[FREYA]
Menurutmu, kapan sih seorang laki-laki tampak super sexy? Saat kalian berciuman? Saat ia tak berpakaian? Saat kalian bercinta? Kalau momennya seperti itu, ya jelaslah, ya! Tidak perlu dibahas lagi.
Ehm, mungkin aku harus meralat pertanyaanku.
Menurutmu, di luar aktivitas seksual, kapan sih seorang laki-laki tampak super sexy?
Bagiku, seorang laki-laki akan tampak super sexy saat ia tenggelam dalam keasyikannya mengerjakan sesuatu; entah hobinya, entah pekerjaannya. Sumpah! Kalau laki-laki, terutama yang kusuka, sedang demikian, rasanya aku ingin menerjangnya dari belakang lalu memeluknya erat-erat karena gemas. Atau, memegang kedua belah pipinya lalu kuhujani ciuman-ciuman kecil di seluruh wajahnya. Atau, mungkin kutarik kerah bajunya agar wajahnya mendekat, lalu akan kulumat bibirnya sampai lumer.
Ah! Tiba-tiba pipiku memanas sendiri. Aku malu pada diriku jika memikirkan hal seperti itu. Sedari tadi aku berusaha untuk mengendalikan pikiran nakalku. Namun sulit. Mataku pun sulit dialihkan dari sosok Anggoro Wiseso, pacarku; seolah-olah tubuh bertinggi 185 cm, berbahu bidang serta berkulit kecoklatan itu memiliki magnet.
Tak kupedulikan meja pantry rumah kontrakanku yang berantakan. Jika biasanya aku mengomel jika ada benda-benda yang tidak berada di tempatnya, kali ini kumaafkan. Aku tak peduli walaupun sayur mayur, salmon, baskom, talenan, pisau, sendok, mangkuk, telur dan bahan-bahan lain terserak tak tentu arah di atas meja pantry. Kumaafkan karena aku sangat menikmati setiap gerakan laki-laki yang menjadi penyebabnya.
Anggoro berniat untuk membuat satu masakan istimewa – menurutnya – untuk dinner date di rumah. Pacarku bukanlah seorang chef andal, bahkan untuk memasak sekarang pun, ia harus bolak-balik mengintip hasil print resep yang telah disiapkannya sejak di rumah.
Aku tahu banyak sekali pilihan kencan untuk menghabiskan liburan tahun baru, tapi bagiku tidak ada kencan yang lebih menyenangkan dibandingkan menghabiskan waktu bersamanya seharian di rumah, tempat aku merasa aman dan nyaman.
Kebetulan housemate-ku sedang berlibur ke Bali, menghabiskan tahun baru dengan pacar bule terbarunya, sehingga kami bisa lebih bebas melakukan apa pun yang kami mau di rumah.
“Kenapa?” tanya Anggoro begitu tersadar bahwa aku memerhatikannya dari seberang meja pantry.
“Nggak apa-apa.” Aku menggelengkan kepala kuat-kuat.
“Kamu pasti mikir sesuatu kan?”
“Nggak!” dustaku. Dapat kurasakan wajahku memanas.
Anggoro hanya tersenyum simpul lalu melanjutkan aktivitasnya mengolah bahan makanan. Gayanya terlihat sangat canggung, jelas sekali laki-laki ini sama sekali tidak pernah masuk ke dapur.
Sebenarnya aku gemas ingin membantunya karena semua hal yang bisa kulakukan dalam hitungan menit, terlihat seperti kasus kriminalitas besar-besaran yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya.
Tapi Anggoro melarangku, ia benar-benar tidak mau aku melakukan apa-apa.
Kulirik jam yang tergantung di dinding dapur. Waktu menunjukkan pukul 21.00. Kami terjebak dalam drama ‘aku lapar, makan yuk!’ yang tak berujung. Kami seperti melekat pada kasur, menempel seharian seperti bayi kembar dempet.
Kuedarkan pandanganku pada meja pantry yang semakin berantakan saja. Mataku menangkap smartphone canggih keluaran terbaru milik Anggoro tertimbun di antara plastic wrap dan kotak styrofoam kemasan bahan makanan yang dibeli Anggoro dari supermarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catfight ('REUNI' Time Will Tell Extended)
Romance('Reuni' adalah salah satu dari dua cerita yang terdapat dalam novel Time Will Tell terbitan Gagas Media. Dan 'Catfight' adalah perpanjangan kisah Kanya dalam 'Reuni') Kisah ini tentang Kanya dan Freya. Dua perempuan ini berseteru karena ingin mempe...