7

7 0 0
                                    

Bandung adalah kota paling ramah, di banding Jakarta tentunya. Dari macetnya yang tidak terlalu padat, udaranya yang lebih bersahaja, pemandangan yang terlihat asri, apalagi orang- orangnya. Rumi menyukai orang- orang Bandung.

Buktinya, kemarin Rumi ikut Bunda berbelanja di Hypermart. Membawa kereta dorong yang sudah hampir penuh dengan kebutuhan Bunda. Semua. Pokoknya dimulai kebutuhan dapur, kamar mandi, alat- alat bayi untuk si kecil Arga. Dan terakhir, Bunda sedang berbelanja sayuran.

Karena merasa lelah, Rumi duduk berselonjor kaki, ditunjang perut dalam keadaan kosong, juga mood yang kurang bagus karena cape. Bak om jin keluar dari lampu ajaib yang memberi satu permintaan, ada seorang laki-laki yang menawarinya bantuan. Dengan senyum menawan, penampilan yang rapih juga tutur kata yang sopan laki- laki itu dengan senang hati membawa kereta dorong Rumi dan membawanya hingga ke depan meja kasir.

Tak cukup sampai di situ, sesudah barang belanjaannya dibayar Bunda--walau harus melewati adu argumen yang cukup panjang antara si laki- laki yang mau membayar dan Bunda yang tak enak dibayari oleh orang yang baru kenal, dan akhirnya Bundalah yang memenangkan argumennya-- si laki- laki dengan senang hati membawa belanjaannya sampai mobil dan menyimpannya di bagasi mobil.

Rumi benar- benar tidak bisa menahan senyum, terima kasih Bandung. Penghuninya emang bikin senyum semua.... Ramahnya nular.

"koq senyam senyum gitu, ada apa ?" tanya Nisa, heran melihat Rumi sejak tadi melamun sambil senyum sendiri

"ahh nggak, aku cuman suka aja sama kota Bandung." jawab Rumi masih dengan senyumannya.

"emangnya apa yang membuat kamu suka? Sampai- sampai gak berhenti senyum gitu"

"orang Bandung ramah- ramah ya, baik hati pula"

"ya? " tanya Nisa penasaran

"kemarin aku nemenin Bunda belanja, ada seseorang yang bantuin aku bawain belanjaan Bunda yang banyaknya minta ampun.  Udah gitu ya,  mau dibayarin lagi"

"hah,  dibayarin juga?  Semuanya? " tanya Nisa antusias

"ya,  tadinya. Tapi, gak enak kan baru kenal udah dibelanjain barang sebanyak itu. Gak cukup sampai di ditu, udah dari kasir dibawain pula sampai bagasi mobil. Baik banget kan? "

"ada ya orang sebaik itu jaman sekarang. Pasti udah tua ya" terka Nisa

"ihh siapa bilang, masih muda kali. Ada kali seumuran Mas Dilan, udah gitu penampilannya rapih banget. "

"rapih gimana? " tanya Nisa lagi

"kaya ustad gitu, pakai celana bahan,  baju koko, sama kopiah. "

"hah, masa? "

"ya, "

"aku paling suka orang berpenampilan kaya gitu. Keren aja" jawab Nisa sambil menerawang

"ya, bikin adem ya" sahut Rumi

"oh ya, kamu tanyain namanya gak? " tanya Nisa penasaran

"enggak, " jawab Rumi

"ya,  sayang banget gak tahu namanya" sahut Nisa lemas

"Fikri, aku gak nanya namanya tapi dia yang kasih tahu." jawab Rumi cengengesan.

"oh,  namanya Fikri. Dari namanya aja,  udah bikin adem. "

"kamu yang denger ceritanya aja udah gitu, apalagi aku yang ketemu langsung. "

"eh ya, mumpung aku ingat. Lulus sekolah nanti, aku mau lanjutin pesantren di Garut. "

"hah, pesantren? "

"ya, aku pengen tahu islam lebih dalam Rum. Jadi, aku mutusin mau pesantren, kebetulan nenek aku tinggal di Garut rumahnya deket pesantren gituh. "

Nada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang