5

8 0 0
                                    

Cuaca pagi sudah mulai agak memanas, dilihat ke atas langit, matahari sudah menampakkan sinarnya cerah. Para siswa juga sudah memasuki kelasnya dari tadi. Kecuali Reza

Sejak datang ke sekolah pagi- pagi sekali Reza langsung standby di pos satpam. Menunggu seseorang. Hingga kini, saat jarum jam hampir menunjukkan pukul setengah delapan. Dia tetap menunggu

" gak masuk kali Za. Udah sana masuk kelas dulu, lima menit lagi pelajaran dimulai. Nanti kalau ada, Mang Edi kasih tahu deh." seru Mang Edi, satpam sekolah agak kesal. Pasalnya, Reza ngeyel banget udah disuruh masuk kelas dari tadi, malah kekeuh mau nunggu sampai bel tanda masuk berbunyi.

"sebentar lagi ya Mang, tanggung!"

"dia ada keperluan keluarga kali !" seloroh Mang Edi, Mang Edi tahu siapa yang ditunggu oleh Reza. Itu loh murid baru yang mirip artis gitu, seru Reza saat ditanya.

Bener juga kali ya, dia gak masuk. Ada keperluan keluarga.

" atau sakit Za !" seru Mang Edi, geregatan sendiri

Sakit? Reza langsung cemas dan khawatir. Bagaimana kalau dia sakit gara- gara dia kemarin?

"tanyain aja sama yang sekelas dengan neng itu! Pasti pada tahu atuh Za!" ujar Mang Edi

"ya juga ya mang, kenapa gak kepikiran sama aku ya?"

" Udah sana masuk kelas, sudah bel masuk!" mang Edi agak menyeret Reza keluar dari pos satpam.

***

"sakit? "

Jadi benar dia sakit. Batin Reza

"sakit apa?" tanya Reza lagi pada Rudi, ketua kelas Rumi

"gak tahu, pokoknya dia izin gak masuk. Sakit, udah gitu aja!"

Reza menyesal, sungguh, sungguh menyesal. Seandainya waktu bisa diputar, dia akan lebih peka. Melihat lawan bicara yang terus nunduk sambil megangin perut itu tandanya sakit kan?

Sudah sakit, dimarahin pula sama Reza. Mending ini marahnya gara- gara buat salah, lah cuman baru sebatas praduga udah jadi bulan- bulanan amukan Reza.

Reza menepuk keningnya berkali- kali. Malu!

Reza berjalan lesu menuju kelasnya, teringat ulahnya kemarin yang menurutnya keterlaluan. Salahkan fansnya yang alay yang udah bikin dia marah. Bukan puisi itu

Reza melihat mading dan berhenti di sana. Dia tercenung. Lagi

Kamu
Ma'afin aku ya,,,

Reza memandangi puisi itu, teringat pada si penulis. Sebenarnya puisinya biasa aja, tapi karena yang nulisnya luar biasa, menurutnya. Jadi, puisi biasa itu jadi wow!!

Apalagi makna tersirat dari isi puisi yang menyiratkan penulisnya sedang jatuh cinta, membuat Reza kembali mengulangi kata " wow" nya,,

Rasa cemburu mulai menelisik hatinya, cintanya belum juga dimulai masa harus berakhir begitu saja. Dia belum berjuang apa- apa, masa sudah kalah telak.

Tapi, Reza optimis. Selama belum ada yang mendeklarasikan kepemilikan terhadap Rumi, peluang itu masih terbuka lebar.

Bukankah yang bertahan akan kalah dengan yang berjuang?

Dan dia siap untuk berjuang.

Reza meneruskan langkah menuju kelas. Waktunya di sekolah ini hanya tinggal enam bulanan lagi, dia harus segera memulai perjuangannya. Dan, itu dimulai harus dari hari ini juga. Pikirnya semangat

Nada CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang