•9

38 13 1
                                    

Luasnya taman sekolah Guelta membuat dirinya makin tersesat untuk mencari seseorang yang mungkin dirindukannya.

Wajar saja, seorang Guelta si murid baru tidak hafal dengan seluruh penjuru sekolahnya. Keningnya makin berkerut karena salah jalan.

"Aahhh... Gue lupa dimana jalan ke kelas gue." bathin Guelta kesal.

Langkah kaki yang berasal dari belakangnya sukses mengalihkan pikiran Guelta. Renold yang sedang tersenyum menggoda tepat ketika pandangan mereka bertemu.

"Kangen sama gue ya?" tanya Renold seraya memasukkan tangannya ke kedua saku celananya.

Guelta berbalik arah, agar tidak ketauan oleh Renold.

"Jangan bilang lo mau cari orang yang ngasih cokelat ke lo?!"

Kepala Guelta berputar 90° menatap tajam Renold yang telah berdiri di sampingnya.

"Apa lo bilang? Gue nggak sekepo lo ya. Sorry." ujar Guelta sambil mengibas rambutnya ketika berkata 'sorry'

"Oh...oh...oh... Sekarang lo udah mainin gue ya?"

"Gaje banget lo. Lagian apa urusan cokelat itu sama lo? Emangnya kalau dia ganteng lo suka juga sama dia?" pertanyaan Guelta sukses membuat Renold menatapnya tajam layaknya tak terima dengan pernyataannya barusan.

"Jadi, lo pikir gue..."

"Pikir aja sendiri." sambung Guelta lalu meninggalkan Renold dengan pikiran yang berkecamuk.

~~~

Buk De berjalan dengan anggunnya diantara siswa SMA Mulia. Semuanya menyapa dan ada juga yang menghampirinya lalu salam dengan hormat.

Karena tidak ingin ketinggalan, Guelta dengan kedua sahabatnya ikut menyalami Buk De.

"Guelta, kamu ke ruangan aku setelah ini. Ada yang mau aku omongin." ujar Buk De dengan posisi tangannya yang disalami Guelta masih di awang-awang.

Guelta menelan ludahnya susah payah.

"Saya buat masalah ya buk?"

"makanya, kita bahas di ruang BK."

Pandangan Guelta beralih menatap teman temannya, seolah -olah memberi isyarat,

"Mati lo Guel..."

~~~

Jack bersama Jio dan juga Heru mendatangi Renold di suatu tempat, tepatnya taman belakang sekolah yang cukup horror itu.

Di sana ada Renold sendirian menatap sebuah cetakan foto berukuran cukup besar. Wajahnya sama sekali tidak tampak bersemangat.

"Hoi bro... Lupain aja dia," ucap Jack baru datang dan langsung duduk di samping Renold.

"Emangnya cuma dia aja cewek di muka bumi ini? Banyak kali bro." sambungnya lagi.

Heru mangambil foto Miranda yang ditatap Renold sedari tadi dari tangannya.

"Kali ini, lo udah lakuin semuanya untuk dia. Sekarang, tinggalin dia dan lo bisa menghirup udara segar sebanyak banyak mungkin." jelas Heru yang prihatin dengan kondisi sahabatnya.

Renold berdiri, merampas foto Miranda dari tangan Heru. Di dalam lubuk hatinya, walaupun kesalahan itu tidak dapat dimaafkan dengan apapun, tetap saja ia masih terluka menatap gadis tak bersalah menerima semua kenyataan pahit yang melibatkan gadis itu di dalamnya.

~~~

"Saya minta maaf,bu." maaf Guelta ke Buk De yang duduk tepat di depannya.

"aku bingung aja gitu sama anak zaman sekarang, dikit-dikit salah di serang. Kalau aku boleh tau apa masalah kamu sama si Hana?" tanya Buk De seolah-olah menginterogasi.

Sifat aslinya keluar....

Tangan Guelta mengeras, hatinya sensitif mendengar nama ketua geng Trio Keong Racun itu. Untung yang nanya Buk De. Kalau yang lain...

Wwwaaatttccauuuu......

Dead!!!

"Hhfftt... Buk jangan bahas dia lagi buk." keluh Guelta menahan emosinya.

Buk De sedari tadi memandang ke arah pintu, Guelta juga mengikuti arah pandangnya. Itu Renold, memasang wajah datar dan menggunakan sebelah tangannya menumpu ke pintu.

"Apa gara gara dia?" Tanya Buk De curiga.

~~~

Guelta POV

Gue sebagai cewek merasa ada yang aneh dengan sikap Renold sedikit posesive ke gue. Ya, gue tau sih dia kan sahabat gue waktu kecil. Emangnya sekarang masih nggak ya?

Kami sekarang di jalan mau ke kelas. Entah apa alasannya, Renold ngikutin gue. Di perjalanan gue udah bentak-bentak dia supaya nggak ngikutin gue. Tau-taunya malah ngelawan.

"Lo pergi nggak?!" gue berusaha mengusirnya dari kelas yang suci ini dari Renold Satya.

Renold malah senyum-senyum nggak karuan.

"Heh kudanil lo bisa pergi nggak!" bisik gue di depannya. Mungkin telinganya nggak pernah di bersihin, atau dia udah pikun duluan?

"Nanti malam gue ke rumah lo." ucapnya tepat di samping gue. Gue yang pendek hanya mendengar sekilas.

~~~

"Guelta, mama mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap mamanya datar dan meninggalkannya di kamar sendirian.

Mama Guelta datang saat dirinya baru sampai rumah alias baru pulang sekolah tadi. Sekarang hari sudah malam, awalnya wajah mamanya tidak sedatar ini, tapi kenapa hari makin gelap malah membuat wajah mamanya makin suram.

"Apa ma?" tanya Guelta singkat yang berdiri sedikit jauh dari mamanya.

"Mau jadi anak berandalan kamu ha?" ucap mamanya menyentak pergelangan tangan Guelta.

"Maksud mama?"

"Jangan sok nggak tau kamu. Tiap hari masuk BK, nggak punya malu kamu?" Ucap mamanya makin keras layaknya memarahi Guelta.

Air matanya tertahan. Sudah, jangan biarkan air mata ini jatuh lagi. Bathinnya.

"Kenapa diam? Malu kamu?"

"Kenapa sih mama selalu aja salahin aku? Aku anak mama atau bukan sih? Aku punya hati ma, bisa aja sakit dengar mama berkata seakan akan mama memarahi bukan darah daging mama sendiri."

Guelta mengambil napas dalam dalam sebelum melanjutkan keluh kesahnya.

"Coba aja mama sayang sama aku seperti mama sayang kak Vona, Mungkin aku betah di rumah dan nggak akan jadi anak nggak punya malu kayak mama bilang barusan." jelas Guelta panjang lebar yang diiringi isakan menahan tangis.

Mamanya memandang tidak percaya melihat pemandangan di depannya. Anaknya yang biasanya diam saat dinasehati sekarang mulai berani menjawab.

"Assalamualaikum." salam seseorang di depan pintu.

•••

Banyak typo yang bertebaran.

Vote+Comment😊

Ily💜

QUENN MELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang