•8

63 17 2
                                    

Happy reading😊

•••

Hujan yang disertai badai membuat Guelta makin galau dengan posisinya saat ini. Dia selalu mempertanyakan apa tujuan Renold mendekatinya.

Jika memang Renold benar-benar menyukainya pasti Renold akan menunjukkannya. Tapi, ini tidak.

"Apa gue yang nggak peka?"

"Ih, geer banget lo Guel!" bathin Guelta berbicara sendiri.

Ddrrrtt... Ddrrrtt... Ddrrrtt...

Deringan ponsel Guelta menyadarinya dari kegalauannya. Di sana tertera nama Ma². Hati Guelta makin dingin, dengan tatapan malas saat menyadari mamanya yang menelfon.

"Halo, ma"

"Sayang, mama besok pulang. Jadi, kamu mau dibeliin apa?"tanya mamanya dengan suara terpaksa bahagia di ponsel.

"Seterah mama aja." balasnya sedikit cuek.

Terdengar helaan napas berat di ujung sana,"oohh... Okelah kalau gitu mama tutup dulu ya." ucap mamanya sebelum menutup panggilan dan akhirnya sambungan terputus.

Lagi-lagi mamanya tidak menanyakan kabarnya bagaimana. Seakan-akan Guelta bisa menghadapi semua masalah sendiri, padahal ia membutuhkan sosok ibu yang menemaninya dalam senang dan juga sedih.

Guelta tidak menyangka air matanya menetes lagi hanya untuk mengemis sebuah kasih sayang yang memang pantas didapatkannya.

~~~

"Akhir-akhir ini kayaknya lo deket ya sama kak Renold." ucap Uca yang masih tetap memandangi laptopnya.

Guelta merasa tidak enak dengan salah satu fans Renold yang sedang patah hati ini.

"Gue nggak ada deket sama dia. Mungkin firasat lo aja."

Uca mengalihkan pandangannya,"Eleehh... Sok sok ngelak padahal dalam hati lagi kegirangan," balasnya masih menuduh Guelta.

"Btw, Miranda apa kabar ya? Udah beberapa hari ini nggak ada kabar."

Guelta baru teringat dengan Miranda. Semenjak kejadian itu, Miranda tidak ada kabar lagi. Bathinnya mengatakan ada yang tidak beres. Tapi, Guelta tetap berpikir positif.

"Besok kita jenguk dia ya. Besok kan minggu jadi mungkin banyak waktu kita di sana. Sekalian ajak si Jen yang super rempong." usul Guelta mengingat jadwalnya yang cukup padat.

Eeellllleeehhhhh..........

"Okedeh."

~~~

Langkah kaki pasti menuju rumah Miranda yang tidak terlalu jauh dengan rumah Jen. Mereka bertiga telah membahas tentang tidak ada kabarnya Miranda beberapa hari ini. Dan mereka mulai curiga dengan Miranda yang sedikit misterius.

"Sumpah, gue gugup banget." ucap Uca kepada sahabatnya yang masih di depan gerbang.

"Iya, gue juga. Eh, lo tau nggak kita kayak main game yang ada misi misinya gitu." sambung Jen malah menambah runyam otak Guelta.

"Iya, iya, kalau ada penjahatnya makin seru kayaknya." balas Uca sampai akhirnya terkekeh lalu disusul Jen.

Karena Guelta berada diantara mereka, hatinya menggelora panas karena ocehan receh dari sahabatnya yang super duper rempong ini.

"Heehh!!! Diam deh lo. Tinggal masuk aja ribut juga mulut lo berdua." Ucap Guelta memanas.

Keduanya diam, kaku seribu bahasa.

"Itu satpamnya,Guel. Dikira maling kalau kita nyelonong masuk." ujar Uca mengingatkan dengan ikhlas.

"Gue tau." balas Guelta tidak ikhlas.

Mereka bertiga berjalan ke arah lelaki yang mungkin sebaya dengan Buk De. Bisa jadi sedikit lebih tua.

"Pak, Mirandanya ada?" tanya Guelta hati-hati.

Bapak itu hanya melihat mereka sekilas karena sedang membaca koran dengan sebatang rokok dimulutnya yang belum sempat dinyalakan.

Mereka bertiga menelan ludah karena gugup atau mungkin takut.

"Nggak ada. Miranda nggak ada. Pulang sana. Jadi pelajar itu, hari minggu itu belajar nggak keluyuran." celoteh si bapak tanpa melihat mereka bertiga.

"Minggu itu hari free pak. Emangnya bapak..." celetuk Jen asal. Satpam itu mengalihkan pandangannya lalu menatap mereka bertiga dengan tatapan menerkam.

Tanpa hitungan detik mereka langsung lari dari hadapan si bapak dan berlari tak tentu arah. Karena panik, Uca tidak sengaja menerbangkan sepatunya yang kelonggaran, hingga mengenai kepala angsa yang tidak jauh berada diantara mereka.

Guelta yang menyadarinya langsung menangis dan lari pontang panting yang diikuti sahabatnya yang juga ikut lari. Mungkin mereka bisa ikut lomba lari jarak jauh di acara 17 Agustus.

~~~

Segaris senyuman terlukis di wajah Guelta. Tanpa mengingat kejadian kemarin, yang membuatnya frustasi. Sebuah cokelat dengan kertas kecil yang sengaja ditempelkan di sana. Yang tertulis...

'Semoga hari kamu menyenangkan.😊'

Mata Guelta makin berbinar-binar karena dia tidak pernah mendapatkan cokelat dengan kata kata manis di pagi buta ini.

"Heh, siapa nih yang ngasih?" Renold yang datang tiba-tiba langsung menyambar cokelat Guelta yang belum sempat ia buka.

"Kasih nggak? Jangan ikut campur!"

"Harus gue cari ini siapa yang ngirim ke lo." ujar Renold berlalu keluar kelas Guelta.

Guelta mengejar Renold yang mulai jauh di depannya. Hanya mencari si penulis surat dan cokelat membuat Renold Satya marah besar?

'Dasar bocah kritis.' Bathin Guelta.

~~~

Pintu kamar yang ditempati Miranda terbuka lebar. Miranda yang sedang termenung menatap pemandangan dari jendela kamarnya yang besar.

Langkah kaki sang pendatang mendekatinya. Kepalanya beralih menatap siapa yang masih peduli kepadanya itu. Wajahnya yang pucat, membuat Miranda semakin terlihat menyedihkan.

"Gimana keadaan lo?" tanya Renold di samping Miranda.

Miranda hanya diam, lalu menatap manik mata yang ada di hadapannya.

Sebutir air mata mengalir dari matanya. Sampai akhirnya, pipi yang sembab itu dihujani air mata yang mengalir deras. Lalu ia memeluk lelaki tersebut.

"Gue takut. Bawa gue keluar dari sini." bisik Miranda terisak tepat di telinga Renold.

Renold pun membalas pelukannya dan makin mendekap Miranda yang makin erat memeluknya.

•••

Vote and Comment!!!

Ada yang kangen sama Trio keong racun?

Ily💜

QUENN MELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang