Pamit

1.6K 122 12
                                    

Sepulang aku dari kantor, Kiki datang lagi ke depan Toko. Hanya membeli 1 kotak susu cokelat UHT dingin siap minum ukuran 250ml yang biasanya diminum anak-anak, dan duduk di kursi tinggi yang memang sengaja ditempatkan di depan meja kasir. Diminumnya perlahan. Aku heran mengapa susu kemasan sekecil itu bisa dinikmatinya selama itu.

"Gapapa kan aku duduk disini, Neng?" Tanyanya

"Gapapa sih" Kataku, dengan mata masih terpaku pada susu UHT ditangannya. Lucu sekali menurutku. Sepertinya ia menyadari tatapanku. Matanya beralih, dari mataku menuju susu UHT di tangannya. Lalu tersenyum geli.

"Hehehe" Katanya

"Neng" Katanya lagi.

"Iya Ki? Kenapa?" Tanyaku kemudian.

"Bentar malam aku berangkat" Katanya.

"Oh, bukannya besok ya rencananya?" tanyaku kemudian sambil mengingat-ingat tanggal cuti yang pernah dibicarakannya sebelumnya kepadaku via bbm.

"Pesawatnya sih besok. Tapi aku naik travel dulu ke Palu. Bentar sekitar jam setengah delapan dijemput katanya. Soalnya pesawat pagi" Katanya menjelaskan.

"Oh gitu ya"

"Iya Neng.."

"Save flight yah nanti" Kataku berbasa-basi.

"Iya. Makasih. Neng ga bakal kangen aku?" Katanya spontan.

Hah? Kangen? Kenapa harus kangen? Toh ia bukan siapa-siapaku. Hanya kebetulan orang iseng yang kalau lagi bicara sering aku respon hanya untuk sekedar berbasa-basi. Tidak lebih dari itu.

"Nggak kok." Hanya dua kata itu yang keluar dari bibirku.

"Sayang ya Neng nggak mau ikut. Padahal kalo ikut bakalan aku ajak jalan-jalan keliling Bandung" Katanya

"Emangnya kamu beneran tinggal di Bandung?" Tanyaku

"Iya seriusan atuh Neng. Masa' aku boong" Katanya

"Di Bandungnya? Di kotanya? Deket ketempat wisata?" Tanyaku seketika penasaran

"Ya enggak sih Neng, kampungku tuh di Tasik. Tapi kalo Neng mau ikut, aku temani jalan-jalan di Bandung. Gimana?" Katanya menawarkan diri

"Trus dibandung tinggal dimana?" tanyaku

"Eh, iya sih. Kalo udah nikah mah enak ya bisa tinggal di hotel" Katanya polos

Apaan lagi ini. Nikah?

"Ya udah Neng, sekarang aku belum bisa ngajakin Neng ke Bandung. Tapi nanti pas aku ambil cuti lagi, Eneng mau ya diajakin ke Bandung." Katanya lagi. Sambil masih meminum susu UHT ditangannya. Belum sempat aku menjawab, terdengar suara..

Sluuuuurrpp....

Terdengar suara kemasan susu yang dipaksa disedot, padahal kemasannya sudah kosong. Kalian semua pasti pernah mendengar bunyinya kan??? Nah, tepat seperti itu.

Pipinya terlihat memerah. Digoyangkannya kemasan kosong susu UHT itu sambil menatapku dan kemudian tersenyum.

"Yaaah.. Abis..." Katanya polos.

Aku hanya tersenyum geli menyaksikan tingkah lucunya. Sangat jauh dari kesan tentara yang garang. Seragam loreng yang dikenakannya sama sekali tidak mampu menyembunyikan tingkah kekanakannya. Namun meskipun begitu, tidak bisa kuabaikan bahwa ia memiliki aura yang menarik.

"Neng. Aku pergi dulu ya. Mau mandi trus sholat dulu. Trus aku kesini lagi boleh ya" Katanya menjelaskan sambil meminta persetujuan.

"Emangnya nggak packing untuk berangkat sebentar?" Tanyaku

"Barang-barang udah aku packing tadi pagi kok. Lagian barang-barangku sedikit. Aku cuma mau bawa 1 ransel." Katanya

"Ooooh" Aku hanya menggumam.

"Aku pamit yaa" Katanya kemudian menuju ke tempat sepedanya diparkir. Masih sempat berbalik dan tersenyum padaku.

*****

Pukul 18.30 Ia datang kembali, seperti biasa. Duduk ditempat biasa.

"Eneng" Katanya

"Iya Ki" Jawabku "Sudah sholatnya?" Sambungku lagi

"Sudah barusan, ini abis sholat langsung kesini lagi. Mau pamit sama Eneng" Katanya

"Padahal tadi udah pamit ya" celetukku.

"Lain atuh Neng. Mumpung masih bisa ketemu. Lumayan aku cutinya. Empat belas hari aku ambil semua." Katanya.

"Oh gitu"

"Iya. Mama mana Neng?"

"Mama?"

"Iya, Mama kamu atuh Neng. Masa iya Mama aku. Mama aku teh di Tasik" Katanya sambil cengengesan

"Ada di dalam. Mau aku panggilin" tanyaku

"Eh, nggak usah Neng. Takut ganggu" Katanya

"Ini mau perjalanan jauh, sudah makan?" Tanyaku sok perhatian (baca : basa basi tingkat dewa)

"Belum Neng. Nanti aja" Katanya

"Katanya pesawat pagi kan? Nyampe di Palu pasti subuh. Subuh susah nyari makan lagi kan" Kataku.

"Bener juga ya. Ya udah kalo gitu kata Eneng mah. Aku nurut deh. Aku makan dulu ya didepan" Katanya sambil menunjuk Warung Mas Bejo didepan Toko Mama.

"Iya Ki"

"Pokoknya abis makan aku kesini lagi. Eneng jangan kemana-mana yaa" Katanya sambil berjalan ke depan.

******

Selesai makan ia datang lagi.

"Neng, aku udah mau dijemput nih. Aku tadi bilang supaya dijemput di depan Batalyon. Jadi aku balik dulu ya. Sampai ketemu 14 hari lagi. Nanti aku bawain oleh-oleh ya pokoknya. Salam sama Mama Papa. Tolong sampein aku pamit yaa."

"Iya Ki. Semoga selamat sampai tujuan ya" Kataku

"Eh iya, boleh minta tolong lagi nggak Neng?" Tanyanya

"Minta tolong? Minta tolong apa Ki? Asal nggak sulit aja sih.."

"Tolong jangan sengaja nggak angkat telfon atau balas chat ya, Neng" Katanya sambil tersenyum

"Hahahaa.. Kirain apaan" Kataku.

"Seriusan atuh Neng"

"Yaudah" Jawabku

"Janji?"

"Iya deh" Kataku ingin segera menyudahi pembicaraan kami.

"Salaman dulu donk" katanya

"Salaman?" Aku  mengeryit kebingungan

"Iya, boleh kan?" Katanya

Aku pun menerima jabatan tangannya, beberapa detik sebelum dia pergi.


*******

Sekitar pukul 04.00 dinihari ia mengabari via sms bahwa ia sudah tiba di Palu ( yang baru aku baca sekitar jam 06.00 pagi), dan akan langsung bergegas menuju bandara.

Sebelum flight dan sesampainya di Bandung, ia pun masih sempat memberi kabar.


From Earth to Heaven ( Mencintai Prajurit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang