1• Shanindya Violetta

255K 10.1K 179
                                    

[SATU]


SEORANG gadis berseragam putih abu-abu itu nampak memandangi sepatu putihnya dengan perasaan pasrah, kesal, sedih dan berbagai perasaan menyakitkan lainnya. Dapat terbaca dengan jelas, name-tag di dada kanannya yang bertuliskan 'Shanindya Violetta'. Si gadis cantik dengan takdir menyedihkan, begitulah pendapat semua 'teman-temannya' di sekolah.

Bau air terasi yang menyengat sudah menusuk hidungnya, lagi-lagi ia harus pulang dengan kaki telanjang. Bukan lagi sebuah kejutan bagi Shanin begitu menemukan sepatunya terendam di dalam ember yang terisi penuh dengan air terasi juga beberapa puntung rokok. Mungkin pulang dengan kaki telanjang sudah menjadi kebiasaannya setiap hari, dan nampaknya ia sudah mulai jengah dengan itu semua.

Shanin meletakan sepatunya asal di depan rumah bergaya eropa itu, ia lalu seenaknya saja masuk ke dalamnya tanpa memperdulikan kakinya yang kotor dan juga bau karna tadi sempat mengenai tetesan air terasi yang berada di dalam sepatunya. Matanya sempat memandang sekitar, kalau-kalau ada yang melihatnya seperti itu, Shanin pasti tak akan bisa menjelaskan dengan berbohong tentang mengapa sepatunya yang kuyup seperti itu.

Begitu dirasa aman, barulah Shanin mulai berlari kecil menuju lantai dua, dimana kamarnya berada dan segera memasukinya. Tak lupa dengan membanting pintu bertuliskan 'Shanin, Knock!' kemudian menguncinya rapat-rapat.

Air mata yang sedari tadi ia tahan nyatanya tumpah juga, ia lelah terus-terusan menjadi korban pembullyan di sekolahnya. Namun ia tak dapat melakukan apapun, berbicara saja tidak, bagaimana membalas.

Dengan kasar Shanin membuka buku Diary-nya, menyoretkan sumpah serapah yang tak bisa ia ucapkan secara langsung dengan sebuah spidol berwarna merah menyala.


Dear Diary,

Lagi.
Lagi.

Shanin di bully lagi sama temen-temennya Abby. Sepatu Shanin dimasukin ke dalem ember yang bau. Mungkin kalian juga bosen ya, soalnya tiap hari Shanin nulisnya ini-ini aja.

Tapi sumpah, Shanin capek.

Ini udah tahun kedua dimana Shanin di bully abis-abisan sama Abby dan genknya, bahkan sekarang temen-temen Shanin yang lain mulai ikutan bully Shanin. Eh tunggu, Shanin kan ga punya temen.

Kalo di pikir-pikir, salah Shanin tuh apasih? Abby masih inget kejadian dua tahun dulu? Pas Chris gebetannya itu nembak Shanin?

Emang itu salah Shanin? Shanin ga pernah respon Chris, bahkan Shanin kaget kenapa cowok sok ganteng itu bisa bilang suka ke Shanin waktu abis upacara yang di tontonin sama semua anak satu sekolah. Abby juga pastinya.

Terus sekarang Shanin harus apa?

Bertahan? Dua tahun bertahan emang kurang?

Ngelawan? Shanin kecil gini lawan Abby yang badannya gede gitu? Apalagi Trista, tangan kanannya Abby, badannya ngalahin Papa Shanin. Ngebayanginnya aja udah buat Shanin gila.

Jadi Shanin harus apa? Kalo pasrah mulu, makan ati. Tiap hari dikerjain, Shanin yakin mereka mulai sekarang bakal lebih gila lagi ngerjain Shaninnya. Kemaren-kemaren sepatu Shanin, besok bisa jadi rambut atau seragam Shanin yang disiram air terasi.

Kalo pindah sekolah, Shanin akan senang hati ngelakuinnya.

Apa Shanin harus bilang ke Papa sama Mama kalo Shanin mau pindah sekolah?

Shanin menutup buku Diary berwarna pink itu, bahkan ia lupa mengakhiri curhatan hatinya dengan xoxo atau salam cinta Shanin. Akibat ide cemerlang yang muncul, ia mengabaikannya, memilih mengusap mata berairnya dan berjalan ke arah luar kamarnya.

Shanin's Diary (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang