•11

49 6 0
                                    


Renold yang sedari tadi hanya tertawa garing mendengarkan ocehan khas cewek dari Miranda. Hatinya  juga rindu mendengar ocehan dari mulut Guelta, tapi ia tak ingin merusak kebahagiaan cewek kecil yang di hadapannya ini.

Baru diomongin, langsung nongol.

Renold melihat Guelta sedang menarik-narik Dion-musuh Renold, ke arah pohon disudut taman. Tanpa bergeming sedikitpun Renold tetap menatap tajam mereka dari kejauhan.

"Ren, pokoknyo gue nggak mau balik ke rumah itu lagi." Ucap Miranda yang tak sadar kalau perhatian Renold kepadanya sudah teralihkan.

"Gue ke toilet dulu, kalau bel udah bunyi lo masuk kelas aja." pamit Renold ingin pergi entah kemana.

Kening Miranda sedikit berkerut, apa itu perintah atau pengusiran?

Setelah itu Renold melangkahkan kakinya ke arah toilet, tapi di persimpangan ia mengarah ke tempat dimana Guelta memancing kemarahannya.

~~~

Hampir 10 menit ia menunggu reaksi Renold, tetapi alhasil tetap sama, dua sijoli makin menikmati dunia mereka.

"Ada apa sih?" tanya Dion yang tak enak memandang wajah Guelta yang cemberut.

Kepalanya mendongak seraya cengengesan nggak jelas,"itu kak, gue mau ngomongin sesuatu tapi gue bisikin aja." kemudian Guelta mendekatkan mulutnya ke telinga Dion dan mencari celah melihat Renold dengan jelas.

Tapi, Renoldnya HILANG!!!

"Kak, nggak jadi deh. Gue pergi dulu, bel mau bunyi bentar lagi. Da." ngelesnya lalu berlalu dari pandangan Dion yang tersenyum sarkastik di balik punggung Guelta.

Langkah kakinya makin dipercepat, matanya tak bisa lagi menahan derasnya kesedihan yang ingin diluapkan. Pikirannya selalu terbayang melihat Renold dengan Miranda. Dan sudah 2 hari Renold tak menjumpainya ataupun menghubunginya.

Dan ketika bertemu, dia dengan yang lain.

Saat Guelta masuk ke kelas, tidak ada satupun manusia di sana. Ia melihat ke sekitar, tetap sama.

Kayak kuburan.

Karena Guelta penakut, ia meniatkan untuk keluar dari kelas layaknya kuburan itu. Tetapi, pintu tiba-tiba saja terkunci. Guelta panik guys. Sangking paniknya air matanya keluar begitu deras sambil terisak isak tak jelas.

Justin!!! Tolong aku!!!

Nggak tau mau minta tolong sama siapa eh, ke sebut Justin deh.

Tiba-tiba muncul seseorang di balik meja paling belakang, Guelta tetap meuntup wajahnya. Ia mendengar langkah kaki mendekatinya.

"Ampun saya orang baik, jangan bunuh saya. Saya belum namatin semua film korea di laptop saya. Ampun!!!" ucapnya layaknya akan dibunuh dan akan dibuang di rawa rawa, kayak Hayati.

Terdengar gelak tawa yang tak asing baginya. Matanya pun terbuka, Guelta memasang tampang masam ke lawan bicaranya. Oh, engkau Renold sudah bosan hidup,ya?

"tamatin aja sana film korea lo," ucap Renold masih diiringi gelak tawa.

Bel masuk sudah berbunyi 5 menit yang lalu, tapi tidak ada satupun yang masuk kelas. Dan Guelta curiga dengan manusia di depannya ini.

"Ngapain lo di sini? Mau liat Miranda? Noh, nggak ada." tuduh Guelta.

"Lo cemburu?" tanya Renold mulai serius.

Mengerti dari tatapan keseriusan Renold, Guelta mendehem sejenak. Ia tidak ingin membahas masalah hati untuk saat ini.

"Nggak!" jawab Guelta penuh penekanan.

"Baguslah kalau begitu. Oh, ya gue mau ngasih tau teman-teman lo pada ke luar ada bimbingan,gitu." Ujar Renold dengan nada canggung entah kenapa.

Renold pergi tanpa pamit, dan meninggalkan sebuah amplop kecil berwarna pink kesukaan Guelta di atas mejanya.

~~~

Heningnya malam dinikmati Guelta sendirian di balkon kamarnya. Sedari tadi ia selalu mengurungkan niat untuk membuka surat dari Renold tadi. Dengan helaan napas berat, Guelta akhirnya membuka surat tersebut.

Gue tau ini lelucon
Gue juga tau lo nggak bakal peka tentang lelucon itu.
Tanpa lo sadari, gue ada dipihak lo.

Pihak? Pihak apaan? Emangnya mau kampanye?-bathin Guelta.

Dentingan khas LINE masuk terdengar oleh Guelta, ia pun merogoh sakunya lalu menggenggam ponselnya dan membaca chat yang baru masuk.

Dion Houls: Hai.

Ternyata salah satu senior ganteng yang Guelta puja di sekolah, tapi sedikit gesrek mengirimi chat LINE dengan singkat, padat,dan jelas.

Cukup HAI.

Guelta Mostasya: iya kak, ada apa ya? 20.14 Read

Langsung diread guys.

Dion Houls: gue mau ngomong.

Ngomong aja kali, mungkin lagi kehabisan topik mangkanya sok ngegantung,gitu.

Guelta Mostasya: Oke kak, besok aja ngomongnya. Dadah.

Dasar, lelaki buaya darat.

~~~

Nasi goreng buatan Bi Sisi telah habis dilahap Guelta dengan tatapan lapar. Mungkin efek nggak makan seharian. Ia melihat arlojinya, masih ada waktu 20 menit untuk bisa sampai ke sekolah dengan tepat waktu.

Ketika Guelta ingin melangkah mengambil tasnya dari kursi di sebelahnya, Bi Sisi datang sambil ngos-ngosan tetapi masih juga ketawa.

Nggak sadar umur kayaknya.

"Ada apa Bi? Kok lari-lari kayak gitu, setan mana ada pagi-pagi gini. Kecuali di sekolah Guelta ada yang begituan." tanya Guelta dengan menyangkut pautkan kembaran Hana di dalamnya.

"Itu tuh, si babang ganteng naik brum brum jemput non Guelta." balas Bi Sisi menirukan gaya orang bawa motor dengan wajah secerah bunga matahari.

"Suruh pulang bi, Guelta nggak mau sama dia pergi." pinta Guelta yang dibalas kebingungan terpampang nyata di wajah Bi Sisi.

"Ekhem, masih ada waktu 15 menit lagi Guel." sahut Renold dari kejuahan dengan berjarak cukup jauh dari tempat Guelta berdiri.

Mulut Guelta tak henti-hentinya menganga hebat. Lalu menatap BiBi Sisi dengan wajah sendu, dan dibalas Bi Sisi dengan kilauan gigi sekilau berlian berkarat.

•••

Udah lama nggak update.
Semoga suka ya❤❤

Maafkan jika ada typo.

Jangan lupa, Vote and Commentnya💜💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUENN MELLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang