[DUAPULUH SATU]
SHANIN tak pernah membayangkan bahwa keinginannya akan terkabul. Ia fikir, membayangkan dirinya bermain bersama rombongan Arga itu hanya akan menjadi impian belaka, namun nyatanya hal itu perlahan benar-benar terjadi di kehidupannya yang ia kira akan selalu monoton.
Berangkat sekolah > Dibully Abby > Pulang > Menangis dengan tangan yang mengenggam spidol merah menyala lalu melepaskan sumpah serapahnya pada Diary miliknya.
Bukan seperti itu ternyata akhir kisah Shanin. Karna berkat 'kepala batu-nya', ia bisa mendapatkan perlindungan yang dirinya butuhkan.
Dan hal itu jelas saja membuat hari-hari buruknya di sekolah perlahan memudar. Abby yang sudah di keluarkan, para predator pemangsa dirinya yang juga sudah mulai berkurang karna kehadiran Shanin selalu di temanin oleh salah satu dari pangeran tampan impiannya.
Walau Shanin rasa, kebaikan mereka semua karna ingin membalas budi atas apa yang sudah ia lakukan atau mungkin karna kasian, Shanin tak memperdulikan itu. Dapat bergabung saja rasanya seperti di surga.
"Al Delano, Davi Christian, Justin Andy, Zidan Adam, diminta untuk datang ke ruangan khusus, sekarang!" Suara dari speaker yang terpasang kokoh di beberapa titik sekolahnya itu terdengar jelas di telinga, membuat Al yang kini tengah menghisap dalam-dalam sebatang rokok miliknya mendengus kesal lalu tak lama melemparkan puntung rokok miliknya di atas tanah berlapis rumput itu sebelum menginjaknya.
"Bangsat nih CCTV, nangkep aja lagi muka gue," Al berujar, kemudian ia terlihat melirik Arga yang tengah menghembuskan asap rokok miliknya ke udara, "Ga, titip Shanin bentar yak?Gue di panggil ke ruangan khusus nih."
Shanin yang terlihat sedang membaca sebuah novel di pangkuannya mulai mengangkat kepalanya, "Al abis ngapain? Kok bisa di panggil?"
Cowok itu nyengir, "Biasa, abis main."
"Males." Arga merespon jutek tanpa mau menoleh.
Al kembali menatap Arga, "Ah, suka gitu. Masa gue bawa Shanin ke ruangan khusus? Kan gak lucu," Ia melirik jam tangannya, "10 menit lagi masuk kok. Ya?"
"Hm."
"Ga?" Mohon Al.
"Apaan si?" Akhirnya cowok itu menoleh dengan wajah kesal.
"Ya? 10 menit doang?"
"Hm."
"Hem itu iya apa enggak?" Al gemas, "Nanti ini anak di banting lagi sama hatersnya."
"Iya ah, bawel lo, tai."
Dengan wajah leganya, akhirnya Al bangkit kemudian berlari kecil menuju tempat tujuannya. Membiarkan kedua orang yang tengah duduk di kursi panjang bawah pohon beringin itu kembali pada aktivitasnya masing-masing. Arga dengan rokok dan iPodnya, sedangkan Shanin bersama novel tebal berjudul 'Dear Nathan'.
"Nathan itu lucu deh, galak ke yang lain, tapi sweet ke Salma." Tiba-tiba Shanin berkata, tanpa mendapat respon tentunya.
Di alihkannya pandangan itu ke arah Arga, "Arga?"
Arga tak merespon.
"Arga?" Ulangnya masih berusaha.
Lagi-lagi ia tak merespon.
"Arga?"
"Apasih? Berisik banget."
Mendengar omelan Arga, Shaninpun tersenyum, "Arga benci banget ya sama Shanin?"
Lagi-lagi yang ditanya tak merespon, "Maaf deh, abis Shanin gak ada pilihan lain selain ke kalian,"
Oke, Fix. Shanin bicara dengan pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanin's Diary (END)
Teen Fiction#6 in teenfic - 9 Mei 2018 [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Siapa yang tak mengenal 7 cowok tampan tapi nakal yang terdiri dari Arg...