Kenalan

1.7K 123 3
                                    

Pagi hari, sekitar pukul 07.00 WITA.

(Jangan bosan-bosan dengan setting 'depan Toko' mulu yaaa... Karena emang kayak gini kenyataannya.. wkwkwkw).

Saat itu aku singgah di Toko Mama. Ada beberapa barang yang dititip oleh ibu-ibu di kantor untuk dibeli di Toko Mama. Saat selesai membayar dan meminta nota ke Mama, aku berpapasan lagi dengan ' the-most-cute-and-handsome-soldier' itu.Bahkan dari jarak sekitar 10 langkah dari tempatku berdiri, senyumnya terlihat ceria seperti biasanya. Ia terlihat sangat rapi dengan seragamnya.

"Mama....." teriaknya dari depan Toko saat memakirkan motor dinasnya. Melambaikan tangan sambil tersenyum.

Mama balas melambai. Ia mendekat, menyalami dan mencium tangan Mama. Lalu kemudian menjabat tanganku (tanpa cium tangan tentunya. Hey, aku bukan tante-tante yang lagi didatangi keponakannya. Hahaha)

"Eh, Eneng mau berangkat ke kantor ya?" Tanyanya kemudian sambil menatapku lekat-lekat.

Aku mengangguk dan tersenyum sekedarnya. Tak lama, ia memalingkan pandangannya sejenak, berkata setengah berbisik, mungkin bergumam.

"Tumben ketemu Eneng pake seragam dinas"

"Eh, kita kan belum kenalan. Kenalan dulu dong Neng" Katanya lagi dengan suara lantang yang ceria. Ia tersenyum, seperti biasa. Membuatku tertegun selama beberapa detik, mengalihkan pandangan ke tangannya yang kembali terulur, sebelum akhirnya menjabat uluran tangannya (lagi).

"Eh iya.. Dian.." Kataku sambil menyebut namaku. Gila. Untuk ukuran cowok tangannya halus banget. Kayak orang yang nggak pernah kerja. Padahal dia kan tentara. Lebih gila lagi, kenapa aku harus merhatiin tangannya yang halus.

"Kiki" Katanya lembut.

"Eh, siapa?" Tanyaku memastikan.

"Kiki." Katanya lagi

"Kiki?" Ulangku.

"Iya" Jawabnya

"Kiki? Nama panggilan? Nama aslinya Resky? Atau ...??" Tanyaku sotoy plus kepo.

"Hehe, nggak. Emang Kiki. Nih..." Katanya sambil nunjukin bordiran nama di atas kantong baju dinasnya.

KIKI KIRWAN

Aku mengeryit.

"Eh, nggak percaya ya? Ini aku ada buktinya lagi nih. Tunggu ya, aku ambil KTP sama SIM dulu." Katanya cepat sambil merogoh dompet di dalam kantong celananya.

"Eh, nggak perlu" Kataku. Terlambat. Ia sudah mengeluarkan KTP dan SIM dari dompetnya dan menunjukkannya ke hadapanku. Mama masih duduk di meja kasir. Pura-pura tidak memperhatikan. Namun sekilas, dapat kulihat Mama menahan senyum gelinya.

"Eh,, sampe segitunya. Nggak kok, nggak perlu. Aku percaya, Cuma kan biasanya orang yang panggilannya Kiki tuh biasanya nama aslinya Resky atau Fikri, atau whatever lah. Kataku.

"Nggak apa-apa. Ini liat aja." Katanya sambil meletakkan KTP di tanganku. Aku hanya melirik sejenak sambil sekilas iseng melihat tanggal lahirnya. 2 Januari 1994. Hanya beberapa bulan lebih tua daripada umurku.

"Iya, kan aku udah bilang percaya. Nih, ambil lagi" Kataku sambil mengembalikannya.

"Neng, itu bawaannya banyak ya. Mau aku bantuin bawain ke depan? Mau ditaruh di motor yah?" Tanyanya mencairkan suasana. Menunjuk barang titipan di kardus kecil dan barang dalam plastik berukuran sedang yang akan aku bawa ke kantor. Motorku berjenis matic, jadi bisa dengan mudah meletakkan kardus berukuran kecil didepan.

"Oh, ini. Titipan ibu-ibu dikantor. Enggak usah, makasih. Ini ringan kok. Cuma sedikit. Kardusnya mau ditaruh di depan, kalo yang diplastik, bisa dimasukin ke dalam jok."

Ia hanya mengangguk dan kemudian tersenyum.

"Ngomong-ngomong, aku duluan ya, takut telat." Kataku pamit

"Oh, ya udah, hati-hati ya Neng." Katanya.

"Makasih."

Ia ikut berjalan kedepan. Sementara aku bersikeras mengangkat barang-barang sendirian. Saat aku bersiap berangkat dan menoleh sejenak, ia melambaikan tangannya sembari tersenyum.

Perlakuan kecil yang mampu menyemangatiku hari itu.

Eh apa kataku tadi?

Mungkinkah aku mulai memikirkannya?

From Earth to Heaven ( Mencintai Prajurit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang