Rintik 1

115 6 0
                                        

Hujan lagi..

Di jam empat sore, tepat waktu, hujan kembali turun, membuat gadis itu tertahan di kursi halaman parkir,  dibawah kanopi warna biru yang sudah pudar,  sesekali ia membuang nafas,  bosan. Duduk sendirian ditemani rintik yang tengah berlagu. Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, sementara dia lebih memilih berdiam diri di sekolah lebih lama daripada teman-temannya, yang berani membelah hujan agar pulang ke rumah lebih cepat. Bukan tanpa alasan mengapa gadis itu tak segera beranjak untuk pulang seperti yang lainnya, supir pribadinya sepertinya telat (lagi) untuk menjemputnya, membiarkan Aira kedinginan di sini.

"Hai,  lu anak baru yang baru pindah dari Bandung, kan? "

"Jemputan lo belum dateng?" suara halus itu membuat pandangannya teralihkan, dilihatnya seorang lelaki tengah berdiri di sampingnya,yang Aira tak menyadari keberadaanya sebelumnya. Gadis itu membalas pertanyaan itu dengan sekali gelengan tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, ia sedang malas berbicara.

"Mau nebeng  gua?" lagi, lelaki itu tampak berusaha untuk mencari celah agar bisa mengobrol dengannya. Cih, dasar modus.

"Nggak, makasih..", tolak gadis itu,
"apa dia tidak punya pertanyaan yang lain?." batinnya ikut mengomentari.
Kemudian Aira kembali mengalihkan pandangannya menatap air hujan yang semakin deras saja.

Hening..

Selebihnya, hanya suara gemerincing hujan yang nyaring menjadi latar belakang keberadaan mereka berdua. gadis itu menarik napas dalam-dalam, menikmati bau tanah yang harum terkena air hujan, dia menyukainya. Sangat...

"Yakin lo gamau nebeng gua?" lelaki itu kembali membuka suara.  Karena tak ada jawaban,  cowok itu hanya mengedikkan bahu.

Aira lebih memilih mengabaikan cowok yang sedari tadi masih berdiri di sampingnya. 

Meskipun begitu,  Aira sempat mencuri pandang lewat sudut matanya.  Cowok besurai hitam dengan model rambut poni lempar itu tengah asyik memainkan ponselnya.  Ganteng sih,  tapi sepertinya  bukan tipenya.  Diliriknya sekali lagi cowok itu,  Kemeja putihnya yang sudah tak beraturan,  celana abu-abu yang semgaja dipotong hingga di atas mata kaki,  speerti tipe siswa yang sering melanggar peraturan sekolah,  kan?
Gadis itu menggelengkan kepala,  mengenyahkan pemikiran-pemikiran buruk di kepalanya. 

"Gausah lirik-lirik,  nanti suka.   Kalau udah suka sama gua,  bakalan susah.  Susah makan,  susah tidur,  susah mandi,  susah.... "

"Shut Up!  Apaan sih,  tiba-tib bilang gitu? Siapa juga yang lirik-lirik. "

Dan Aira mulai melihat mobil SUV putih kini memasuki halaman sekolah, dilihatnya seorang lelaki paruh baya berlari keluar dari mobil dengan payung berwarna biru di tangannya. Ia tidak senang berlama-lama di sini dengan orang asing, dengan segera ia melangkahkan kaki, meninggalkan lelaki itu.

"Maaf lama, Non.."

"Gapapa Pak."

Diliriknya sekilas ke arah lelaki berambut hitam tadi, masih tersenyum ternyata, memandang sendu ke arah Aira. 'Apa-apaan?'

***

Rangga, lelaki itu menatap punggung gadis yang tengah berlari membelah hujan. Kagum, dan hal itu yang membuat bibirnya tak bisa berhenti untuk terus tersenyum. Ada sesuatu dari gadis itu yang membuatnya tertarik, bahkan ia juga belum bisa mengalihkan pandangannya dari mobil putih yang kini sudah menghilang keluar dari gerbang.

Setelah benar-benar sadar jika mobil yang dinaiki gadis itu pergi, ia mengalihkan pandangannya pada gambar sosok yang tercetak di dalam kameranya. "Cantik.." gumamnya lirih, memandangi gambar punggung gadis itu, iya hanya punggung, bukan wajah melainkan hanya punggung gadis itu yang berhasil kameranya tangkap.

Sunset Over the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang