12. The last [epilog]

3.1K 389 66
                                    

Votenya jangan lupa. Last Chap ini.
Enjoy guys.

7 Tahun Kemudian

Dear Diary,

Tujuh tahun sudah lamanya peristiwa itu terjadi. Aku telah menepati janjiku. Janji yang tidak bisa aku ingkari. Janji sakral antara aku dengannya di hutan lalu. Aku kini telah menikah dengan seorang pria yang benar-benar mencintaiku. Aku berusaha untuk menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang baik bagi anakku.

Terkadang ingatan itu selalu mengusikku, miris sekali jika mengingat kejadian naas itu. Dengan harapan akan ada keajaiban. Sudahlah, aku tidak ingin kembali ke masa lalu yang begitu suram. Aku akan lebih menyongsong masa depan yang harus aku hadapi bersama keluarga baruku. Tersenyum senang, tentu saja. Karena kami sangat bahagia.

Terima kasih, aku selalu mengucapkan kata-kata itu kepada Tuhan. Karena-Nya aku mempunyai seorang suami yang baik hati dan begitu mencintaiku serta seorang anak laki-laki yang begitu lucu. Aku akan memegang janji suamiku itu bahwa dia akan tetap berada di sampingku sampai benar-benar menjadi sebuah  bintang yang sangat terang.

"Mommy!" suara cempreng seorang anak laki-laki membuyarkan wanita berkacamata yang tengah menulis di buku hariannya. Anak itu memiringkan kepalanya ketika melihat sang ibu melepas kacamatanya. "Mom ayo main!"

"Kenapa tidak ajak daddy?"

"Dad jahat! Dasar! Aku tidak akan memanggilnya daddy untuk saat ini!" kata anak itu sambil mengerucutkan bibirnya.

Wanita itu menutup buku miliknya, ia berjongkok di hadapan anak kesayangannya lalu mengusap rambutnya dengan rasa sayang yang tak terhingga.

"Ayo kita kerjai daddy!" wanita itu tersenyum jahil kepada anaknya yang berusia dua tahun itu.

Ia lalu menggendong anak itu dan menuju sebuah kamar yang tepat berada di samping ruang keluarga. Ia menduduki anak itu di atas punggung seorang pria yang tengah tertidur pulas.

Dengan mengendap-endap ia mengambil sebuah jeruk lemon dari dapur dan kembali ke kamar setelah membelah jeruk itu.

"Ssst," desisnya pada anak itu. Ia lalu menempelkan jeruk lemon yang dipegangnya pada bibir pria itu. Ia tersenyum geli saat melihat reaksi suaminya yang mengernyit merasa asam akibat jeruk itu. Berulang-ulang ia lakukan hal itu, namun tidak juga bisa membangunkan pria itu.

"Baiklah, cara terakhir," kata wanita itu. Ia mengangkat anaknya agar sang anak duduk di samping tempat tidur.

"Sayang, awas ada kecoa di rambutmu! Sayang kecoa!!!"

"Kecoa? Mana? Dimana?" pria itu terbangun dengan kepanikan yang mulai melanda saat istrinya mengatakan bahwa ada seekor kecoa hinggap di atas rambutnya.

"Berhasil," gumam wanita itu.

"Sayanggg!"

"Kau pikir sekarang jam berapa ha? Cepat bersihkan badanmu lalu bersiap kita akan bertemu dengan Wendy," wanita itu berbicara dengan sinis namun tak bermaksud demikian.

"Baiklah. Kalau aku tidak ikut bagaimana?"

"Kita harus mengunjungi Wendy hari ini. Kau tahu kan sekarang dia pindah ke Seoul. Hari ini aku dan yang lain akan mengunjungi rumah barunya. Kalau kau tidak ikut jangan harap kau mendapat jatah hari ini. Dan, jadilah pria yang bertanggungjawab!" kata wanita itu.

Pria itu menganga, dilihatnya sang istri pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan juga Jihun  anaknya. Tidak mendapat jatah? Oh tidak. Itu seperti mimpi buruk baginya. Ia pun mengusap wajahnya kesal.

[END] Heart Mind and Soul (Sehun Exo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang