•10

55 12 2
                                    

Happy reading😊

~~~

Pintu yang diketuk Renold tidak membuahkan hasil. Dirinya memilih menunggu saja gadis yang sudah tidak sabar dilihatnya itu.

Isakan tangis terdengar dari dalam rumah. Tanpa pikir panjang, Renold menarik ganggang pintu dengan cepat. Tapi, dengan penuh kesadaran Renold mengucapkan,

"Assalamualaikum,"

Tetap tidak ada jawaban. Dan suara tangisan itu sudah hilang. Rumah Guelta seperti tak bernyawa. Hampa.

Gadis yang ia tunggu mendatanginya dengan mata sembab dan tubuhnya tidak dihiasi dandanan cantik yang ia pikirkan selama diperjalanan tadi.

"Ren..." walaupun masih gemetar, akhirnya Guelta membuka suara.

"Lo kenapa?"

Tiba-tiba tubuh Guelta ambruk dan Renold menangkapnya dengan dekapan erat. Karena takut terjadi sesuatu, ia membawa Guelta ke rumah sakit.

~~~

"Keadaan pasien masih lemah. Karena pasien banyak pikiran dan adanya tekanan dalam dirinya. Mungkin itu penyebab melemahnya imun tubuh pasien. Pasien bisa pulang hari ini, jika sudah sadar dan kondisinya stabil."  jelas dokter dengan name tag 'Dr. Hery' itu.

"Kalau itu terjadi terus menerus, apa akibatnya dok?" tanya Renold.

"Mungkin bisa menyebabkan kematian." jawab dokter tersebut dengan helaan napas.

Jika itu yang terjadi pada Guelta, apa Miranda bisa pergi karena sering tertekan karena dirinya?

Semua pikiran itu dibuang Renold jauh-jauh.

~~~

Renold mendatangi rumah dimana Miranda berada. Rumah itu megah, karena itu salah satu kekayaan keluarga Satya.

Akhirnya pintu itu terbuka, betapa terkejutnya Renold menatap perempuan cantik di hadapannya. Miranda, lagi menyisir rambutnya dengan wajah yang berseri-seri.

"Wah... Miranda..." ujar Renold tetap di depan pintu yang terbuka.

"Gimana?" Tanya Miranda meminta saran.

"Kenapa lo b...bi...bisa?" Renold tergagap masih tetap fokus ke gadis itu.

"Gue tau lo bakal dateng. Dan gue pikir lo akan jemput gue, dan tadaa... Entah pikiran apa yang membuat gue ingin berubah kayak gini."

Wajah Miranda tak hentinya memasang kebahagiaan. Entah kenapa, hati Renold merasa damai saat melihat gadis yang murung dahulu kini tersenyum bahagia.

Miranda berlari menghampirinya lalu berinjit dan...

Cuupp...

Satu kecupan manis mendarat manja di pipi Renold.

"Makasi udah ngajarin gue arti kesetiaan."

Wajah Renold langsung mengeras kaku, seperti batu karang.

~~~

Hana and the genk sedari tadi menatap Guelta yang murung dari kejauhan. Sang pujaan hati tak terlihat, dan biasanya Renold kalau tidak di kelas pasti sedang asyik bersama Guelta di kantin ataupun di taman.

Ini malah... Guelta yang sendirian dengan muka murung kayak habis udah antre lama tapi nggak dapat apa-apa.

"Liat, nggak ada Renold kan? Lebih baik balik ke kelas gih." ajak Felia di belakang Hana.

"Gue harus tau keberadaan Renold, kalau nggak, habis gue sama kak Shela." jawab Hana tanpa menoleh ke belakang.

Teman-temannya yang sadar ada sesuatu yang menjanggal dari kejauhan.

"Apa gue nggak salah lihat?" ucap Reyhan sambil mengucek-ucek matanya memburu.

"Wah ada yang tercyduk nih... Han, liat deh pangeran lo udah ganti pasangan. Tuh, sama si Miranda di depan kelas si cewek belagu tuh tuh." ujar Felia mengajak Hana menonton sebuah adegan drama korea secara live di depan mata.

"What???" pekik Hana keras tepat di telinga Reyhan.

"Kalau nggak temen gue, udah gue jadiin lotek lu!!!"

~~~

Karena bosan, Guelta memilih berdiam diri di shalter menikmati pemandangan yang indah dari atas sana. Tak lupa pula, earphone yang sudah terpasang di telinganya.

Alunan lagu mellow membuat Guelta sedikit mengantuk dan kepalanya makin merunduk, semakin merunduk...dan hampir...

"Hei," Sapa si penyelamat, kalau tidak ada dia, mungkin kepala Guelta sudah terbentur keras dengan lantai itu.

Guelta langsung bangun dan melihat siapa yang menangkap kepalanya.

"Gue Dion, abang kelas lo." ucap Dion sambil mengulurkan tangan.

"Guelta Mostasya," balas Guelta dengan uluran tangan juga.

"Nama lo cantik."

"Oohh... Makasi..." jawab Guelta malu-malu.

Mereka sama-sama diam. Hanya terdengar suara kicauan burung jantan  terbang mengejar  burung betina yang tercyduk lagi berduaan sama penjantaan lain.

Mulai ngawur...

"Hmmm... Kalau boleh tau,lo pacaran ya sama Renold?" tanya Dion hati-hati.

Mata Guelta terbuka lebar, jantungnya hampir meloncat ketika mendengar ucapan Dion barusan.

"Nggak kali kak. Muke gile pacaran sama dia."jawab Guelta menolak keras.

Dion terkekeh mendengar ada sebuah lelucon yang diucapkan Guelta."Oh..., pantesan Renold lagi berduaan sama Miranda."

Kepala Guelta berputar kencang dan hampir keseleo. Apa dia tidak salah dengar?

"Ap...apa? Miranda?"

"Iya, wajahnya keliatan bahagia banget." Dion mulai memanas manasi otak Guelta.

"Kak, gue butuh lo."

~~~

Di taman sekolah yang berbentuk lingkaran dengan setiap sisinya terdapat kursi taman yang nyaman. Antara salah satu kursi di sana, diduduki Renold dan Miranda. Mereka berdua tertawa bahagia seakan akan dunia milik berdua.

Guelta yang datang dengan Dion melihat dua sijoli menjalin cinta itu. Mereka memutuskan agar berdiri sejajar dengan mata Renold.

Guelta sengaja memilih tempat di bawah pohon rindang, agar lebih romantis.

Dirinya sengaja mendekati tubuh Dion ketika berbicara lalu tertawa bahagia. Matanya tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Renold.

Dan akhirnya... Renold menyadari keberadaan mereka.

•••

Tampaknya Renold mulai ngamuk genkss👿

Vote and Comment❤

Ily💜

QUENN MELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang