Dulu aku tak pernah bertemu dengan mu, tau namamu saja tidak. Aku tak pernah berfikir di tahun terakhir aku bersekolah bisa meninggalkan kenangan pahit sekaligus manis untuk di kenang. Aku sendiri pun tak menyangka kau bisa sangat berarti di kehidupanku.
Kali ini memori kita nyata, tidak ada khayalan yang aku lamunkan. Nyata. Yang membuatku menyesal setengah mati kenapa kita baru bertemu di tahun ke 3. Di tahun ketika semua orang fokus kepada masa depan, bukan untuk mencari pasangan. Yeah, salah besar memang aku jatuh di waktu yang salah. Tapi, apakah dengan orang yang tepat? Aku tidak tau.
Kamu bukan orang yang tepat. Karena kita tak bisa saling membahagiakan. Jalan kita berbeda, pemikiran kita berbeda, tujuan kita sangat berbeda, hidup kita berbeda. Aku tidak bisa menjangkaumu sekarang. Tidak bisa lagi berjalan sejajar denganmu seperti dulu. Aku tertinggal jauh dengan semua angan anganku sedangkan kau sudah melangkah dengan pasti bersama mimpimu. Aku sama sekali tidak bisa mengejarmu karena jalan kita memang sangat berbeda, keinginan kita berbeda. Itu yang sekarang aku resahkan. Aku dan kamu akan tinggal di tempat dan suasana berbeda. Kamu disana dan aku akan tetap disini, Jakarta. Di ibukota tercinta.
Kenapa kamu meninggalkan banyak kenangan yang selalu teringat tapi kamu pergi seakan kenangan ini tidak berarti sama sekali buatmu. Memang sih, aku bukan orang yang pantas diingat olehmu. Aku bukan siapa siapamu. Teman pun aku ragu mengatakannya. Kenapa rasanya susah sekali berbicara dengannmu sekarang? Aku rindu saat kamu masih bisa tertawa kearahku, dengan lesung pipit yang dalam menambah manisnya tawamu. Kenapa kamu membuat kenangan ini tapi kamu pergi? Padahal aku ingin membuat lebih banyak kenangan bersamamu.
Kamu memang tidak asik, tidak gaul, anti sosial, kejam, kata katamu tajam, muka mu menyeramkan, alismu menukik, blak blakan, tapi satu senyuman untuk ku bisa menghapus semua sifatmu yang buruk di otak ku. Walaupun tidak sepenuhnya. Tapi, aku benar benar rindu percakapan tidak penting kita, rindu tawamu, senyummu, suaramu, candaanmu, semuanya. Aku tidak menyesal bertemu denganmu. Aku senang bisa bertemu denganmu, mengenalmu walaupun hanya setahun terakhir kita bersekolah.
Terimakasih untuk semua kenangan yang tidak bisa dan tidak akan kulupa. Karena kenangan ini mempunyai makna tersendiri. Terimakasih karena kamu tidak benar-benar marah saat aku pertama kali menabrakan motor ke plat nomormu, karena sejak saat itu kita mulai dekat. Ya kan? Terimakasih untuk semuanya. Aku tak tau perasaan apa yang aku punya terhadapmu sekarang. Yang pasti rasa tidak ingin berpisah ber mil mil jauhnya. Termakasih untuk membantuku, menasehatiku dengan cara dirimu yang kejam. Aku menghargainya. Sangat menghargainya. Sampai jumpa jika memang ada kesempatan. Atau mungkin saat kita berjodoh? Ahahaha. Selamat tinggal.
12-6-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind
RastgeleAku hanya tak bisa mengungkapkannya dengan mulutku, jadi aku menulisnya. P.s. It's random things.