Votenya jangan lupa.
Enjoy.
'Bangun, buka matamu. Dengar aku! Buka matamu!'
Suara aneh yang terdengar di telinga Jiwon yang telah membuat gadis itu membuka kedua matanya dan berharap dirinya berada di tenda. Namun tidak, ia tahu bahwa dirinya masih berada di hutan.
'Jangan lupa janjimu. Bawa dia. Temukan dia dengan tubuhnya.'
Jiwon bangkit sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Ia dapat mendengar suara itu, namun tidak dapat menelaah siapa yang tengah berbicara. Ia memandang ke sekelilingnya, dan ia terkejut saat mengetahui ia berada di hutan yang sama dengan mimpinya. Apakah ia sedang bermimpi lagi? Tidak, ia tidak bermimpi. Ini kenyataan yang sangat mustahil untuk dipercaya.
'Dia tidak ada, tapi kamu harus menemukannya. Dia tidak di sini.'
Gadis itu menemukan sesosok wanita cantik yang tersenyum manis padanya. Wanita itu mengenakan gaun putih yang cantik dan bercahaya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa yang dilihatnya adalah sang ibu.
"Ibu."
'Anakku, aku tidak akan lama. Sebentar lagi fajar menyingsing dan kau harus cepat pergi dari sini.'
"Tidak sebelum aku menemukan Sehun aku tidak akan pergi. Dimana dia ibu?" tanya gadis itu namun dijawab dengan gelengan kepala sang ibu.
"Ibu aku mohon! Aku tidak ingin dia mati, walau aku tahu setiap manusia pasti akan bertemu dengan ajalnya. Tapi tidak untuk saat ini."
Wanita itu hanya tersenyum, dan menjulurkan tangannya pada sebuah pohon besar dibelakang Jiwon. Wanita itu menunjuk sebuah ransel yang tergeletak di bawah pohon. Ransel itu berantakan dan membuat sebagian dari sisinya berhamburan kemana-mana.
"Itu apa ibu?" saat Jiwon berbalik hendak bertanya pada sang ibu, wanita itu menghilang begitu saja dan meninggalkannya seorang diri.
"Ibu, ibu!!"
Fajar telah menyingsing, sedikit cahaya mentari masuk menerobos pohon-pohon tinggi di hutan tersebut. Gadis itu kembali memfokuskan diri pada ransel itu, ia mendekati pohon itu dengan langkah yang tertatih-tatih karena kakinya terluka. Ia menjatuhkan diri dan duduk bersandar pada pohon. Ia membuka ransel yang terlihat lepek akibat siraman air dan lembabnya udara sekitar. Diambilnya sebuah buku dari dalam ransel tersebut, sedikit basah memang. Lalu ia membuka lembaran dari buku itu.
.
.
'Sebelumnya aku malas untuk menceritakan kehidupanku. Tapi apa salahnya jika aku menceritakan masalahku ini. Ini pertama kali bagiku menulis di sebuah buku yang orang-ornag menyebutnya dengan diary, tapi aku lebih memilih menulis pada buku biasa.
Hari ini, entah apa yang akan aku lakukan? Aku telah membuatnya merasa sakit dan sedih. Tapi itu bukanlah maksudku. Dia marah padaku, dia menyangka aku mengkhianati perasaannya. Tapi itu tidak benar. Aku tidak akan melakukan hal bodoh yang dapat membuatnya bersedih.
Cukup sudah pengalamanku sakit hati ketika kekasihku sebelumnya mengkhianatiku. Rasanya patah hati itu sungguh tidak enak. Maka dari itu aku tidak ingin dia merasakan hal yang sama denganku, apalagi untuk yang kedua kalinya.
Teringat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Ketika itu dirinya tengah memainkan sebuah piano di ruang klub. Aku yang saat itu masih berada ditingkat dua mengamati permainannya saat aku duduk di sudut ruangan itu tanpa dia ketahui. Aku tersenyum mendengar permainannya tanpa ada sedikitpun miss yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Heart Mind and Soul (Sehun Exo)
FanfictionJiwon tersadar dalam keadaan tak ingat apa-apa. Bisa dikatakan ia mengalami amnesia. Ia tak ingat segalanya, keluarganya, teman-temannya, bahkan kekasih yang setia selama hidupnya ia tak mengingatnya. Sebuah sosok yang bersinar menghampirinya dan i...