Wajah bak seorang malaikat, itulah yang selalu diperhatikan oleh seorang gadis di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan berbagai macam alat kedokteran. Wajahnya begitu tenang, seperti tak ada beban dalam dirinya. Dengan infus yang menelusuri tiap-tiap sel yang melekat di tubuhnya, dan saluran pernafasan buatan yang membelenggu hidungnya, pemuda itu tampak menyeringai. Gadis berambut blonde yang duduk di sampingnya menggenggam erat tangan orang yang berbaring lemah di depannya. Entah kenapa ia merasa enggan untuk pergi meninggalkannya.
"Aera," seorang wanita paruh baya datang menghampiri gadis itu lalu menyentuh kedua bahunya. "Lebih baik kau pulanglah dulu. Percuma jika kau terus berada di sini. Dia tak akan membuka matanya." sambung wanita tersebut.
Gadis yang bernama Aera itu mendengus pelan. "Tapi ibu...."
"Lee Aera, ayo," pinta sang wanita tersebut.
"Wendy, ibu! Aku mohon panggil aku Wendy!"
"Ibu akan bilang jika kau mengikuti perintah ibu. Ayo!" Dengan berat hati Aera bangkit dari kursi. Ia terlihat enggan meninggalkan tempat dimana seorang pemuda yang sedang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit itu sendirian tak ada yang menjaga, Berlebihan memang, walaupun sebenarnya disana masih ada perawat yang berjaga. Tapi hati kecil Aera mengatakan jika ia ingin tetap disana, menemani pemuda itu. Tetapi ibunya malah berkata lain. Ya, mereka juga mempunyai urusan yang lain. Maka dari itu mereka tak bisa selalu menghabiskan waktu disini seharian. Menunggui pemuda yang entah kapan akan terbangun dari tidur panjangnya.
(***)
"Deoneun mangseorji ma jebal nae simjangeul geodueo ga. Geura nalkaroulsurok joha dalbit jochado nuneul gameun bam-" Suara lembut dipadu dengan permainan piano yang harmonis, membuat irama lagu itu semakin indah didengar oleh telinga siapapun.
Baekhyun, pemuda itu selalu berada di ruang musik saat jam istirahat berlangsung. Baginya, musik adalah segalanya. "Mengalir tenang bagai air, tapi kadang juga bergelombang seperti ombak. Bagai angin, tetapi juga dapat menghantam dan menyapu begitu bringas. Lembab bak udara, bagai suhu yang tak menentu. Musik, perumpamaan yang begitu luas," ucapnya seraya tersenyum kecil sambil membuka lembaran demi lembaran partitur lagu yang dipegangnya.
"Musik, alunan irama dengan jumlah yang tak terhingga. Begitu mudah dan begitu sulit. Sebegitu penting-kah musik untukmu Baekhyunnie?" seorang gadis tiba-tiba datang lalu menatap tajam Baekhyun dengan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Seberapa penting sampai kau membuat perumpamaan seperti itu?"
"Penting sekali! Lebih penting dari apapun!" kata Baekhyun tersenyum jahil.
"Oh begitu! Baguslah, pacaranlah dengan piano!" ucap sang gadis sinis dengan mengerucutkan bibirnya.
"Ya! Mana bisa? Benda mati menjadi kekasihku? Cih!"
"Aku tidak peduli," kata gadis itu begitu ketus.
"Ya! Hana, kau cemburu kan? Haha. Kau itu lucu sekali. Aku semakin menyukaimu. Sudah jangan cemberut lagi, sungguh sangat tidak lucu jika cemburu pada hal-hal seperti itu," ujar Baekhyun yang kini beranjak dari duduknya lalu berdiri berhadapan dengan gadis itu.
"Perlu diragukan."
"Ye? Apanya yang harus diragukan? Kemampuanku? Oh Tuhan! Hana, kau sendiri yang memilihku untuk menjadikanku wakilmu. Tapi, seharusnya yang memimpin itu adalah aku. Ah sudahlah, yang penting kemampuanku bermain piano tak diragukan lagi bukan?"
"Bodoh!" seru gadis itu sambil menjitak kepala Baekhyun dengan lembut.
"Maksudku bukan itu! Maksudku adalah perkataanmu tadi. Sungguh meragukan," kata gadis itu lalu bersiap untuk pergi. Namun, Baekhyun berhasil mencegahnya dengan menarik tangan gadis itu dan membawanya dalam sebuah pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Heart Mind and Soul (Sehun Exo)
FanfictionJiwon tersadar dalam keadaan tak ingat apa-apa. Bisa dikatakan ia mengalami amnesia. Ia tak ingat segalanya, keluarganya, teman-temannya, bahkan kekasih yang setia selama hidupnya ia tak mengingatnya. Sebuah sosok yang bersinar menghampirinya dan i...