Hany keheningan yang tercipta di meja makan keluarga baru Afka. Di meja makan ini hanya ada Afka dan sang istri Ayra,keduanya hanya diam menikmati sarapan mereka. Mungkin inilah kebiasaan yang selalu ditanam oleh keluarga keduanya 'dilarang bicara saat makan' . sesekali terlihat Afka melirik istrinya yang masih sibuk dengan makanannya.
"Aku selesai," ujar Afka memecahkan keheningan antara mereka. Ayra menatap suaminya.
"Ayra akan antar Abang ke depan," kata Ayra dengan senyum manisnya. Afka hanya menganggukan kepala merespon perkataan sang istri.
Ayra yang membawa tas suaminya mengekor di belakang Afka menuju pintu rumah mereka. Afka membuka pintu lalu berbalik ke arah Ayra menatap sang istri dan mengambil tas miliknya. Sebagai istri yang baik Ayra tidak lupa menyalami suaminya, Afka tersenyum mengelus kepala istrinya yang dibalut kerudung biru itu. Ayra kembali menatap suaminya dan membalas senyum suaminya, lalu Afka mencium kening sang istri sedikit lama.
"Hari ini kamu ke rumah sakit?" Afka kembali membuka suara dan Ayra menganggukan kepalanya. "Kamu hati-hati ya. Jangan lupa makan! nanti maag kamu kambuh." Perhatian kecil dari Afka membuat hati Ayra menghangat.
"Iya, Ayra akan hati-hati dan akan makan." Ayra kembali tersenyum, senyum manis yang selalu menenangkan Afka serta selalu bisa menghapus rasa lelahnya beberapa bulan terakhir ini.
"Aku pergi Assalamualaikum." Pamit Afka, jika lebih lama lagi di sini dia tidak akan tega meninggalkan Ayra.
"Waalaikum salam."
Setelah kepergian Afka, Ayra kembali kemeja makan dan membereskan piring kotor mereka tadi. Setelahnya Ayra siap-siap ke rumah sakit.
***Senyum manis Ayra seakan obat penenang bagi pasien rumah sakit. Ayra dikenal sebagai dokter yang ramah yang sangat disenangi pasien. Ayra telah jadi dokter di RS. Mutiara selama 2 tahun dan selama itu juga dia menjadi dokter favorit.
"Dokter cantik." Ayra tersenyum ramah pada gadis kecil yang membawa setangkai bunga merah ditangannya.
"Ada apa sayang?" Ayra mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu.
"Ini untuk dokter sebagai ucapan terima kasi dari Nina."Ayra menerima bunga itu lalu menghirup harumnya. "Hari ini Nina udah boleh pulang." Dia terlihat ceria.
"Alhamdulilah. Setelah ini semoga Nina selalu sehat." Dengan lembut Ayra mengelus rambut bocah kecil itu.
"Amin," keduanya tersenyum bahagia.
***Ayra terlihat tengah memeriksa data pasien. Terlihat sesekali Ayra memijit pelipisnya. Ini sungguh hari yang melelahkan.
Tok...tok...tok
"Masuk!" seorang perempuan tersenyum ke arah Ayra.
"Krisla. Ada apa? Masuklah!" sekilas melirik Krisla, lalu kembali sibuk dengan data pasien ditangannya.
"Makan siang? Sarah dan Vivi udah ada di kantin," ajak Krisla dia sudah sangat paham dengan watak Ayra jika sudah sibuk dengan kerjaan dia akan lupa untuk mengisi perut.
"Bentar lagi, aku masih sibuk ni," kata Ayra tanpa menoleh pada Krisla.
Krisla menatap sebel Ayra. Dia dan Ayra telah berteman saat pertama kali dia masuk ke rumah sakit Mutiara sekitar 9 bulan yang lalu. Dan dia juga sudah paham dengan sifat Ayra salah satunya susah makan.
"Gak ada sebentar lagi pokoknya sekarang!" keras Krisla.
"Tapi Kris aku masih banyak kerjaan," ujar Ayra dan melirik berkas di atas mejanya.
"Ay kamu ini dokter yang menyembuhkan banyak orang, jangan sampek kamu juga sakit dong, ayo makan dulu!" Krisla menarik tangan Ayra.
"Bentar lagi Krisla." Ayra masih berusaha menolak Krisla.
"Enggak! nanti Maag kamu kambuh." Krisla juga tegas dengan perkataannya.
"A...."
Tok...tok...tok
"Assalammualaikum"
Baru mau buka mulut, malah ada suara salam yang menyelanya."Waalaikum salam," jawab Ayra.
Klek...
Pintu ruangan Ayra terbuka dan menampilkan sosok tubuh tegap diambang pintu. Dia menatap Ayra dengan tatapan yang sulit diartikan. Ayra terlihat terkejut melihat makhluk tampan itu. Dia kenal betul siapa laki-laki yang tengah menatapnya, dia adalah laki-laki yang mencium keningnya tadi pagi.
"Bang Afka?" guman Ayra, dan rautnya melukiskan kalau dia tidak percaya dengan kehadiran Afka. Afka sendiri tersenyum menanggapi Ayra.
"Oh ini husband Ayra?" Krisla memang belum mengenal Afka berbeda dengan Vivia dan Sarah.
"Hay saya dokter Krisla Wiliam teman dokter Ayra." Dengan sopan Krisla mengenalkan dirinya.
"Afka Raynad Adrian," ujar Afka. "Oh ya apa saya boleh pinjam Ayranya?"
"Tentu saja kamu kan suaminya. Yaudah Ay aku ke kanti duluan." Ayra menganggukan kepalanya, lalu menatap Afka.
"Hmm ada apa ya bang? Sampek abang datang kemari?" tanya Ayra walaupun sempat dilanda ragu dihatinya.
"Mau jemput istri buat makan siang bareng," ujar Afka tanpa menatap Ayra.
"Istri? siapa?" bingung Ayra dan itu terlihat menggemaskan di mata Afka.
"Ya Allah Ayra memang siapa lagi istri Abang? kamu mah aneh," protes Afka tidak terima dengan respon istrinya itu.
"Ya Allah bang maafin Ayra, Ayra gak maksud gitu." Ayra menundukkan kepalanya menyesal.
"Hey gak apa kok Sayang," mendengar kata sayang keluar dari mulut Afka membuat Ayra bahagia. "Pekerjaan kamu masih banyak ya?"
"Hmm gak terlalu banyak lagi kok Bang. Abang tunggu bentar ya?"
"Bisa, tapi kalau kita keluar dulu untuk makan siang bisa gak?" Afka tersenyum manis.
"Hmm tentu bisa, hmm tapi restoran dekat rumah sakit aja ya." Terlihat Ayra tengah menutup map kuning di depannya tadi.
"Iya sayang. Ayo!" ajak Afka.
"Ayok."
Mereka keluar dari ruangan Ayra, beberapa pasien dan rekan kerja Ayra terlihat senang melihat pasangan itu. Bagi mereka Ayra dan Afka terlihat serasi. Dan Ayra sedari tadi menundukkan kepalanya di samping Afka, dia malu menatap pasien dan rekan kerja yang senang menggodanya.
"Kamu kok dari tadi nunduk terus? Malau jalan sama aku?" Afka membuka pembicaraan antara mereka berdua.
"Eh enggak gitu. Ayra enggak malu jalan sama Bang Afka." Ayra langsung membantah perkataan Afka.
"Benar enggak malu?"
"Beneran Ayra cuma itu l...hmm apa?" panik Ayra.
"Dasar kamu. Abang cuma bercanda." Afka tersenyum tipis dan menarik Ayra dalam rangkulannya.
'Semoga saja dia telah bisa menerima hamba ya Allah' batin Ayra
****Ini sebagian udah di edit ya say 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Makmum
Romance'Pernikahan ini memang bukan pernikahan yang kuinginkan. Namun, aku harus menjaga perempuan yang dipilih orang tuaku segenap jiwaku. Membuat dia bahagia itu janjiku ' Afka Reynand Adrian 'Hal paling menyakitkan bagi perempuan ialah saat ia harus...