"Makasih Al" Megumi turun dari motor Ali. "Oiya, Rumah lo mana emang?"
"Nggak jauh" ucap Ali dengan logat cool nya. Megumi hanya mengerutkan alisnya. "Ngga sampai semenit udah sampai rumah gue" tambahnya. Kemudian ia berjalan membuka gerbang rumah yang ada di depan rumah Megumi.
Mata megumi membulat setelah Ali memasukan motornya kerumah depannta. Ia tak percaya bahwa rumah Ali di depan rumahnya.
"See you Kuda poni, besok berangkat bareng gue ya" teriak Ali dari rumahnya dan langsung menutup pintu. Magumi masih terdiam dengan mata sipitnya yang membulat.
***
Usai mandi, Megumi berjalan menuruni tangga untuk makan malam. Mama dan saudara kembarnya sudah siap di meja makan.
Ia mengambil nasi dan beberapa lauk yang telah Sinta persiapkan.
"Mah, masa rumah Pak Gufran udah ada yang ngisi sih?" tanya Megumi.
"Iya, anaknya ganteng banget mah. Tadi pagi Oku liat." sambung Okugata Heboh.
"Iya, udah ditempati keluarga Pak Yudha. Kalau anaknya, mama gatau. Katanya sih Istrinya orang Pakistan, pakai cadar terus." Jelas Sinta dengan lembut.
"Iya ganteng!" semua mata tertuju pada Megumi. "Tapi nyebeeliiiiiin bangettt!" ia menusukan garpu di telurnya dengan kasar.
"Emang lo dah tau?" Tanya Okugata. Megumi hanya mengangguk.
"Sesekolah sama kita, Tak." Celetus Megumi.
Seketika Okugata tersedak. Ia berusaha mengambil air putih dengan keadaan tersedak. Ia meneguk segelas airnya. "SERIUS!"
Megumi mengangguk lagi. "Kalah ganteng dong gue kalo sama keturunan timur tengah yang matanya gede - gede.
"Eh plis ya, lo itu ga ada ganteng - ganteng nya sama sekali. Sama si Ucup aja kalah ganteng apalagi sama si Ali." Celoteh Megumi. Hal itu berhasil membuat Okugata marah dan melemparkan cuilan ayamnya ke muka Megumi yang ada di depannya.
"Woy! Sopan dikit napa sama kakaknya!" Bentak megumi sambil membersihkan mukanya.
"Heh inget! Lo tu cuma tua lima menit dari gue!"
"Bodo! Yang penting gue kakaknya" bentak megumi. Suasana meja makan kini telah menjadi ramai. Sinta hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknnya yang selalu merebutkan posisi kakak.
"Lo kan juga gatau siapa dulu yang lahir."
"Hiiihh kapan sih kalian ini mau berhenti berantem?" Bentak sinta memberhentikan keduanya. "Pusing mama dengerin kalian berantem terus!"
"Maaf ma" ucap kembar itu bersamaan.
Setelah makan malam, Megumi kembali ke kamarnya. Ia berbaring manatap langit - langit berwarna biru gelap dengan banyak bintang yang ia hiasi sendiri. Sejak kecil memang megumi sangat suka melukis. Hingga sekarang pun melukis dan menggambar sudah menjadi makanan sehari - harinya.
Dalam benak Megumi ia teringat kejadian yang mempertemukannya dengan Ali. Tanpa sadar ia melukis senyum di bibirnya. Selang lima detik ia menepuk wajahnya.
"Hih, kok gue jadi mikirin si Ali sih?"-batin Megumi.
Ia pun melampiaskan kesalnya dengan mengacak acak rambutnya.
"Hey kuda poni gila!" Megumi mendengar suara laki - laki dari luar balkonnya. Ia pun melangkahkan kakinya keluar pintu balkon tanpa merapikan rambutnya dulu. Ali yang melihatnya tertawa geli.
"Rapiin dulu tuh rambut!" teriak ali. Megumi menurut.
Ali memainkan gitarnya sambil duduk di atas pagar balkon rumahnya. Sesekali ia melirik Megumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Hero
Ficção AdolescenteJika bertemu dengan mu adalah keberuntungan, aku setuju Jika menunggu mu adalah anugerah, aku juga setuju Jika waktu yang ku habiskan dengan mu adalah emas, aku masih setuju Jika mencintai mu berarti merelakanmu, aku harus sedikit berpikir untuk itu...