4

18 1 0
                                    

Suasana kelas hari ini berjalan lancar, Pak Budi membawakan pelajaran matematika dengan serius. Terkenal sebagai guru yang killer, membuat tidak ada siswa yang berani menyela penjelasannya. Meskipun, sebagian dari mereka tidak fokus pada pelajaran. Tapi fokus pada bel istirahat.

Pak Budi menyelesaikan kelas dengan memerintahkan Rudi si ketua kelas untuk mengumpulkan tugas yang baru diberikannya sepuluh menit lalu. Kemudian Pak Budi berlalu menuju ruang guru sendiri.

Rudi pun mengikuti langkah Pak Budi menuju ruang guru membawa serta buku para siswa di kelasnya, Rumi berjalan menghampiri menawarkan bantuan. Rumi bermaksud sekalian memberikan jawaban pada Bu Indah. Akhirnya, Rudi pun membagi dua buku untuk di bawa serta Rumi.

Sesampainya di ruang guru, mereka menaruh buku tersebut di meja Pak Budi.

Rumi menanyakan di mana Bu Indah,  Pak Hendra bilang Bu Indah tidak ada sedang ada urusan ke luar sekolah.

Mereka pun kembali ke kelas.
Di sela perjalanan, Rumi iseng melihat mading sekolah. Tampak ada yang kurang. Rumi mengerutkan kening, tidak ada yang spesial, pantas saja mading selalu kosong. Tidak banyak orang yang mengerumuni, paling cuman satu dua, dia pun bertanya pada Rudi

" yang bertugas mengurus mading siapa, Rud?"

"biasanya sama anggota osis, bagian humas. Kenapa?" tanya Rudi

"kalau aku pengen majangin puisi di mading, bilangnya sama siapa?"

"oh, kamu mau majangin puisi? Sama aku aja, kebetulan aku salah satu pengurus mading juga." jawab Rudi

"kalau gitu, aku buat dulu puisinya ya. Nanti aku kasih kamu, tapi pajangin di mading ya!" seru Rumi antusias

"ok, aku tunggu ya "

***

Suara bel pun berbunyi nyaring pertanda sudah waktunya mereka bergegas untuk pulang ke rumahnya masing- masing.

Setelah lelah, suntuk, juga penat dengan kegiatan mereka sehari penuh di sekolah. Suara bel sudah seperti suara nyanyian dari surga. Suara yang selalu dirindukan setiap harinya

Tak terkecuali Rumi, dia tiba- tiba saja merasakan sakit perut akibat tamu bulanan. Setelah memberikan kertas puisinya pada Rudi, dia merasa mulas yang amat sangat mengganggu. Hingga membuat konsentrasinya di jam pelajaran terakhir hilang menguap.

Selalu seperti itu, di awal masa menstrulasi Rumi memang selalu merakan sakit di perut dan area pinggang. Tak kuat menahan sakit, Rumi bergegas mengeluarkan hp nya untuk minta dijemput Mas Dilan. Syukurnya, Mas Dilan bersedia dan segera datang. Rumi memutuskan menunggunya di kelas saja dengan menyandarkan kepalanya ke atas meja.

Sementara di luar, para siswi heboh di depan mading. Bertanya- tanya maksud isi dari kata- kata dalam tulisan mading. Semua siswi mengira- ngira, siapa? Siapa yang dimaksud kamu dari puisi yang ditulis oleh idola mereka.

Reza sedang mengemasi barang- barangnya ketika semua siswi yang menjadi penggemarnya datang dengan heboh bertanya tentang siapa yang dimaksud oleh idola mereka. Reza mengerutkan keningnya, ada apa? Dia tidak tahu apa- apa, tahu- tahu semua orang malah menyerangnya dengan pertanyaan yang sama, siapa?

Akhirnya, untuk mengusir penasaran Reza mengikuti arah tunjuk para penggemarnya menuju mading, membaca salah satu tulisan dalam mading tersebut

Kamu ,,,
Satu kata, sejuta makna
Kamu ,,,
Sederhana, banyak harga
Kamu,,,
membuatku yakin
Cinta itu ada,,

Jika aku bertanya pada seorang Ibu, siapa cinta mereka ?
Mereka menjawab anak

Jika aku bertanya pada seorang guru,
Mereka menjawab murid

Nada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang