengan perubahan ekspresi Dimas
"Aargh, sia sia dong gue buang waktu sama duit gue. Argh, anggap aja tadi nggak pernah terjadi." Dimas mengusap wajahnya kasar. Megumi mulai merasa sesak.
"Jadi perasaan lo itu cuma boong?" Megumi berusaha menguatkan hatinya.
"Iya lah. Buat apa gue suka sama cewek aneh kayak lo" ucap Dimas berhasil membuat air mata Megumi menetes. Kemudian ia beranjak pergi.
"Kampungan banget ya cara lo" ucap seorang laki laki yang baru saja datang.
Megumi mengangkat kepalanya. Ali. Dia datang.
"Gue nggak suka kekerasan. Megumi ayo pulang." ucap Ali dingin sambil memberikan tas megumi.
"Heh" Dimas tersenyum mengejek. "Jangan sampai drajad lo turun gara gara cewek beginian" ucapnya menyindir megumi.
Bleeeng! Satu pukulan mendarat di pipi Dimas. "Lo bilang nggak suka kekerasan!" keluh dimas sambil berusaha berdiri.
"Gue emang nggak suka kekerasan. Tapi kalo lo ngejelekin dia terus, gue nggak bisa tahan" ucap Ali dengan coolnya. Dimas pun pergi meninggalkan Ali dan Megumi.
Dijalan pulang, Megumi terus menangis di punggung Ali. "Jadi lo udah tau rencana Dimas? " tanya Megumi sambil Menangis.
"Dia mudah ditebak, rival gue dikelas."
"Lo tau dari mana gue di La Coppe?" tanya megumi lagi dan masih sambil menangis.
"Storinya si Dimas" jawabnya singkat.
"Gue pikir gue bakal nemuin cinta sejati gue huaaaa" Megumi menangis semakin kencang, banyak motor lain yang memperhatikannya.
"Cinta itu ga ada"
"Kok lo ngomong gitu sih?"
"Gue belum pernah ngerasain yang namanya cinta. Karna cinta itu kejam." jawabnya singkat.
"Kalo nggal ada cinta lo nggak ada bege" bentak Megumi. Kini Ali tidak membantah perkataan Megumi.
Hening.
***
Jam istirahat tiba. Cowok itu duduk dengan headset di kepalanya dan dengan memejamkan matanya. Menikmati alunan musik Coldplay yang sedang ia dengarkan.
Dimas mendekati cowok itu. "Hei" sapanya lembut. Ali masih menutup matanya. Kemudian Dimas menyenggolnya. Ali melirik cowok yang ada di sebelahnya itu. Ia sudah muak dengan cowok itu. Ia pun kembali memejamkan matanya. Merogoh sakunya untuk mengecilkan volume lagunya.
"Kenapa sih lo nggak mau gabung sama gue? Lo itu populer. Gue juga. Kita sama. Kalo kita bergabung, cewek cewek bakal ngantri dan nurut sama kita. Apalagi yang lo tunggu, huh?" bujuk Dimas.
Ali mendengar setiap kata yang diucapkan Dimas tapi ia berpura pura tidak dengar. Dia sudah kebal dengan bujukan Dimas. "Sorry gue nggak denger" cukup itu yang Ali katakan kemudian pergi meninggalkan Dimas.
Ia berjalan menuju lantai tiga. Menuju kelas XI IPA 2. Mencari hiburan disana. Siapa lagi kalau bukan Megumi. Sudah tiga hari ini mereka jarang bertemu.
"Eh Ali!" teriak Vika histeris. Ali masih sibuk dengan matanya mencari keberadaan Megumi.
Megumi menoleh ke arah pintu. Iya Ali disana.
Pasti dia kangen sama gue, nih.
Dengan pede nya, Megumi keluar menghampiri Ali. "Hai Al" sapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Hero
Teen FictionJika bertemu dengan mu adalah keberuntungan, aku setuju Jika menunggu mu adalah anugerah, aku juga setuju Jika waktu yang ku habiskan dengan mu adalah emas, aku masih setuju Jika mencintai mu berarti merelakanmu, aku harus sedikit berpikir untuk itu...