•2

150 20 12
                                    


Kerikil kecil terdengar nyaring di telinga Guelta. Tangan kanannya yang menggenggam ponsel selalu saja membunyikan nomor yang tidak aktif. Kepanikan mulai terlihat diraut wajahnya. Sore menjelang malam, hujan pun turun dengan derasnya. Tak lupa pula kendaraan yang lengang.

Guelta menelfon supirnya sekali lagi, tetap sama tidak ada jawaban.

1 jam kemudian...

"Argh, mana sih taksi? Nggak mau duit apa?" gerutu Guelta sendiri.

Hujan sudah meninggalkan derasnya hantamannya ke bumi. Dan meninggalkan rasa sakit sehingga bumi dan langit mulai menampakkan kekecewaannya. Gelappun datang, tetap saja tidak ada satupun yang bisa dihubungi.

Mobil sedan merah berhenti di hadapannya. Karena capek, Guelta tidak menghiraukan siapa yang berhenti dan tetap menundukkan kepalanya walaupun dia masih bisa mendengar di sekitarnya.

Langkah kaki mengarah ke arahnya. Lalu berhenti tanpa bersuara.

Guelta menaikkan kepalanya dan menatap orang tersebut.

Renold. Renold menaikkan satu alisnya bertanda ada sedikit kecanggungan diantara mereka. Guelta bangkit dari duduknya lalu membereskan pakaiannya yang sedikit basah.

"pulang sama gue aja," ujar Renold disela sela keheningan.

"gue orang baik kok." sambungnya, ingin memastikan Guelta.

Akhirnya Guelta mengangguk pelan dan Renold jalan mendahului Guelta, lalu membukakan pintu untuknya.

"Tadi gue balik dari kantor bokap, trus lewat sini liat cewek di halte sendirian pake seragam sekolah gue. Ya karena ini udah malamkan cewek nggak boleh malam masih di luar. Dan karena kita satu sekolah berarti kita satu keluarga juga pastinya harus saling membantu dong ya." celoteh Renold panjang lebar menjelaskan kenapa dia bisa melihat Guelta di terminal sendirian tadi. Juga untuk memecahkan keheningan di antara mereka.

Guelta tersenyum kaku,

"Nggak nanya kali."

~~~

"Lo Guelta Mostasya,kan?" tanya Renold sambil menyetir dan tetap fokus ke depan.

Guelta mengangguk ragu,"iya." jawabnya singkat.

Guelta bingung kenapa Renold tau nama panjangnya. Karena dia merasa mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Itu menurut Guelta sendiri.

"Gue Renold. Abang kelas lo," ucapnya lagi.

"Gue udah tau kellews." Guelta membathin.

Mobil Renold telah berhenti di depan rumah yang cukup mewah itu. Guelta turun tanpa mengucapkan terimakasih ataupun ucapan selamat tinggal. Renold yang bingung langsung turun dan memanggil Guelta.

"Hei, lo-" panggil nya agak ragu. Takut kalau Guelta tersinggung.

Guelta berbalik dan mendekati Renold.

"Itu-," sambung Renold terputus putus.

"Apa? Ada yang ketinggalan?" jawab Guelta kembali membuka mobil Renold dan memeriksa barangnya apa ada yang ketinggalan. Oh, ternyata tidak ada.

Dia menatap Renold lekat, seperti orang curiga.

"Apa gue harus bilang, silahkan masuk kak Renold, atau nggak minum dulu gih kak? Mimpi!!!Ya udah gue balik dulu. Da." ujarnya panjang lebar lalu meninggalkan Renold yang mematung kaku di depan pagar rumah Guelta.

"Aaaahhh.... Nggak orang yang gue cari kayaknya." Bathin Renold tidak enak.

~~~

Keributan siswa kembali terdengar diseluruh area sekolah. Bagaimana tidak, pertandingan basket akan dimulai. Guelta sedang asyik makan cokelat kesukaannya di taman depan kelasnya.

"Kenapa tu orang kayak dikejar setan aja. Nggak ada kerjaan banget tau nggak. Iisshh, untung aja gue nemu ini cokelat di tas gue. Walaupun nggak tau siapa yang punya sih." celoteh Guelta yang ngomong sendiri.

Orang orang yang berlari seperti tontonan live ketika orang perang. Dikejar sekutu lalu lari pontang panting kayak mau dibunuh aja. Pikirnya.

Padahal iya.

Pandangannya terhalau karena dua  sosok makhluk gaib menghalanginya.

"Awas!!!" teriak Guelta kesal kepada sahabatnya Uca dan Jen.

"Tu lo liat nggak sih? Orang udah mau nonton tanding basket di sana lo malah asik asikan makan cokelat di sini." kesal Uca yang tak terima dengan perilaku sahabatnya itu.

Guelta bangkit dan memberikan bungkus cokelat sisanya itu ke tangan Uca.

"Terserah lo!!!" jawabnya lalu pergi dengan wajah datar.

Jen yang bingung mengejar Guelta dan diikuti Uca yang juga agak kesal dari belakang.

~~~

Pertandingannya sudah dimulai. Teriakan histeris mulai terdengar dari dalam kelasnya. Guelta memilih menggambar hal yang dia suka daripada menonton hal yang sangat menghabiskan waktu itu.

Ponselnya bergetar, muncul pesan dari ibunya yang mengatakan,

Ma²: "sayang, mama mau berangkat ke Singapura siang ini. Papa pergi ke Dubai. Uang udah mama transfer ke rekening kamu, dan  jangan lupa sekolah dan makan yang teratur ya sayang."

Guelta berdecak kesal, mamanya pikir dia baik baik saja sering ditinggalkan seperti ini. Hatinya kadang merasa sepi, nyawanya seakan hilang karena tak ada waktu yang penuh untuk menikmati kebersamaan dengan orang tuanya.

Dia tidak menyadari air matanya jatuh karena mengingat betapa perihnya hidupnya. Cepat cepat dia hapus air matanya.

Tiba tiba sebuah uluran tangan muncul di hadapan matanya. Guelta menaikkan kepalanya dan menatap Renold sedang menatapnya haru.

"Lo boleh curhat sama gue." ujar Renold yang tetap mengulurkan tangannya.

Guelta menatap sinis lawan bicaranya,"eh, emangnya lo siapa? Sksd banget sih lo!!!" jawabnya judes dan sungguh ketus.

Renold menatap tidak percaya dengan pemandangan di depannya. Seorang anak kecil yang perilakunya dulu bagaikan angel sekarang bermetamorfosa bagaikan iblis di neraka. Menakutkan.

Guelta memilih untuk menghindar, tapi cekalan di tangannya membuat gerakannya terhenti tepat di samping pria itu.

"Gue nggak bisa liat lo sedih," ucap Renold terdengar jelas di telinga Guelta.

Guelta menatap Renold tidak percaya dan menghalaukan cekalan tangan Renold.

"Jangan besedih sendiri, sedangkan ada seribu orang yang mau menghapus air mata lo itu walaupun setetes."

Mata Guelta mulai berkaca kaca. Walaupun dia sangat dongkol dengan kakak kelasnya yang menurutnya sok ganteng ini, tetap saja hati hellokittynya tidak dapat dihilangkan.

•••

dapat salam sama si hellokitty nih😘

Jangan lupa Vote+Comment guys. Ily💜

QUENN MELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang