####
Panik, Aira yang tak tahu harus berbuat apa dengan apa yang terjadi padanya saat ini. ia benar-benar bingung, mau keluar dari bilik toilet, ia malu. Apalagi berlari ke kelas dengan keadaan begini?
Rok bagian belakangnya basah dan berwarna merah gelap, tamu bulanan tiba-tiba datang lebih awal dari periodenya. Ini di luar dugaan gadis itu.
"Ya Tuhan, apalagi ini.."
Gadis itu mencoba cari cara. "Ah, Nadia,iya dia ."
Gadis itu dengan tak sabaran mengetik beberapa saat di layar ponselnya. Menelepon Nadia yang tak lain teman sekelasnya, dan untungnya ia menyimpan nomor ponsel gadis itu.
Setelah beberapa detik dan tak ada balasan dari seberang. Diiringi suara seorang wanita yang notabene Customer service membalas panggilan Aira. Gadis itu mendengus kesal. Dicobanya sekali lagi. Dan nihil, masih sama, panggilannya tak diangkat.
Mencoba mencari-cari kontak nomor yang sekiranya bisa membantunya keluar dari toilet ini, dan membawakannya roti jepang, atau paling tidak membawakan rok abu-abu yang baru.
Bu Nadira? Ah guru pembimbingnya itu sedang libur hari ini. mana bisa ia minta bantuannya.
Aira mengutuk dirinya sendiri, kenapa pula dia tak banyak menyimpan nomor ponsel teman-temannya. Sebegitu tak pedulikah, jika dia juga butuh mereka, seperti saat ini.
'Arghh!" terus gimana ini??
Tatapannya terpaku, mengamati nomor yang berada di riwayat panggilan teratas. Belum ada nama. Gadis itu ragu, 'masa iya dia harus minta tolong sama cowok lebay itu?
Terlalu gengsi. Tapi pada akhirnya ia menekan nomor itu juga. memanggil cowok itu. harus gimana lagi? Pasrahnya."Halo, Ra.."
"Ummm, Ka.." gadis itu mengambil nafas beberapa saat sebelum melanjutkan kata-katanya, jantungnya berdegup tak karuan, "Aku boleh minta tolong gak?"
"Tolong apa? Bukannya lo terlalu sibuk buat minta bantuan gue? Berubah pikiran buk?" terdengar suara cengengesan dari seberang. Aira medengus sebal. Lagi-lagi cowok itu mengungkit-ungkit kata-katanya tadi pagi. Tapi mau gimana lagi, tak dipungkiri jika saat ini Aira sedang butuh bantuan. Kalau tidak terdesak seperti saat ini ia tidak sudi minta bantuan cowok menyebalkan ini.
"Aku cuma butuh bantuan sebentar, Ka. Aku gak tahu mau minta sama siapa lagi. Kebetulan cuma kamu yang angkat telepon aku," hissh, bukan Aira banget kalau memohon-mohon begini, dengan suara lembut pula. Dimana Aira yang dingin dan cuek itu?
"Kamu bisa tolong beliin aku, roti jepang di koeprasi siswa?", gadis itu menepuk jidatnya dan komat-kamit, semoga Arka tidak mentertawakannya lagi.
"Roti? Lo nyuruh gue beli roti di koperasi? Mana ada, Ra. Koperasi gak jual roti. Kalau mau ngerjain gue bukan gini caranya, Ra. Udah ah sibuk gue,"
"Arka, tunggu. Maksud gue bukan roti yang dimakan. Tapi roti ini beda, Roti Jepang, Arka. Roti cuma buat cewek. Duh gimana ngomongnya, ini?" bingung, gadis itu malu, sesekali memukulkan kepalan tangannya di kepalanya lembut. Payah-payah..
"Roti, apalagi sih, Ra. Kalau lo laper ya ke kantinnya Bu Jono. Di sana banyak jual roti, yang kismis ada, cokelat ada, stroberri juga ada. Tapi gue gak tahu kalau ada roti jepang . Apa gue suruh Rangga aja yang beliin. Dia pasti mau deh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunset Over the Rain
Fiksi RemajaAira terdiam, mengulang kembali rangkaian kata yang terkutip di lembar novel yang ia baca dalam hatinya, kemudian dia melengos, menatap kaca jendela yang mulai mengembun diciumi air hujan dari luar. Hatinya berdesir. Bergelung kembali ke masa lalu...