Hari ini jika diperhatikan dengan teliti, Ayra tidaklah seperti biasa dia penuh dengan kepalsuan. Senyum lembut yang biasa menghiasi bibirnya kini di ganti dengan senyum kepalsuan. Krisla yang tau kenapa senyum palsu itu tercipta, hanya bisa menatap sendu sahabatnya itu. Hati Krisla ikut sakit melihat keadaan Ayra, baginya Ayra adalah sosok perempuan yang kuat dia sungguh beruntung mengenal sosok Ayra.
Krisla terus saja memperhatikan Ayra, bahkan saat dia tengah menjawab telponnya. Krisla yakin yang menelpon Ayra saat ini adalah Afka, itu terlihat jelas dari cara dia bicara. Bahkan terlihat Ayra yang tengah berusaha menahan air matanya yang memberontak keluar.
"Ayra." Panggil Krisla tidak tega melihat temannya menangis sendiri.
"Hiks...hiks... Rasanya sakit" isak Ayra dan memeluk Krisla."Kamu pasti kuat." Krisla hanya bisa menyemangati Ayra. Berharap Ayra akan lebih tenang.
"Ya aku kuat. Aku gak boleh kayak gini. Apalagi sebentar lagi bang Afka datang." Ayra menyeka air matanya. "Aku cuci muka bentar ya" sambung Ayra dengan senyum manisnya yang membuat Krisla ikut senyum.
***
Jam makan siang, Ayra terlihat masih sibuk dengan laporan-laporan medis. Bahkan dia gak sadar dengan kedatangan suaminya yang sudah berdiri diambang pintu dengan senyum cerahnya.Cup...
"Astaghfirullah" kaget Ayra saat pipinya dikecup Afka.
"Serius amat sih." Ayra tersenyum melihat Afka, namun senyum itu tiba-tiba hilang. "Kamu mikirin apa sih sayang? Ada yang ganggu pikiran kamu?"
"Gak kok. Tapi Ayra ingin mempertemukan Abang dengan seseorang,ayok!!" ajak Ayra sambil bangkit dari kursi kekuasaannya.
"siapa?" bingung dan penasaran Afka.
"Ada pokoknya. Ayo!" Ayra tersenyum manis pada Afka yang membuat Afka ikut tersenyum karenanya.
Keduanya berjalan beriringan, semua terlihat senang melihat kebersamaan mereka. bahkan banyak pasien yang berkata langsung pada mereka. Bagi mereka Ayra dan Afka adalah pasangan yang sangat cocok. Dari arah belakang mereka terlihat Krisla dan kedua temannya yang ikut menatap senang kebersamaan mereka.
"Ah mereka sangat cocok bukan?" Sarah menyatukan kedua tangannya dan menatap kagum pada Ayra dan Afka.
"hmm memang sangat cocok. Tapi kalau terus menatap mereka kapan makannya?" Vivia memasang wajah cemberutnya.
"Ya juga ya. yaudah makan yuk" ajak Sarah.
"Kalian duluan saja ! ada yang harus aku lakukan." Krisla lalu meninggalkan Sarah dan Vivia tanpa mendengar bantahan yang akan keluar dari mulut mereka.
Krisla mengikuti Ayra dan Afka yang berjalan ke kamar yang ditempati Sheva. Krisla menarik nafas saat melihat Ayra tengah membuka knop pintu rawat, baginya hal ini sangat tegang. Dengan diam-diam Krisla mengintip keadaan di dalam. Krisla saat ini melihat Afka yang menegang menatap lurus ke depan, dan senyum sinis dari Abangnya Sheva.
"Lo datang juga laki-laki brengsek," ujar Hendra melangkah ke arah Afka.
Bugh...
"Bang Afka," dengan reflek Ayra menahan tubuh Afka yang terhuyung kebelakang.
"Liar...! liat apa yang lo lakuin sama Adek gue, puas lo sekarang? adek gue kayak mayat hidup gitu." Hendra menyeret Afka ke depan Sheva yang masih memejamkan kan matanya. Afka menelan ludahnya melihat kondisi Sheva.
"Apa yang terjadi padanya?" Afka masih menatap Sheva yang terbujur kaku itu, yang ditubuhnya terpasang berbagai alat medis.
Bugh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Makmum
Romance'Pernikahan ini memang bukan pernikahan yang kuinginkan. Namun, aku harus menjaga perempuan yang dipilih orang tuaku segenap jiwaku. Membuat dia bahagia itu janjiku ' Afka Reynand Adrian 'Hal paling menyakitkan bagi perempuan ialah saat ia harus...