9. Bleeding Love

729 10 4
                                    

Sebelum membaca part ini, sila lihat part 8. Superwoman dulu. Oke? Okesip. Oh, belum pernah baca #Catfight? Ya baca dong dari part 1 :D

[FREYA]

Kutatap bayanganku di cermin setinggi badan milik Momo yang diletakkan di ruang tengah. Blus chiffon berbunga-bunga baby blue yellow yang sedikit menerawang serta tak berlengan, rok jeans mini dan flat shoes berwarna baby blue. Rambutku yang panjang kuikat di tengkuk. Ada sedikit canggung melihat apa yang kupakai. Aku tidak pernah memakai pakaian yang sedikit menerawang (karena itu kupakai kamisol putih agar bra-ku tidak terlihat), aku tidak pernah memakai atasan tanpa lengan, mau pun rok mini.

Minggu lalu, sebagai permintaan maaf karena kencan kami yang berantakan, ia menghadiahiku pakaian ini. Pacarku pun meminta agar aku memakainya pada kencan sekarang. Kami berdua akan menikmati dinner di sebuah tempat yang tidak ia beritahukan padaku; pokoknya ia bilang aku pasti suka. Aku hanya menurut; lagi pula jarang sekali kami berkencan keluar rumah; apa lagi alasannya kalau bukan karena ketidaknyamanan. Baik Anggoro mau pun aku tidak ingin mengambil risiko dilihat orang-orang yang kami kenal.

Ah, padahal, sebagai pacar, rasanya aku ingin bisa bebas pergi ke mana pun tanpa perasaan takut. Bukankah menyenangkan ketika kita bisa bergandengan tangan di depan umum dan saling menunjukkan sikap saling memiliki, saling memuja dengan bangga,

Kuhela napasku. Risiko menjadi orang kedua. Iya, sepertinya sampai kapan pun kami tidak akan bisa demikian. Saling memperkenalkan pasangan pada kawan-kawan dengan bangga pun tampaknya bakal terus menjadi mimpi. Kecuali jika Mas Anggoro meninggalkan istrinya. Yang sama sekali tak kutahu kapan hal itu akan terjadi.

"Tumben mini-mini." sebuah celetukan membuyarkan lamunanku. Dari cermin terlihat sosok Momo. Aku tidak tahu sejak kapan ia berada di sana.

Momo memakai tanktop hitam yang dilapis dengan kemeja flanel merah-hitam. Kakinya yang jenjang terbungkus celana panjang jins. 

"Mau ke mana kamu?" tanyaku.

"Ke Black Ink. Udah gitu kayaknya nginep di rumah pacar gue, besok pulang." sahut Momo, sambil terus mengamatiku,"Lo tumben, kencan keluar rumah?"

"Iya, mau dinner."

"Oh. Okay." Sahabatku mengedikkan bahunya sekilas dengan wajah tak peduli.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi.

"Tuh pacar lo jemput." ujar Momo. Tak lama ia masuk kembali ke dalam kamarnya.

Aku pun menuju ke ruang tamu. Kusibakkan gorden; sosok Anggoro ada di luar sana. Segera kubuka pintu.

Anggoro tidak bisa melepaskan senyum dari wajahnya ketika aku berjalan menuju ke pintu gerbang. Senyumnya selalu berhasil membuatku salah tingkah.

"Kenapa senyum-senyum?" tanyaku untuk menyamarkan rasa grogi.

"You look beautiful, Freya. And sexy." Anggoro mengecup keningku mendadak. Sejenak kurasa ada hawa panas mengaliri wajah. Aku mendongak dan menatap wajahnya, bibirku sama sekali tidak bisa kukendalikan,membentuk senyuman dengan sendirinya; sangat lebar. Jantungku pun berdebar-debar. Aku tahu bahwa aku jatuh cinta; karena keberadaan laki-laki ini selalu membuatku bahagia. Seperti terbang.

"Kita langsung pergi, atau aku masuk dulu?" pertanyaan Anggoro membuatku tersentak.

"Oh, eh. Masuk aja. Aku ambil tas dan pakai sepatu dulu." jawabku sembari menutup pintu pagar.

"Okay, then."

Aku berbalik dan masuk ke dalam rumah. Di dalam, Momo telah siap dengan ransel besarnya; ia pun telah memakai boots dekilnya. 

Catfight ('REUNI' Time Will Tell Extended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang