9

19 1 0
                                    

Tidak seperti biasanya, hari ini cuaca tidak mendukung bagi sebagian orang yang sibuk beraktifitas, tapi bagi Rumi cuaca hari ini seperti sedang merasakan apa yang dia rasakan.

Hujan turun sejak pagi, Rumi terpaksa berangkat sekolah membawa payung. Meskipun suasana hatinya seperti cuaca hari ini, tapi dia harus tetap pergi sekolah.

Rumi berjalan gontai menuju kelasnya, pertemuan dengan Reza kemarin membuat Rumi tidak berhenti memikirkan semuanya. Semua perkataan Reza, tingkah Reza yang lain dari biasanya, dan yang paling tidak bisa Rumi lupakan adalah keputusan Reza.

Reza minta putus

Rumi bertanya apa salahnya, tapi Reza menjawabnya dengan santai
"aku yang salah, yang mengajak kamu pacaran."

Rumi bingung, Reza kenapa sih sebenarnya
"Maksud Kaka?"

"Aku mencintai kamu, Rumi. Itu yang mesti kamu tahu. Tapi, aku ingin cinta aku padamu bukan sekedar cinta yang berdasarkan ambisi dan nafsu. Aku ingin membingkainya dalam aturan Islam. Cukup bagiku mencintai Penciptamu, aku ingin memperbaiki diri dan memperdalam cintaku pada Penciptaku. Semoga jika memang kita berjodoh, kita dipertemukan pada saat kita sudah siap.

"siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Terima kasih untuk semuanya, kamu mengenalkan aku arti bahagia, kamu juga mengajarkan aku arti cinta. Semoga Alloh melindungimu.

"aku pamit, salamku pada kedua orang tuamu. Assalamu'alaikum"

Reza berdiri dan mulai melangkahkan kakinya, Rumi memandangnya sendu. Reza berbalik dan memberikan senyum manisnya, seakan menyampaikan pesan lewat matanya, bahwa dia akan kembali. Dia pasti kembali pada Rumi.

Rumi pun mengerti, setidaknya berusaha mengerti. Kenapa semua seakan berjalan beriringan. Ayah tadi pagi berbicara soal kriteria calon suami untuknya, sekarang Reza meminta mengakhiri hubungan dengan alasan ingin memperbaiki diri. Apakah semua ini kebetulan. Fikirnya

Rumi menduduki kursinya disamping Mila, menaruh ransel di atas meja. Belum banyak siswa yang datang, mungkin mereka lebih memilih bergelung dalam selimut daripada harus sekolah dalam keadaan hujan.

"kamu kenapa, kok sendu gitu?"

Rumi menyandarkan punggungnya pada kursi yang didudukinya. Kemudian, mengarahkan pandangannya pada Mila
"apa dalam islam tidak ada pacaran?"

Mila mengerutkan keningnya"kamu kenapa, putus dengan Kak Reza?"

"itu akibatnya, "

"kenapa?"

"itu juga yang aku pengen tahu. Apa dalam islam tidak ada pacaran?"

"aku memang pernah dengar sih kalau dalam islam itu tidak ada pacaran. Tapi, banyak kan orang yang pacaran dengan dalih ta'aruf. Itu hanya pengalihan bahasa, intinya sama- sama saja."

"maksudnya?" Rumi tidak mengerti maksud Mila

"ya, bilangnya ta'aruf. Tapi, sikapnya sudah seperti orang pacaran. Bahkan parahnya sudah mencap kepemilikan. Aku juga kurang faham sih. Tapi intinya, pacaran atau ta'aruf apapun itu namanya udah biasa bagi anak muda. Eh eh, emang kenapa Kak Reza mutusin kamu? Koq bisa, cuma tiga bulan? Kamu kan pacar pertamanya."

"dia ingin memperbaiki diri," Rumi menyandarka kepala ke atas meja dengan disangga tangan kanannya

"memperbaiki diri? Alasan macam apa itu?" Mila mulai antusias

"ya, karena dalam islam gak ada pacaran. Dia ingin lebih mendekatkan diri pada Alloh."

"terus, kamu terima gitu aja alasannya?"

Nada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang