Keluarga Sheva terlihat memasang wajah bingung melihat Afka datang bersama Ayra kekediaman keluarga mereka. Sheva yang duduk ditengah-tengah Papa dan Mamanya tak henti-hentinya tersenyum bahagia, walaupun ada kebingungan di sana.
"Jadi Afka, apa tujuan kamu ke sini?" Papa Sheva sekilas melirik Ayra, lalu fokus menatap mata Afka.
"Yang kamu aja ya!" bisik Afka dan Ayra membalas dengan senyum manisnya.
"Maaf kalau saya lancang. Tapi bang Afka menyuruh saya untuk menyampaikan maksud kedatangannya pada saya." Ayra mewakili Afka untuk maksud dan tujuan mereka ke sana.
"Dokter Ayra siapanya Afka?" Sheva menatap manik coklat Ayra serius.
"Istriku." suara Afka terdengar dingin.
"Apa? Istri?" Hendra menatap aneh pada Ayra dan Afka, setelahnya dia hanya diam tidak seperti keluarganya.
"Jadi kamu mengizinkan suamimu menikah lagi? Saya pikir istri Afka tidak tau dengan pernikahan ini" Mamanya Sheva menatap Ayra, terlihat wanita paruh baya itu tidak suka dengan keberadaan Ayra.
"Kalau Ayra tidak tahu dan tidak mengizinkan saya menikah lagi. Hanya Ayra istri saya," ujar Afka dingin.
"Apa maksud kamu? Kamu terpaksa menikah dengan Sheva?" Afka tidak menjawab suasana jadi hening, Ayra mulai khawatir dan itu tidak luput dari pandangan Afka, dia tahu istrinya khawatir. Namun, untuk saat ini Afka tidak peduli.
"Bukan seperti itu maksud bang Afka. saya adalah istri pertama Bang Afka, menurutnya saya berhak tahu. Bukankah hal yang disembunyikan tidak bagus. Lagian kami sudah memiliki perjanjian," jelas Ayra berusaha tenang.
"Kenapa Dokter yang jawab? Afka saja diam." Hendra menatap Ayra, dia tidak habis pikir apa yang ada dalam pikiran Ayra.
"Bukankah kalian ingin Sheva sembuh? Berhenti memojokkan Ayra! Kalau memang kalian tidak setuju dengan pernikahan ini ya sudah." Ayra dan Sheva terkejut mendengar perkataan Afka.
"Tidak... tidak. Mah Pah Sheva mau menikah sama Afka." Sheva panik jika Afka tidak menikahinya.
"Sheva!" Tegur sang Ayah.
"Hmm sudahlah. Dokter Ayra terimakasih telah menerima saya sebagai madu dokter." Sheva tersenyum lebar, senyum yang buat Ayra bahagia sekaligus sakit.
"Asal Sheva bahagia." Ibu Sheva mengelus tangan putrinya.
Afka menggenggam tangan Ayra, dan Ayra menarik nafas lalu mulai mengatur kata-kata untuk melamar. Ini pertama kalinya dia melamar seseorang dan itu untuk suaminya. Sungguh perih hati Ayra jika dia boleh jujur.
"Bismillahirahmanirahim. Saya Ayra Naifa Raynand Adrian, mengwakili kedua orang tua Afka Raynand Adrian ingin melamar anak perempuan kalian Sheva Thamina untuk suami saya Afka Raynand Adrian." kata Ayra, dia berusaha menahan air matanya, sedangkan Afka tanpa satu orangpun melihat dia telah meneteskan air matanya, namun dengan cepat Afka menyekaknya.
"Hal itu akan langsung dijawab oleh putri kami. Gimana sayang?"
"Hmm Sheva mau" Ayra tersenyum mendengar jawaban Sheva begitu juga dengan Afka, tapi senyum mereka bukan senyum bahagia.
'Maaf aku menyakitimu istriku' batin Afka.
'Semoga kamu bahagia imamku. Doaku selalu untukmu' batin Ayra.
"Baiklah kita sudah dengar jawaban Sheva jadi sekarang bagaimana dengan pernikahannya?" Ibu Sheva ingin yang terbaik untuk anaknya.
"Satu minggu lagi. Ayra dan saya telah mengurus semuanya," kata Afka tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Makmum
Romance'Pernikahan ini memang bukan pernikahan yang kuinginkan. Namun, aku harus menjaga perempuan yang dipilih orang tuaku segenap jiwaku. Membuat dia bahagia itu janjiku ' Afka Reynand Adrian 'Hal paling menyakitkan bagi perempuan ialah saat ia harus...