•3

96 17 6
                                    

Setelah kejadian tadi pagi, Guelta semakin bingung apa yang terjadi dengan Renold. Perhatian yang tak sepantasnya diberikan kepada orang yang baru dikenal. Guelta berharap dengan kejadian tadi dia bisa bertanya siapa Renold sebenarnya. Tapi pikirannya sangat buntu ketika melihat mata Renold yang menatapnya berharap akan sesuatu.

"Aahhkkk... Gue lupa nanya darimana dia kenal gue!!! Makin gila gue di sekolah nanti." kesal Guelta di pinggir jalanan ibu kota. Seruan klakson mobil semakin membuat hatinya kesal.

Jika ada mamanya pasti Guelta akan bercerita panjang lebar apa kisah yang terjadi di sekolah barunya. Tapi, kenyataan sungguh menyakitkan. Memiliki orang tua yang super duper sibuk, ya walaupun Guelta tau kalau orang tuanya bekerja demi masa depannya dan juga keluarganya.

"Apess banget hidup gue," keluhnya sambil duduk di taman yang lumayan banyak pengunjungnya.

Tatapan matanya terhenti ketika melihat sosok yang dia kenal baru kemarin. Dia pun bangkit dan berjalan kencang tanpa berlari ke arah sosok tersebut.

Guelta mengendap dan memastikan apa benar dugaannya. Oh, ternyata dia benar.

"Miranda?" panggil Guelta di belakang orang yang dipanggil Miranda itu.

Orang itu berbalik dan mengembangkan senyum yang lebar.

"Waahhh, Guelta lo kok bisa di sini?" tanya Miranda masih dengan keadaan tersenyum lebar.

Guelta sedikit bingung mau mengucapkan apa tujuannya ke sini, kalau dibilang mau melepaskan  kefrustasian kan nggak mungkin.

"Bisa malu tujuh keturunan,gue." pikirnya.

"Biasa mau refreshing." jawabnya bohong dan sedikit kaku.

Miranda mengangguk mengerti, tatapannya beralih seperti mencari seseorang.

"Kalau lo ngapain di sini?" tanya Guelta sekedar basa basi.

Miranda menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Guelta,"gue mau ketemuan sama temen gue, udah 1 jam gue nunggu di sini. Toh, lihat dia nggak muncul juga." ungkapnya seperti ingin menangis.

Guelta yang langsung menyadarinya  menggapai ayunan tangan Miranda. Dia ingin Miranda tidak merasakan kesedihan menunggu suatu hal yang mustahil akan didapatkan. Seperti halnya Guelta, berharap orang tuanya datang kepadanya ketika mendapat penghargaan sebagai duta remaja saat smp dulu. Saat hari bahagia itu mama atau papanya tidak ada satupun melihatnya walau sebentar.

"Lo nggak boleh kayak gini, Ran. Gue juga merasakan hal yang sama kok. Dan gue nggak mau lo ngerasain itu juga, jangan lo tangisi orang yang tidak sama sekali menghargai lo." ucap Guelta sedikit tersedu dan menatap lekat Miranda untuk menguatkannya.

Miranda mengangguk pasti, "Pasti, gue akan ingat kata kata lo." jawab Miranda lalu memeluk Guelta dan kembali menangis.

~~~

Renold memarkirkan motornya, dia sengaja tidak  bawa mobil karena membawa motor jauh lebih menyenangkan menurutnya.

Ketika Renold melepaskan helmnya tak sengaja terlihat sosok gadis turun dari mobil dengan muka jutek ke semua pandangannya. Renold terkekeh geli melihat wajah Guelta yang kemarin sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Renold mengejar Guelta dengan cepat, sampai mereka berdua terhenti di lobby sekolah,"tunggu," cegah Renold dengan mencekal pelan tangan Guelta.

Guelta yang merasa risih melepas paksa cekalan tersebut,"apa lagi sih?" tanya Guelta tanpa melirik ke belakang.

Renold mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu mengulurkannya ke depan Guelta,"ini cokelat yang lo ambil di mobil gue. Kayaknya lo suka banget sama ini cokelat. Waktu gue liat kemarin di taman kelas, lo makan cokelat gue ini bagaikan di surga dunia aja." ungkap Renold tau tentang cokelat yang Guelta temui di tasnya waktu itu lalu memakannya tanpa rasa bersalah apalagi berterima kasih.

Guelta tidak menyangka kalau dia tersenyum. Lalu dia sadar bahwa tindakannya itu salah besar. Nggak mungkin dia salting dengan cowok gaje di depannya saat ini!?

"Nggak usah salting juga. Gue udah tau semuanya kok." Renold tersenyum miring, dia masih stay dengan posisinya.

"Ambil nih," sambung Renold dan menatap lekat Guelta yang tidak melihatnya balik.

Karena Guelta merasa yang dikatakan Renold itu ada benarnya, dia mengambil cepat cokelat itu lalu berlari dengan kencang ke kelasnya. Takut rona merah di pipinya tertangkap basah dilihat Renold.

"Dasar, pemalu banget." kekeh Renold yang tak berhenti tersenyum melihat Guelta yang salting tadi.

~~~

Tidak tidak tidak!!!

Guelta mana mungkin salting!? Baru kali ini dia merasa malu malu di depan cowok. Biasanya dia yang bikin cowok itu malu di depan semua orang. Apa ini disebut karma?

Guelta mengacak poninya hingga berantakan. Rasa frustasinya meningkat sejak Renold yang peduli padanya. Mau menghindar malah makin deket, waktu malu malah kabur.

"Salah apa sih gue?" kesal Guelta kepada dirinya sendiri.

Dia memutuskan untuk ke toilet. Untuk menyegarkan otaknya karena kesialannya baru di pagi hari datang. Guelta menatap dirinya di cermin, membayangkan bagaimana wajahnya ketika salting di depan Renold dan kabur kayak di kejar setan.

Sangat memalukan!!!

Guelta keluar, mulutnya terbuka lebar karena terkejut melihat wajah Renold yang ada di setiap wajah orang orang. Ini nggak mungkin. Apakah Guelta sudah gila? Atau kata 'jatuh cinta' cocok dengan kondisinya saat ini?

"Gue nggak mau gila!!!!!!!"

•••

Maafkan jika ada typo😁

Kayaknya Guelta mulai gila dengan kehadiran Renold di hidupnya.👻

Jangan lupa Vote+Comment guys.
Ily💜

QUENN MELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang